Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

LXI. | Masa-Masa Genting

Instruktur Bathory, orang yang paling patuh terhadap tugas dan disiplin, tengah menyuruh mereka mengingkari tugas, sesuatu yang mungkin paling tabu di dunia kemiliteran.

Perintah itu kurang lebih sama dengan anjuran untuk meninggalkan senjata dan lari tunggang-langgang. Sang guru menyuruh mereka untuk pura-pura tidak tahu dan bersembunyi.

"Lalu anda hendak menyuruh kami memberikan seluruh jasa itu pada anda, Penyihir Masyhur?" tentu saja, Karen yang paling keras bersuara. "Tidak perlu anda berkata ini demi kebaikan kami semua sebagai kadet di bawah tanggungan anda, kami bukan orang lemah yang akan membiarkan anda mengemban seluruh tanggung jawab itu sendiri."

"Spriggan," Instruktur mendecak. "Ini bukan apa-apa. Ini masalah yang menyangkut perpolitikan Bluebeard dan nasib Angia."

"Rasanya tapi sudah telat bagi anda untuk menyuruh kami diam, Instruktur," Blair turut menaikkan tangannya tanda tidak setuju. "Anda tidak boleh sewenang-wenang menyuruh kami bungkam, ketika masalah ini juga diketahui oleh Kelas Sembilan."

"Chevalier, jangan kamu juga."

"Rahasia yang anda pegang mengenai Bloodcalyx saya rasa patut diketahui oleh seluruh anggota kelas, Instruktur." Gloria turut menanggapi. "Bloodcalyx dan artefak yang kami temukan di Leanan dan Redcrosse menyangkut sejarah kami, masyarakat Spriggan, juga beberapa teman sekelas kami."

Instruktur semakin terpojok karena tiga alasan itu, tapi sang guru tampak belum mau mengalah.

"Ini berbahaya! Kalian masih terlalu hijau untuk ini semua, kadet-kadet seperti kalian belum mampu untuk-"

"Instruktur Bathory."

Berbeda dengan mereka yang tetap di barisan, Fiore melangkah maju. Ann tidak dapat melihat ekspresi apa yang dibuat gadis pendek itu, tapi air muka Instruktur Bathory seketika berubah.

"Zaman Para Peri sudah usai," ia mengulang kembali isi kalimat yang terpampang di layar tangkap. "manusia pun perlahan lupa bahwa mereka punya hutang budi. Mereka perlahan menghapus kenyataan bahwa darah harus dibayar dengan darah. Telah Para Peri tinggalkan racun yang akan mengakar di dunia. Para Peri tidak akan kembali menarik kata-kata mereka lagi."

Semua mungkin bertanya-tanya mengapa Fiore mengulang kalimat itu, terkecuali Hilde dan Karen yang menatap punggung Fiore lurus.

"Saya Fiore Angelica Alba, pewaris darah klan Titania, sudah bagian dari tugas saya untuk membasmi racun dari Angia," pernyataan itu sontak menuai pekik dari hampir seluruh anggota kelas selain Ann. "Saya sudah menemukan letak racun itu, namun sekarang sepertinya Bluebeard telah berhasil memegang racun juga. Saya harus melaksanakan misi ini, walau nyawa adalah bagian dari taruhannya."

Instruktur Bathory terbelalak melihat Fiore bersimpuh.

"Sebagai pemegang Kitab, saya kira anda sudah tahu saat saya menyebut soal Titania, jadi-" Fiore kembali menengadah. "Biarkan kami semua melaksanakan tugas yang sudah diberikan hingga akhir."

Val menaikkan tangan, "In ... Interupsi? Saya tahu waktu kita sedikit, tapi, bisakah siapa pun yang tahu apa yang terjadi menjelaskan bagi kami yang masih bingung?"

Suasana barak sekejap hening. Apa yang dilakukan anak-anak itu mungkin bisa dibilang sebagai aksi heroik yang mengundang belas kasih dan air mata, tetapi juga sangat memaksa dan tidak memikirkan akibatnya.

Instruktur Bathory memijat batang hidungnya, ia melangkah resah menjauhi barisan sambil bergumam pada dirinya sendiri.

"Saya ... sudah merasa sejak awal kalian adalah orang-orang spesial nan terpilih, tapi sepertinya penilaian saya sudah salah," Instruktur Bathory berkacak pinggang. "Takdir sudah memilih kalian di sini bersama saya dan Kitab Kejayaan Hampa."

Sejurus kemudian, Kitab yang disebut Instruktur melayang di sebelahnya, halamannya terbuka dengan sendirinya, hingga terhenti di sekitaran separuh buku. Instruktur menjentikkan jarinya untuk membalik buku, memperlihatkan paragraf demi paragraf yang bisa ia bagi pada murid-muridnya.

"Yang akan kita hadapi setelah ini," Instruktur menghela napas panjang. "adalah Perang Sipil Angia yang dicetus oleh Bluebeard."


-


Mereka menepi ke gerbong meeting dengan maksud untuk menjelaskan runut apa yang terjadi dan apa yang masing-masing mereka ketahui. Mereka mengelilingi meja ruang itu dengan ekspresi tegang.

Mereka hanya punya kurang lebih tiga belas jam untuk memutuskan sesuatu.

"Saya rasa tidak ada gunanya menyembunyikan hal-hal di sini ketika masa sudah genting. Besok kita akan memenuhi panggilan tugas, jadi utarakan saja apa yang kalian ketahui soal ini. Kita juga akan membicarakan soal strategi jadi saya harap kalian semua proaktif," sang Instruktur memulai. "Saya yang akan membuka."

Instruktur membuka layar besar dari Cincin Peri-nya, memperlihatkan sebuah laporan yang sudah dikumpulkan mengenai Bloodcalyx dan asal-usulnya. Instruktur juga mengirimkannya ke Cincin Peri masing-masing agar mereka bisa membaca seraya mendengarkan penjelasan dari sang guru.

"Setelah saya meminta Chevalier memperbaiki orgel tua yang kami temukan di Leanan, di situ saya mulai terpicu untuk mencari mengenai Bloodcalyx," ungkapnya. "Batu ini seperti muncul di waktu yang sangat tepat untuk mensubstitusi batu yang dianggap sakral oleh Norma sebagai katalis penggunaan sihir."

Instruktur kembali menjelaskan garis besar bahwa manusia tidak bisa mengambil energi dari garis ley secara langsung tanpa keberadaan katalis, terkecuali mereka adalah bagian klan Titania yang merupakan asimilasi antara peri dan manusia. Mereka tak pelak mencuri lirik ke arah Fiore, yang menyalak menyuruh mereka semua fokus. Tawa cekikikan sedikit pecah sebelum sang Instruktur berdeham meminta perhatian mereka kembali ke topik utama.

"Sebentar, Instruktur, biar saya meluruskan," Val memberhentikan penjelasan yang tengah berlangsung. "Jadi, tanpa Bloodcalyx, orang di Angia tidak bisa menggunakan sihir, dan hanya klan Titania yang sebenarnya masih menggunakan sihir setelah Perang Seratus Hari?"

"Benar, Valerian," Instruktur mengetuk-ngetuk mejanya. "Bloodcalyx saat itu dengan mudah diterima oleh khalayak Angia, namun asal utama batu ini adalah dari Spriggan."

Setelah Perang Seratus Hari dan absennya Sylph dari tanah Angia, Angia berada pada situasi yang kurang baik. Seluruh manusia yang ada di tanah ini menginginkan takhta dan kekuatan, oleh karena itu era kegelapan ini disebut sebagai Era Kekuatan. Seratus tahun kemudian, pada Y.1100, Norma menyerah atas invasi Bluebeard dan para peneliti berlomba-lomba untuk mencari sumber kekuatan yang bisa menjadikan sihir tetap dapat digunakan, tidak terbatas pada Norma saja.

Di saat-saat ini, sekelompok yang mempunyai ilmu pengetahuan dan mengaku sebagai alkemis mulai eksis di Spriggan, mereka menyebut dirinya sebagai 'Bangsa Chevalier'.

"Kebetulan yang luar biasa, ya," Blair mengimbuh. "Saya kira alkemi di Angia punah karena dibasmi, tapi ternyata mereka sudah melakukan sebuah kesalahan."

"Kesalahan?" tanya Alicia.

"Kemarin aku tidak sengaja menguping pembicaraan Bu Guru dengan Instruktur Lysander soal Bangsa Chevalier. Mereka katanya bersumpah untuk meningkatkan kerja sihir di Angia dengan mempelajari teknologi yang ada karena Sylph tidak akan 'kembali' ke Angia," Blair menjelaskan. "Aku ingat para tua di desa pernah berkata kalau mereka punya teknologi yang dulu sempat berjaya, tapi sayang sepertinya aku belum cukup umur untuk paham apa maksudnya."

"Biar saya yang meneruskan." Instruktur berkata lagi. Ia menunjuk baris berikutnya dari laporan yang dikumpulkan mengenai Bangsa Chevalier, tentang dua proyek yang mereka jalankan selama masih berada di Spriggan: proyek pertama, 'PROGENITOR' dan proyek kedua 'ASIMILASI'.

"Progenitor!" pekik Gloria. "Jadi batu yang tadi si Uskup bilang itu adalah buatan manusia melalui alkimia?"

"Mohon maaf, Gloria, tolong yang sopan sedikit." Hilde memperingatkan.

Instruktur berdeham keras lagi memecah kebisingan dan menyuruh mereka diam. Beliau melanjutkan soal Bangsa Chevalier, para alkemi yang tampaknya mencapai masa kejayaan dengan proyek mereka, hingga semua harapan itu sirna.

Di antara dua proyek itu, 'ASIMILASI' dianggap gagal setelah terjadi ledakan besar yang orang-orang Spriggan kenal sebagai Letusan Kejora.

"Letusan Kejora ..."

"Ada apa, Spriggan?"

"Itu ... kalau menurut kakek saya, adalah kejadian yang mengubah Spriggan selamanya. Kurang lebih terjadi saat tahun ... Y. 1200?" Karen sangsi akan ingatannya sendiri, tapi ia melanjutkan. "Setelah itu, tambang berkembang pesat di tanah tandus, begitu juga perkembangan teknologi dengan datangnya pedagang dan orang-orang Kaldera, dan ..."

"Ah, iya. Warden Titania yang ada di Spriggan juga kabarnya ditemukan di saat-saat setelah Ledakan Kejora itu, Instruktur." tambah Gloria. "Kayaknya itu ada di sejarah berdirinya perusahaan Wiseman yang awalnya menjadi importir teknologi Kaldera."

Instruktur Bathory menambahkan informasi itu ke daftar panjang yang mereka pelan-pelan runutkan untuk mencari korelasi dan menyatukan pikiran.

Setelah Ledakan Kejora, dikabarkan 'Bangsa Chevalier' ini memecahkan diri, sebagian tinggal dan hidup di Spriggan dan menjadi orang lokal Spriggan, dan sisanya mencari suaka ke Angia.

"Oh! Jadi sebenarnya Hana dan Blair itu saudara jauh?"

Gloria tertawa kering, "Bisa jadi? Eh, tapi matanya Chevalier tidak merah, tuh. Apa jangan-jangan yang tinggal di Spriggan saja yang matanya merah?"

"Atau ... mereka adalah produk gagal hasil proyek ASIMILASI?"

Hening berjalan cukup lama di antara mereka, hingga Instruktur menghela napas panjang, "Kamu benar."

Instruktur segera menyambung seputar PROGENITOR dan ASIMILASI. Progenitor adalah proyek di mana mereka membuat kondensasi energi untuk menyambung ke garis ley. Kondensasi energi ini nantinya akan menjadi sebuah produk yang dapat menghubungkan antara sirkuit sihir manusia dan garis ley sehingga mereka dapat menarik sihir. Sementara, Asimilasi adalah percobaan untuk menggabungkan paksa hasil Progenitor dengan manusia sehingga manusia bisa menggunakan sihir tanpa diperlukannya katalis.

"Ada batas tertentu yang dapat ditarik seseorang dengan Cincin Peri," Instruktur mengimbuh. "Kalian bila menggunakan sihir terlalu lama akan cepat capek, bukan? Terkecuali ... ah, Alba."

Fiore yang ditunjuk mengangguk mengiyakan. Instruktur Bathory lalu menjelaskan. "Biasanya, tidak ada yang mencapai atau melewati batas penggunaan sihir. Tapi, saya pernah melihat kasus di mana seseorang melewati batas penggunaan sihir dan mereka ... mereka tidak bertahan lama."

Val kembali menginterupsi, membuat suasana tegang menjadi sedikit cair. "Baik, saya rasa Progenitor ini berhasil dan mereka membuat katalis yang kita gunakan sekarang. Tapi mereka masih haus akan kemajuan, dan mereka melakukan proyek Asimilasi yang ternyata gagal, bum, ledakan, dan para alkimiawan ini berpisah jalan?"

Alicia terkikik, "Bum."

"Biar cepat, Alicia Curtis!"

"Ya, ya, kurang lebih begitu," Instruktur Bathory membenarkan. "Mungkin mereka sadar mereka sudah menyalahi kodrat, tetapi ada dari pihak Angia yang mengambil bahan riset ini dan mengembangkannya lebih lanjut."

Eris-lah yang menyanggah, "Biar saya tebak. Bluebeard yang mengambil riset ini?"

"Bukan," Instruktur menggeleng. "Kota Suci."

"Wow, plot twist," Blair bersiul. Muriel menyenggol lengannya. "Ah, err, maksud saya, jadi Kota Suci berhasil mengembangkan proyek Progenitor ini dan membuat sesuatu yang lebih mutakhir dari para alkemis?"

Instruktur Bathory mengarahkan mereka pada bagian paling bawah dari laporan. Ia meminta semuanya membaca baik-baik dengan khidmat sebelum melanjutkan. Rasanya seperti belum cukup kekagetan mereka, padahal mereka belum sampai ke akar dari permasalahan.

"Sumber dari batu yang kita kenal sebagai Progenitor adalah sumber kehidupan manusia," Instruktur mengulum bibir. "Mereka membuat itu dari darah manusia yang entah mereka kumpulkan dari mana."

Progenitor berbeda dengan batu Bloodcalyx yang sudah ditempa menjadi cincin-cincin mereka karena komposisinya yang murni. Progenitor dianggap sebagai awal, sebuah 'menara kendali'. Tidak tertutup kemungkinan karena Progenitor ini tertanam sebagai sebuah jembatan dengan garis ley, mereka hendak mencoba menarik sebanyak mungkin energi sihir sehingga mereka mampu memenangkan perang dengan mudah.

"... Darah dibayar darah. Itu, ya, maksudnya." Eris mendecak. "Oke, kita sudah tahu apa Progenitor ini, dan bagaimana seramnya benda ini dibuat kembali oleh Norma, lalu?"

"Bayangkan, hampir semua orang menggunakan dan bergantung pada Cincin Peri di kehidupan mereka saat ini. Semisalkan ada yang bisa mengambil alih Bloodcalyx ini dalam andil batu Progenitor, tidakkah mereka mampu mengontrol sirkuit sihir seluruh orang dalam waktu yang bersamaan?"

Seiring dengan decak kekagetan seantero kelas, Ann merasa kepalanya sendiri semakin berat.

Inikah alasan mengapa Progenitor disebut racun, karena apa yang pernah diteorikan oleh Blair ternyata adalah benar?

"Mereka hendak membuat tentara yang patuh dan tidak akan meninggalkan perintah dengan bantuan Cincin Peri, mengerikan, bukan?"

"Sebentar, jadi saat batu Progenitor ini diaktifkan, kita tidak akan bisa mengelak?" Val berbicara cepat. "Jadi nanti kita sama saja akan menjadi boneka bagi Bluebeard dan diarahkan perang entah ke mana tujuannya?"

"Sebelum sampai ke sana, ada yang mau saya tanyakan pada Alba," Instruktur menjeda. "Tadi kamu sempat bilang kalau kamu sudah mengetahui letak racun Angia - Progenitor - ini sebelum Uskup memberitahukan kalau ada 'replika'-nya di tangan Bluebeard?"

Fiore terkesiap, segera berdiri dari kursinya dengan punggungnya lurus. Rahangnya tegas, sementara jari-jarinya mengepal kuat-kuat.

"Tadi anda sempat menjelaskan soal Norma yang mengambil riset para alkemi yang sudah ditinggalkan untuk membuat Progenitor," Fiore memulai dari sana. "Beberapa tahun silam, ada sebuah lahan suci yang diubah menjadi tempat penelitian untuk membuat Progenitor tersebut yang berada di suatu tempat di Caelia selatan."

Fiore menatap ke arah Blair yang menunjuk dirinya, Fiore menggeleng. "Tidak, ini tidak ada sangkut-pautnya dengan desa Chevalier, sepertinya fasilitas ini memang milik Norma, dan pihak Bluebeard mengawasi perkembangan proyek ini melalui perpanjangan tangan kemiliteran."

"Tunggu, 'sepertinya', katamu?" Instruktur segera bertanya.

"Saya hanya melihat itu dari memori seseorang, orang itu tapi tidak mengingat telah menjadi bagian Progenitor."

Fiore kemudian melihat ke arahnya, senyumnya melengkung namun terasa sedih dan hampa.

"... Ann Knightley," ucap Fiore, nadanya gamang. "Dia adalah hasil dari proyek Progenitor yang dilakukan di Caelia."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro