Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

VII. | Senja yang Berbeda

Ann berjalan pulang menuju asrama dengan perasaan bak di atas angin. Tubuhnya terasa pegal dan lelah setelah orientasi yang cukup mengejutkan, yaitu berupa pertarungan dengan robot-robot buatan, menyusuri ruang yang telah dibentuk sedemikian rupa sambil terus berhati-hati, juga membentuk kerja sama tim dadakan dengan orang-orang yang tidak pernah dikenali sebelumnya.

Segala kejutan, akan tetapi, tidak semata-mata berakhir di sana.

Setelah mengetahui anak-anak yang menjadi bagian kelasnya membuat matanya serasa terbuka. Ia memang tidak terlalu peduli dengan apa di sekitarnya, namun para siswi Kelas Sembilan sangatlah unik. Ann tidak menyangka bahwa mereka memiliki latar belakang yang sungguh berbeda.

Ann semula berpikir kalau-kalau anggota kelasnya itu semua bangsawan di Leanan atau Bluebeard, karena mereka memiliki kesiapan bertarung yang berbeda dengan awam atau awam yang baru belajar memegang senjata. Setelah mendengar bahwa dari segelintir bangsawan dan keluarga kaya itu ada pula penduduk-penduduk sipil biasa, Ann tak kuasa menaikkan alis. Mereka semua, menurut Ann, sudah memiliki kemampuan tempur tertentu, bukan seperti kadet yang baru kemarin sore datang ke barak tentara. Memang, ada yang seperti Lucia, tetapi itu hanya satu dari sebelas yang lain.

Selepas orientasi dan bertarung melawan Golem Penjaga, mereka kembali dikumpulkan di ruangan paling selatan di lantai dua gedung utama akademi untuk perkenalan.

Suasana berat setelah evaluasi barusan mungkin membuat sang Instruktur beralih tempat, membuat mereka berjalan dari Arena kembali menuju gedung utama sekolah sambil melepas sedikit tegang dan menghirup udara segar. Kedua belas murid itu segera disambut staff non-akademik yang menunjukkan letak kelas yang akan mereka pakai.

Instruktur mereka datang tidak lama setelah mereka duduk asal di kursi dan meja yang tersedia. Kali ini, tidak ada lagi kernyit di dahi atau kerut di bibir, Instruktur tampak cerah dengan senyum merekah.

Ann mengambil kursi di pojok kanan dekat pintu, alih-alih segera ingin angkat kaki kalau sudah diperkenankan.

"Oke, kelas. Sebelum kegiatan hari ini diakhiri, saya ingin kalian memperkenalkan diri." suara lenguh rendah mengisi ruangan. "Memang, tadi kalian sudah saling berkelompok untuk menyelesaikan orientasi, tapi tak kenal maka tak sayang, 'kan?"

Ann tidak terlalu ingat nama-nama mereka tadi, terkecuali si pirang pendek yang terdengar mendecih di belakang mejanya, atau Lucia, atau si Pemilik Astrolabe. Ann mencoba menoleh, menemui Fiore yang tertegun, sebelum akhirnya membuang muka. Ann hanya mengedikkan bahu.

"Mungkin tadi kurang jelas, tapi saya akan menjadi Instruktur wali kalian, nama saya Claudia Ars Bathory," ucapnya. "Saya di sini mengajar Linguistik dan Aplikasi Sihir."

Ann merapal dalam hati. Ada delapan mata pelajaran yang diajarkan di Dresden, belum termasuk mata pelajaran gabungan di lapangan seperti Ekskursi Daerah, Pertarungan menggunakan 'Warden', dan kurikulum tambahan yang ia belum pernah tahu. Delapan mata pelajaran pokok itu adalah Ekonomi Militer, Sejarah, Linguistik, Aplikasi Sihir, Strategi Militer, Persenjataan, Seni Militer dan Seni Terapan.

Jujur, ia tidak terlalu berminat dengan Linguistik dan Aplikasi Sihir, tapi tidak mungkin ia mengatakannya di depan wali kelasnya itu.

"Oke. Perkenalan kita mulai dari yang depan dekat jendela." tunjuk Instruktur Bathory. Gadis berkacamata dengan surai hitam sebahu yang memiliki poni rata dan rapi. "Perkenalan singkat saja, oke?"

Ia berdehem, berdiri dengan kedua tangan sigap di belakang punggung. "Saya ... Alena Valerian. Asal saya dari Leanan. Salam ... kenal?"

Hening, sebelum akhirnya Instruktur menepuk tangan satu kali. "Sangat kaku. Tapi tidak masalah. Berikutnya!"

Berikutnya, ledakan. Anak satu itu memang terlihat hiperaktif, seperti bom berjalan. Kepalan tangannya naik ke atas sejenak ia berdiri, meninju udara saking semangatnya.

"Aku! Aku Hana Albertine! Panggil saja Hana!" teriaknya. "Aku mantan tentara anak-anak Koloni Spriggan!"

Ada yang bersiul rendah dari deretan belakang, ada pula Alena yang segera menengok tajam ke arah Hana seakan tidak percaya, sementara Ann menaikkan alis. Tentara anak-anak? pertanyaan muncul di benaknya. Mungkin, di sana hanya dirinya saja yang tidak paham akan implikasi itu, menangkap ada sedikit ketegangan di udara yang datang tiba-tiba.

"Kalau kalian penasaran soal Spriggan, mungkin lebih baik kalau kita bahas saat kelas, oke?" Instruktur mengedip. "Berikutnya!"

"Ah. Saya?" Ann menunjuk dirinya. Ia pun berdiri dengan gontai, mengikuti cara perkenalan diri yang lain. "Ann Knightley, Caelia."

Dan sudah, ia duduk kembali. Instruktur memutar bola matanya, jelas tidak puas dengan caranya yang serba singkat. "Lanjut."

Si pendek di belakangnya segera berdiri. "Fiore Angelica Alba, asalku dari Leanan," ada jeda jelas di sana. "Err, ya. Sudah. Salam kenal."

Gadis berikutnya memiliki surai pirang yang sejenak berpendar karena sinar matahari sore. Mata birunya menyala terang sesaat ia membungkuk, menarik kedua ujung roknya dengan santun. Yang Ann tahu, bangsawan-lah yang melakukan hal itu, bangsawan kelas tinggi yang lebih dari tuan tanah sebuah daerah.

"Eris Malvin," seisi kelas sontak mendengung. "Putri tertua pewaris Bluebeard, disiplin ilmu pedang Malvin tingkat menengah." - Intinya, seorang putri secara harfiah. Ann menyimpulkan.

Gadis berikutnya tampak urakan dibanding dengan Eris, ban lengan besi di tangan kanannya menyala dengan simbol silang merah. Ann tidak terlalu memerhatikan keberadaan besi itu tadi. Sekarang setelah melihatnya, Ann merasa gadis berambut kehijauan itu cukup mencolok.

"Aku Alicia Curtis. Hmm, tahanan politik Bluebeard? Sepertinya." Ann dapat melihat Alena, yang notabene duduk di depan Alicia, berjengit di kursinya. "Aku tidak bercanda lho. Aku ini benar-benar narapidana~"

Eris menyela, "Dia ada dibawah pengawasanku dan sekolah, kalau kalian lihat dia berkeliaran tanpa aku atau Hilde, seret saja dia ke ruang kepala sekolah."

"Hei, hei. Kejam sekali, tuan putri~" serunya membalas. Statusnya yang menuai banyak tanya itu terdengar sebagai guyonan sekarang. 'Tahanan politik', katanya, walau kelihatannya gadis itu seumuran dengan murid-murid di sana. Mendengar interjeksi sang tuan putri, sepertinya status itu benar adanya.

Instruktor segera mengambil alih ruangan dan menunjuk orang berikutnya, gadis dengan perawakan tinggi besar dengan kulit sawo matang. Salah satu dari dua gadis kapak yang tadi Ann lihat.

"Namaku Muriel. Asalku dari pegunungan di barat Caelia." tukasnya. "Kalau kalian penasaran dengan kompleks pemandian air panas Caelia, kalian bisa saja bertanya padaku. Salam kenal dan mohon bantuannya selama setahun ini."

Cara perkenalan yang segar dibanding yang sudah-sudah, dan dia menyebut kompleks pemandian air panas Caelia. Ann terlalu lama mengakrabi daerah pantai dan lupa kalau Caelia punya pemandian air panas di kaki gunung, gunung yang juga pusat tambang dan perbatasan antara Caelia dan Bluebeard yang dilewatinya saat menaiki perjalanan panjang kereta.

Perkenalan terus bergulir ke orang berikutnya, gadis dengan rambut keperakan yang berdiri dengan wibawa yang jelas, namun berbeda dengan bagaimana Eris memperlihatkan dirinya sebagai bangsawan. Ann melihat Karen Astrolabe saat pembukaan, memberikan sambutan sebagai siswi yang terpilih. Saat melawan Golem Penjaga, ia tampak gigih dengan elemen apinya, tapi tampak tidak mengubah taktik sebelum Ann akhirnya maju, seakan telah menunggu.

"Karen Ray Spriggan. Duta resmi Spriggan untuk bersekolah di Dresden," ia menatap ke arah depan dengan jeda yang lama. Tetapi, mata itu tidak memandang mereka yang duduk di baris depan atau papan tulis kosong. Karen Ray Spriggan tampak menatap lurus Instruktur mereka. Instruktur Bathory mengerjap seolah mengerti. "Sekian."

Nama 'Spriggan' entah kenapa terdengar sangat asing di telinganya. Seingat Ann, radio pagi Caelia pernah memberitahukan bahwa Spriggan menjadi provinsi baru setelah aneksasi. Selebihnya, Ann tidak tahu apa-apa mengenai 'provinsi baru' itu.

Berikutnya adalah orang yang Ann kenal selain Fiore. Gadis bertubuh cukup tinggi yang memiliki rambut hitam yang apik. Kemampuan sihirnya terbanting dengan Fiore, namun ia berusaha keras untuk terus membantu menyelesaikan dungeon barusan.

"Lucia Florence," tuturnya lembut. "Saya juga dari Leanan. Mohon bantuannya selama satu tahun ke depan."

Ann menatap ke arah belakang cukup lama. Perkenalan diri Lucia sangat elegan, selembut apa yang Ann prediksi. Gadis itu bahkan mengambil duduk kembali dengan teratur, lebih teratur dari Eris.

"Hildegard Norma." gadis berambut hitam yang dikuncir dua sisi menjadi yang berikutnya. Wajahnya sedikit tertunduk, alih-alih gugup. Ia juga tampak memandang sesuatu selain hamparan depan kelas, namun Ann tidak tahu apa. "Saya berasal dari Kota Suci, bagian dari Bluebeard."

Ann merasa kosakata geografinya terus bertambah sekedar mendengarkan perkenalan singkat ini bergulir. Kota Suci, kata gadis itu barusan. Kakak angkatnya tidak pernah bilang apa-apa selain daerah Caelia dan bagaimana Ann menghabiskan hidup di Caelia semasa hidupnya. Ann pun hanya tahu daerah penambang dan Bluebeard yang bersebelahan dengan Caelia. Ia bahkan baru mengenal Leanan dan Dresden setelah kakaknya menanyakan soal pendidikan yang ingin dia tempuh.

Gadis selanjutnya tampak bersemangat memperkenalkan diri, ada suara ketukan sepatu yang lantang, walau tidak seantusias Hana. "Blair Chevalier!" tukasnya. "Aku dari Caelia."

"Terakhir ya, saya Gloria Wiseman." kini, Ann melihat Alena melongo, Alicia juga tampak menyeringai. Apa gadis ini selebriti? Ann berpikir dalam hati. "Saya dari Spriggan."

Setelah Gloria duduk, Instruktur Bathory mengetuk papan tulis untuk meminta perhatian kelas kembali fokus.

"Nama-nama dan latar belakang yang menarik, ya. Kalian bisa lanjut berkenalan di asrama kalau kalian saling penasaran." komentar sang guru ringan. "Baik, kelas hari ini cukup sampai di sini. Sekali lagi, selamat datang di Sekolah Militer Dresden!"


Perkenalan yang ajaib itu juga hampir membuat Ann lupa kalau teman sekamarnya baru akan masuk dan diperkenalkan hari ini juga. Ann baru saja ingat hal itu ketika dirinya memasuki lobi asrama dan Ibu Asrama Thalia menyapanya dari arah konter utama.

"Makan malam hari ini akan cukup ramai karena semua sudah hadir di asrama. Pastikan kamu hadir, ya, Knightley."

Bahkan tidak terpikirkan sama sekali seputar makan malam saking capeknya dia di hari itu. Ah, tapi mendengar kata makan malam, perutnya yang keroncongan segera bereaksi. Mandi, makan, tidur, itulah yang diharapkan berjalan malam nanti.

Ann mendaki tangga ke lantai tiga dengan gontai, mengabaikan murid-murid kelas lain yang berlarian ke arah berlawanan dengannya yang tampak bersorak menanti jam makan malam.

Kamarnya yang berlokasi strategis tepat di sebelah kanan akses tangga terasa sangat menyenangkan untuk hari ini, karena ia tidak perlu menambah langkah untuk mencapai kamar.

Ann terhenti sejenak ketika membaca papan nama baru yang disematkan di bawah namanya.

KNIGHTLEY / WISEMAN

Rasanya ia mendengar nama itu tadi di perkenalan kelas. Yah, siapa saja boleh asalkan bukan Fiore.

"Ah, hei, rambut coklat."

"Hei, rambut merah."

Tapi, Ann tidak menyangka ia akan membuka pintu melihat seorang gadis belia seusianya tengah mengeluarkan perkakas berupa tang, kunci inggris, dan beberapa set baut dari koper yang juga berisi baju-baju.

"Kamu udah ambil kasur sebelah kanan, ya? Oke. Berarti wilayahku sebelah kiri."

Ann masih memerhatikan Wiseman yang mulai menyusun perkakas itu di atas meja belajar yang juga terletak di sebelah kiri. Niat Ann untuk menghempaskan diri ke kasur perlahan tertunda. Ia akhirnya hanya duduk di sisi kasurnya, tas sekolahnya ia taruh di pinggir kasur. Selain perkakas barusan, Wiseman juga mengeluarkan sesuatu yang tidak bisa Ann deskripsikan dengan satu kata. Tampaknya seperti miniatur Warden yang pernah Ann lihat di layar utama di alun-alun Kota Nelayan, tapi skalanya cukup kecil, mungkin satu jengkal tangan orang dewasa. Wiseman melihat robot itu lamat-lamat, seakan memastikan tidak ada bagian yang rusak, tertekuk ataupun lecet, sebelum ia menaruhnya perlahan di atas meja.

"Kamu ... suka robot?"

Wiseman menelengkan kepala, "Kamu tidak tahu Perusahaan Wiseman?"

"Perusahaan Wiseman?"

Gadis bersurai coklat kemerahan itu tertawa, "Tidak masalah kalau kamu tidak tahu. Perusahaan Wiseman adanya jauh di Spriggan, sih."

Ann berusaha mengingat-ingat, matanya berputar pelan. Wiseman, terdengar tidak terlalu asing. Sepertinya Ann pernah melihat nama itu tercetak besar-besar di barak tentara Caelia, di suatu tempat yang sering dia datangi bersama kakaknya.

Kakaknya itu, kalau tidak sibuk memarahi kadet yang malas-malasan, pasti akan berkunjung ke tempat penyimpanan amunisi. Ia akan bertanya-tanya dengan teknisi dan insinyur di sana mengenai stok barang maupun kondisi senjata-senjata berat mereka. Ann akan melihat-lihat sekeliling dengan tatapan datar, merasa segalanya asing lagi sudah biasa ia amati. Di atas meja utama yang berserak alat-alat perbaikan tank, akan ada juga cetak biru sebuah robot berbentuk manusia berukuran tiga meter lebih dengan nama 'Wiseman' di tiap-tiap pojok kiri kertasnya.

Robot humanoid, Warden, Wiseman... Ah, sepertinya Ann sudah menemukan titik terangnya.

"Apa 'Wiseman' itu perusahaan yang membuat Warden?"

"Oh! Itu kamu tahu!" dia menjentikkan jari, tampak sangat senang. "Namaku Gloria Wiseman. Ini pertama kali ada orang yang nggak terlalu kaget mendengar namaku! Angia memang luas!"

Ann ingat reaksi teman-teman sekelasnya (terutama Alena) yang segera berbisik-bisik mendengar namanya. Mungkin dia memang orang penting. Entahlah. Ann hanya bisa mengangguk-angguk saja mendengar antusiasmenya.

"Kamu mau langsung mandi? Aku kayaknya masih sibuk beres-beres sampai jam makan malam."

"Oke, aku mandi duluan. Aku capek."

"Hati-hati di jalan, Knightley." seringainya sambil melambaikan tangan.

"Aku nggak pergi jauh-jauh."

Gloria sekedar cengengesan menanggapi lelucon garing itu, sementara Ann menutup pintu dan segera menuju kamar mandi di lantai satu.

Di luar dugaan Ann, wilayah yang bernama 'kamar mandi' itu ternyata begitu luas.

Ann menenteng peralatan mandinya dalam sebuah tas tangan kecil, sedikit terkejut mendapati ada 'lobi' setelah ia membuka pintu geser kayu tersebut. Di dinding sebelah kirinya, terbentang cermin yang dapat digunakan untuk berhias, sementara sisi kanannya terdapat loker-loker kayu bersegmen yang dapat digunakan untuk menaruh barang-barang pribadi selama mandi. Ada dua pintu lagi, di lurusannya, sebuah pintu dengan kaca bening, dan di sebelah barat, pintu geser lain.

Lobi kamar mandi ini sementara kosong dengan Ann yang tertegun, hingga seseorang muncul dari arah pintu geser, mengeringkan rambutnya sambil menuju arah cermin. Uap menguar lembut mengekor di belakangnya sampai pintu tersebut ia tutup kembali. Gadis itu tidak mengenakan seragam lengkap, cuma kemeja putih dan rok biru.

"Knightley, kamu kenapa? Bingung mau pilih yang mana?"

Ann mengerjap. "Kamu siapa?"

Si pendek bersurai coklat itu menurunkan handuk. Ia tidak tampak tersinggung menanggapi Ann yang melupakan namanya. Malahan, senyumnya naik. "Teman sekelasmu, Blair Chevalier. Baru begitu saja sudah lupa."

"Oh." bahkan 'oh'-nya segera mengundang kekehan. "Jadi maksudmu apa soal memilih?"

Blair menunjuk pintu dengan kaca, "Itu shower room, kalau kamu sukanya mandi cepat atau malas bergumul dengan yang lain di pemandian terbuka."

Ann berkedip beberapa kali, pemandian terbuka?

"Kamu tinggal di Caelia bagian mana sampai tidak tahu pemandian terbuka? Riel saja kayaknya seperti ensiklopedia berjalan pemandian terbuka," Blair memijat pelipisnya. "Kalau mau lihat, besok-besok saja, lagi banyak orang."

Ann menyetujui ide itu tanpa banyak pikir panjang, segera menuju ke pintu kaca. Tak disangka, Blair ikut di sampingnya, entah untuk apa. Mereka tiba di ruangan yang dipisahkan dengan sekat berupa folding door. Belasan mesin cuci bukaan depan menghuni pojok-pojok ruangan membentuk sekat huruf L, setengah dari mereka tengah bekerja menggilas kotoran dengan bantuan sabun dan air. Ada murid-murid yang kurang familier bagi Ann duduk-duduk di kursi panjang yang tersedia di sana, menunggu cucian mereka selesai, lalu mengeringkannya dengan mesin pengering hybrid di sebelah mesin cuci yang bertenaga sihir api.

Di sekat ruangan, tertulis shower room di tepi, menandakan kubikel-kubikel tertutup di sana.

Blair mengedarkan pandangan ke mesin cuci paling pinggir dekat dengan mereka berdiri. "Aku tadi cuci seragamku, tapi mesinnya macet di tengah jalan. Untung aku bisa perbaiki sendiri."

Segera ingatan Ann tentang Wiseman yang membawa tang dan obeng muncul ke permukaan. "Kamu ... memperbaiki mesin cuci?"

Blair membusungkan dada, "Dengan alkemi, semuanya akan mudah."

Belum pertanyaan Ann soal pemandian terbuka terjawab, muncul pertanyaan berikutnya. Alkemi. Apakah gerangan itu?

Gadis berambut coklat itu seperti membaca gurat mukanya. Ia terkekeh panjang, "Tenang, aku sudah hafal. Orang-orang cuma tahu sihir dan tidak pernah ingin mengerti mengenai sebuah ilmu kuno yang jauh, jauh lebih penting dari sekedar menjentikkan jari!"

Blair mulai nyerocos lebar, Ann menghiraukan, diliriknya kubikel shower yang tidak dihuni siapa-siapa.

"Aku mau mandi ya. Dadah."

"Oi, aku belum selesai! Ah, sudahlah! Sampai ketemu di kelas, Knightley!" serunya riang.

Ann menghela nafas panjang, mempercepat langkah dan menutup kubikel yang ia pilih.

Ada opsi air hangat di sana, dan menurut kakaknya, air hangat adalah obat paling mudah untuk melunturkan lelah. Ann pun menyetel keran dengan level panas secukupnya dan mulai membersihkan diri.

Ah, baru saja ia ingat, mungkin ia harus menulis surat ke sang kakak di Caelia: tentang harinya yang aneh dan ajaib, tentang dua belas orang yang aneh-aneh, tentang kelasnya yang aneh, teman sekamarnya yang aneh, dan juga mengenai bahwa ia tidak menerima Cincin Peri baru.

Isi kelas yang unik dan lingkungan yang luar biasa baru di sekelilingnya dengan orang-orang asing di sekitarnya, apakah Ann bisa bertahan di sini selama setahun masa pengajaran? [ ]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro