Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Intermission 018: Terasing

"Kamu tidak capek mengawasiku terus-terusan, Ketua Kelas?"

Untuk pertama kalinya sepanjang mereka terus mengorbit Festival Kota Redcrosse dari hulu ke hilir, Val berhenti melangkah. Alicia dan Val tengah berada di konter-konter yang menjual baju-baju bekas dan barang bekas pakai lainnya, menjadi satu dalam kerumunan yang datang silih-berganti.

Val menatap Alicia aneh, seakan pertanyaannya itu merupakan soal matematika yang sukar diselesaikan: ia mengernyit, kacamatanya sampai turun sedikit. Val bahkan menepi dari alur keramaian, Alicia mengikuti. Gadis berambut hitam itu mendecak.

"Sudah tugasku sebagai ketua kelas, Alicia Curtis, terutama mengingat statusmu sebagai tahanan." ucapnya. "Perlukah aku menjawab pertanyaan bodoh itu?"

Alicia menggaruk tengkuknya, "Iya sih ... tapi 'kan Hilde dan Tuan Putri ada."

Val mendecak lagi. "Eris Malvin harus beristirahat. Hildegard Norma sepertinya akan membunuhku kalau aku melimpahkan tugas mengawasimu padanya."

Yap, sesuai logika. "Hilde-"

"Dia dipanggil untuk menghadap Instruktur Bathory sampai sore," Val kini mendengus. Ia berkacak pinggang. "Puas? Tapi aku yakin kamu sudah mengira aku akan menjawab seperti itu, kenapa perlu bertanya?"

Alicia hanya bisa nyengir, Val kemudian berbalik dan kembali berjalan.

"Ketua kelas, bagaimana kalau kita berhenti sebentar? Aku haus."

Val menghela nafas panjang, mungkin yang terpanjang di hari ini. Entah kalau dibandingkan dengan kemarin atau besok. Val mengedikkan bahu, "Oke, kita kembali ke area utama."

"Hore!" Alicia bersorak. "Yang traktir ketua kelas?"

"Kamu tidak bawa uang?"

"Tahanan tidak punya uang pribadi, ketua."

Val memutar bola matanya. Skeptis, tapi Alicia tahu Val pasti paham. "Oh, ya. Baiklah."

Tenang, Alicia sama sekali tidak menggunakan statusnya sebagai tahanan untuk meminta dibayarkan. Ia memang tidak diperbolehkan memegang uang. Bila ia mendapat uang, misal kiriman dari sipir penjara atau dari sekolah, Hilde atau Eris yang akan memegangnya.

Alicia juga tidak boleh memegang senjata bila tidak sedang dalam misi, seperti saat ini. Untung saja sejauh ini tidak ada masalah, dan Val punya pistol bila diperlukan.

Tidak, tidak; mereka yang statusnya murid tidak perlu melepas tembakan di tengah-tengah pemukiman, bukan!?

Alicia kembali berjalan mengekori Val, sementara sang ketua kelas selalu melihat ke arah belakang sewaktu-waktu. Bisa saja mereka berjalan bersisian, tapi itu akan menghalangi arus wisatawan dan orang lokal di sekitar bazar dan pasar. Val tampak sengaja mengarahkan mereka dekat dengan taman di wilayah terbuka, dibandingkan terus berada di tengah-tengah kerumunan. Alicia tidak keberatan.

Di dekat taman tengah kota itu ada sebuah mesin minuman otomatis. Besar mesinnya mirip dengan apa yang mereka punya di asrama, tapi variasi minumannya lebih banyak. Ada kopi, teh, susu, bahkan minuman berkarbonasi jadi satu. Mereka menunggu giliran setelah ada beberapa remaja tanggung membeli banyak sekali minuman dingin untuk dibagikan ke teman-temannya yang menunggu di salah satu bangku. Val sedikit mendecak ketika salah satu dari mereka membuang kaleng meleset dari tempat sampah. Akan tetapi, Val tidak menegur mereka, ia sekedar mengambil kaleng dan membuangnya.

"Kurasa kamu tidak perlu melakukan itu, ketua kelas."

"Tidak apa-apa, risih saja melihatnya," ia mendengus. "Kamu mau minum apa?"

"Hm, aku ingin yang manis-manis, jadi sekaleng kopi hitam itu saja."

Melihat Val yang makin mengerutkan dahi, Alicia nyengir lebar. Val tidak iseng dan sengaja memilih minuman lain, ia menekan tombol untuk kopi hitam dan tombol susu kotak stroberi untuknya.

"Kalian, bisa tolong tekan tombol air mineral botol untukku?"

Mereka segera menoleh, menemukan sosok familier di belakang mereka berdiri tegak. Wali Provinsi Cain Arkwood ada di belakang mereka tanpa pengawal, berpakaian satu stel jas necis berwarna biru gelap. Kain yang membalut sebelah matanya sangat mencolok sehingga mereka tidak mungkin salah orang. Tidak ada tanda-tanda Polisi Militer setempat di sekitaran taman, sepertinya memang Wali Provinsi datang sendiri ke sana.

Val mengambil posisi hormat, Alicia mengikuti dengan canggung. Val mengambilkan air mineral sesuai permintaan sang Wali Provinsi dan mereka menepi di sisi taman yang cukup sepi.

Alicia melirik ke arah Val yang tenang, seakan mereka tidak tengah bersama orang yang mungkin pangkatnya setara walikota Redcrosse, atau bahkan bisa dibilang lebih tinggi. Cain Arkwood tampak seperti orang dewasa lainnya, rambut pirangnya lepek karena terjangan panas matahari tapi ia masih menjaga dirinya rapi.

"Aku sering melihat kalian di area kota, terutama kamu yang dikuncir satu," pungkas Cain Arkwood setelah menandaskan setengah botol minumannya. Nada bicara dan caranya bercengkrama agak berbeda dengan bagaimana ia berbicara di depan umum. "Kamu ... ah, kamu tahanan, ya?"

Alicia refleks memegang ban besi yang melingkar di lengannya. Cain Arkwood mengulas senyum penuh arti ke arahnya. Val memicingkan mata di balik kacamata hitamnya, tetap diam. "... Anda pernah datang ke Penjara Norma, Tuan Wali Provinsi?"

"Kalau aku bilang aku pernah menginap di sana, apa kamu akan percaya?"

"Sebagai tamu?" Alicia tidak ingat pernah menerima Wali Provinsi Caelia di area Norma. Sipir penjara pun seingatnya tidak pernah menjamu seseorang dari daerah provinsi lain.

"Oh, tentu saja sebagai tahanan." pria itu terkekeh, sementara Alicia sedikit terbelalak. "Tapi sebelum aku dieksekusi, seseorang dari Bluebeard datang dan bilang kalau tuduhan terhadapku palsu, jadi aku dibebaskan."

"Sebentar, Tuan Wali," Val menaikkan tangannya. "Ada apa anda tiba-tiba bercerita seperti ini pada kami?"

Ada sedikit raut kaget di wajah sang Wali Provinsi, sebelum dia tertawa lepas. "Ah iya, benar juga! Saya cuma terseret nostalgia melihat ban lengan itu! Maaf, maaf!"

"Bisa saja kami memberitahu orang lain seputar informasi sensitif itu, kenapa bisa anda berbicara layaknya menyuarakan kalau hari ini langit cerah?" Val menekan. "Apa anda perlu sesuatu dari kami?"

Air kemasan itu sempurna habis ditenggaknya, air mukanya yang semula bersahabat sedikit memudar.

"Memang ya, anak-anak Dresden sangat tajam," ucapnya. "Saya cuma sekedar ingin bertanya soal Leanan, karena saya dengar dari laporan Polisi Militer kalau kalian berkunjung ke sana."

Alicia memberi isyarat mata, namun Val mengedipkan dua mata, alih-alih meminta Alicia untuk tidak banyak bicara.

"Ya, kami memang ke sana. Ada masalah apa, Tuan Wali?"

"Apa kalian melihat seseorang yang mirip denganku di sekitaran rumah walikota di sana?"

"Anda sedang mencari saudara kandung?"

"Ya, saudara perempuan," tukasnya. Ia menunjuk perawakannya. "Mungkin dia seusia kalian sekarang. Rambutnya berwarna hitam legam. Matanya kebetulan hitam sepertiku. Aku tidak ingat ia masih memakai perban di tangannya atau tidak setelah itu, tapi ia sangat kurus."

Val menjeda, tampak berpikir. "Maaf, tapi kami tidak ingat pernah berpapasan dengan seseorang dengan profil yang anda berikan."

"Begitu, ya ..."

Cain Arkwood seperti menghela nafas panjang yang sudah lama ia tahan. Seperti sebuah harapan yang sempurna musnah.

Alicia baru menyadari kalau Val tidak menyatakan dia berasal dari Leanan, tidak sekalipun.

"Baik, maaf sudah mengganggu waktu kalian, ya. Aku permisi."

Mereka menunggu sampai sosok itu hilang dari muka taman, sebelum akhirnya Alicia menangkap Val menggigit ibu jarinya.

"Aneh," tukasnya. "Sama sekali tidak sopan dan segera menyebutmu tahanan lebih dulu dibandingkan hal lain."

"Mungkin dia terburu-buru?" sambar Alicia. "Tapi, Sayap Peri, dia benar-benar urakan untuk menunjukkan kalau dia supel."

Ketua kelas akhirnya meminum susu kotak miliknya, ia terlihat lebih lega setelah Cain Arkwood pergi. Pria itu seperti telah menunggu kesempatan untuk bertanya pada salah satu dari mereka dan kebetulan mereka-lah yang menjadi sasaran tanya.

Lagi, Alicia tidak dapat menyambungkan informasi apa-apa dari pernyataan Wali Provinsi itu. Seorang bekas tahanan yang kini menjabat sebagai salah satu perangkat pemerintah, tengah mencari saudara perempuannya di Leanan? Apa sebenarnya dia sedang bermimpi di siang bolong?

Andai ia bisa bertanya ke sipir penjara soal pria tadi. Bisa saja ia mengada-ngada. Tapi sejak Wali Provinsi mulai berbicara, ia tampak tidak berbohong.

"Apa kita harus laporkan ini ke Instruktur?"

Val melirik ke arahnya, "Sepertinya tidak perlu, kita sudah cukup kerepotan soal masalah yang menimpa Hana Albertine. Pak Wali bisa saja segera melapor ke Leanan kalau perlu mencari orang."

Hana. Perlahan pundaknya sendiri turun tidak bersemangat. Mereka kehilangan orang paling berisik di kelas dan mereka menjadi orang yang telat datang ke lokasi. Walau rasa kehilangan mereka sama, rasa frustrasi mereka berbeda.

"Lagipula ..." Val melanjutkan. "Kita tidak akan lama-lama lagi di sini, kecuali Pak Wali Provinsi akan mencari kita lagi karena kita dianggap tahu sesuatu."

"Jadi, ini rahasia milik kita berdua?" pekik Alicia.

Val mendengus, lagi. "Kalau kamu mengatakannya seperti itu, rasanya aneh sekali."

Pemilik rambut hitam itu memandang lagi ke arah Pak Cain pergi. Ada sesuatu di benaknya, namun ia tidak menyuarakannya. Alicia memilih bungkam, ia menepuk pundak Val sekali, mengalihkan pembicaraan.

"Ayo kita kembali berpatroli, lupakan saja soal itu dulu."

"Tumben kamu bisa fokus, Alicia Curtis."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro