Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Intermission 016: Desa Wisata Redcrosse

Desa Wisata Redcrosse, sebuah desa yang terletak agak jauh dari Redcrosse yang memiliki situs-situs sejarah yang telah diremajakan untuk menjadi kiblat sejarah nasional, kini merupakan tujuan mereka sebagai tim kedua.

Merawat jejak sejarah, terutama memiliki situs-situs preservasi dan penelitian mungkin adalah salah satu hal yang Karen hormati, walau sulit sekali menghormati Angia dan keserakahan mereka yang Karen pelajari dan alami. Sekarang memang Karen adalah bagian dari Angia, Spriggan di namanya tak lebih hanya sebatas pajagan. Apalagi statusnya sebagai 'duta kedamaian'. Ia tidak merasa bisa menjadi bagian dari benua yang cukup hipokrit ini menurutnya, tidak akan pernah.

Redcrosse adalah kota yang cukup ramah bagi Karen, walau sengat mataharinya cukup membuat gentar karena kota itu berada dekat dengan laut. Spriggan yang dikepung laut tidak terik seperti Redcrosse. Pulau itu terasa teduh baginya hampir setiap saat, atau mungkin dia yang sudah terlalu lama tinggal di Spriggan. Spriggan punya banyak pohon, walau beberapa bagian pulau sudah dijadikan oleh Perusahaan Wiseman sebagai hanggar dan landasan pacu. Spriggan juga punya sebuah danau yang terletak jauh di dalam satu-satunya hutan belantara di sana, sebuah oase yang rumornya adalah tempat mandi para Peri di masa lampau.

Tidak akan ada habisnya bila Karen membandingkan salah satu daratan Angia dengan Spriggan. Lagipula, Karen punya sesuatu yang menjadi titik fokusnya sekarang: pemecahan kelompok kecil dari Kelas Sembilan.

Pembagian kelompok ini terus menuai sangsi di benak Karen semenjak pertama kali diumumkan. Ia memutuskan untuk tidak membawa topik itu sampai mereka berjalan menuju Desa Wisata yang dimaksud.

"Karen, Karen," Muriel melambai tepat di depannya. "Susu milikmu tidak diminum?"

Mereka tengah berhenti sejenak di salah satu saung yang tidak digunakan di tengah-tengah tanah lapang hijau yang sebagiannya berpasir. Mungkin tempat nelayan beristirahat sejenak dari sinar matahari, jalan itu dekat sekali dengan bibir pantai yang memiliki ombak tenang. Debur air sesekali terdengar di area karang yang agak jauh dari tempat mereka duduk, memecah keheningan.

Instruktur Bathory tengah mengangkat telepon dari seseorang di Cincin Peri-nya. Ia sengaja menjauh dari saung agar pembicaraannya dengan orang di seberang panggilan tidak terdengar. Karen menebak kalau itu adalah salah satu Instruktur di barak sementara, kemungkinan besar adalah Instruktur Lysander. Mereka berdua tampak kritis membahas mengenai artefak. Karen tidak terlalu memperhatikan gerak-gerik mereka, namun pastinya kedua instruktur telah menemukan makna di balik artefak tersebut dan menganggapnya berbahaya.

"Karen~"

"Iya, Muriel, akan kuminum," ucap Karen. "Tumben kamu ... agak ribut. Blair saja bisa diam."

"Aku mendengarmu dengan sangat jelas, Nona Spriggan," hardik Blair yang duduk tepat di seberangnya. Ia melipat tangannya. "Aku sedang berpikir kalau kelompok pertama akan baik-baik saja."

Karen memutar bola matanya sejenak, "Ada Gloria di sana, juga Hana. Eris sepertinya bisa menjaga mereka semua," ia menghela nafas melihat lirikan penuh arti dari Blair. Teman sekamarnya itu berubah sedikit perilakunya setelah mempersilahkan Gloria menjenguknya di kamar mereka. Karen membuang muka. "Mereka juga yang paling dekat dengan kota utama."

"Bukannya aku tidak percaya dengan kekuatan mereka," imbuh gadis itu lagi. "Alasan kita bersama dengan Instruktur pasti tentang artefak sihir, 'kan?"

"Aku juga merasa begitu," ucap Muriel. "Tidak mungkin Instruktur Bathory akan ikut dalam kelompok kecil kalau bukan masalah besar."

Karen mendengarkan, siswi-siswi Kelas Sembilan memang tidak ada yang tidak tajam, pikirnya. Bagaimanapun mereka terlihat bercanda atau bersenda gurau, anggota Kelas Sembilan tidak bisa dipandang sebelah mata. Awalnya, Karen menduga dari profil perkenalan bahwa sebagian dari mereka paham mengenai politik atau masalah-masalah yang mengakar di Angia, tapi ternyata mereka semua memiliki masa lalu masing-masing yang sulit dibilang baik. Ada juga mereka yang jelas-jelas mengemban misi yang tidak seharusnya mereka lakukan dalam usia yang muda.

Ia tidak seorang diri.

"Karen, minum susunya."

"Muriel," Karen berdecak. "Kamu tidak akan diam kalau aku tidak minum, ya?"

"Susu itu baik sebagai penambah energi," Muriel mulai menjelaskan. "Memang kita sudah sarapan, namun alangkah lebih baik lagi kalau kita punya energi cadangan untuk beraktivitas."

Karen entah kenapa tidak ingin berdebat. Bukan berarti ia membenci susu atau tidak suka diingatkan. 

"Apa kamu ... diingatkan Gloria?" tanya Karen mendadak.

"Tidak kok~"

Muriel hanya tersenyum, penuh arti dalam diamnya yang sempurna. Karen pun menyerah dan mulai membuka karton susu yang dimaksud. Sebuah hadiah dari penduduk Redcrosse yang sangat ramah, mereka tidak keberatan membagikan barang dagangan mereka untuk bazar ke siswi-siswi militer yang bahkan belum pernah mereka kenali.

"Oke, kembali ke masalah artefak," Muriel melirik Blair. "Apa kamu tahu sesuatu tentang hal itu, Blair?"

"Kalau dibilang tahu sih-"

Instruktur Bathory kembali dari perbincangannya dengan senyum simpul, ia berkacak pinggang, tampak mendengarkan obrolan mereka sejak entah kapan.

Ya, dugaan itu sempurna. Tidak ada lagi kemungkinan lain. Instruktur sengaja ikut dengan mereka karena artefak sihir yang menimbulkan gangguan terdeteksi di Desa Wisata Redcrosse. Instruktur juga memecah mereka dalam kelompok kecil untuk menghindari perhatian dari pihak pemerintahan Redcrosse.

"Kalian ini memang terlalu pintar, walau saya berharap kalian pintar di pelajaran Linguistik juga," sindirnya halus. "Chevalier ikut memeriksa artefak itu bersama saya dan Instruktur Lysander, kalau itu pembenaran yang dibutuhkan."

Karen segera melirik ke arah Blair, yang segera berisyarat dengan kedipan mata yang alih-alih berkata 'aku akan jelaskan nanti'. Menangkap olah tubuh itu, Muriel berinisiatif untuk mereka kembali berjalan menuju Desa Wisata sebelum hari terlalu sore.

Perjalanan menuju Desa Wisata kembali dalam diam. Berselang beberapa saat setelah mereka meninggalkan saung dan mengikuti penanda jalan yang menunjuk ke arah setapak jalan utara, Blair menepuk tangan Karen.

"Cek Cincin Peri-mu. Muriel juga."

Blair lalu berjalan mendahului mereka, mencoba untuk bertanya-tanya kepada Instruktur Bathory mengenai Redcrosse. Sejurus kemudian, Karen dan Muriel membuka Cincin Peri mereka dan membuka informasi yang masuk dalam mode persembunyian.

Sebuah orgel dengan silinder nada yang dibuat kembali oleh Blair dengan bloodcalyx. Sebuah lagu yang sejenak terasa tidak asing di telinga Karen.

"Hmm, aku jadi punya banyak pertanyaan, tapi sebaiknya kita menunggu sampai nanti kita kembali ke barak saja, ya?" imbuh Muriel pelan. Karen mengangguk setuju.

Desa Wisata Redcrosse berada dalam lingkup pagar kayu tinggi dengan penjagaan ketat oleh Polisi Militer setempat. Instruktur Bathory mengonfirmasi identitas mereka berempat sebelum mereka diizinkan masuk ke wilayah utama.

Seperti namanya 'desa', wilayah landai dengan rumput yang terasa lebih hijau dibandingkan hutan-hutan yang telah mereka lalui itu memiliki beberapa rumah-rumah satu lantai berbahan kayu yang cukup lebar seperti barak tentara. Masing-masing rumah memiliki papan kayu tertancap di muka yang menunjukkan apa saja isi rumah tersebut. Karen menangkap salah satu rumah yang dilabeli 'Sejarah Angia saat Zaman Peri' yang terletak tidak jauh dari jalanan gravel yang mereka lalui saat ini. Tidak ada banyak orang di sana selain 'peneliti' yang menggunakan jas putih dengan kalung penanda di leher mereka atau para 'pustakawan' yang mengenakan topi beret berwarna kelabu.

Belum sempat Karen mencerna lebih jauh, mereka disambut oleh seorang perempuan berambut hitam sebahu berpakaian Polisi Militer yang mengaku sebagai pemandu di Desa Wisata ini.

"Apa ada benda-benda baru yang dimasukkan di tempat ini dalam kurun waktu setahun terakhir?" Instruktur Bathory segera bertanya.

Wanita itu segera menjawab, "Kami menerima beberapa bagian Warden dari Spriggan setelah aneksasi."

Karen merasa alisnya berkedut.

"Bagian Warden dari Spriggan?"

"Ikut saya, bagian-bagian Warden itu tengah diperlihatkan di bagian rumah 'Sejarah Warden' di bagian barat."

Instruktur Bathory berjalan lebih dahulu, ketiga siswi mengekori di belakang dengan tertib. Blair menjadi yang lebih dulu berbisik.

"Spriggan? Tapi bukannya daerah ini cukup jauh dari Spriggan untuk memiliki sejarah yang berkesinambungan?"

"Benar juga," ucap Muriel. "Bagaimana menurutmu, Karen?"

"Ya, wilayah ini terpisah terlalu jauh dari Spriggan. Aku juga tidak ingat ada hubungan tertentu antara Redcrosse dengan Spriggan."

"Tapi kalau ternyata ada artefak dari Spriggan yang mirip dengan artefak pertama, apa artinya dulu Spriggan lebih dekat dengan Angia dibandingkan Kaldera?"

Karen berpikir sejenak. Kesimpulan yang masuk akal dari Blair, walau Karen tidak terlalu suka dengan kenyataan seperti itu karena dirinya sangat tidak menyukai Angia.

Tapi, lagu yang diberitahukan oleh Blair tadi rasanya tidak asing. Karen pernah mendengar lagu itu sebelumnya.

Mereka dipandu memasuki rumah yang ada di barat daya dari pintu masuk utama, sebuah rumah yang cukup ramai oleh para 'peneliti'. Bagian-bagian Warden yang umumnya besar-besar dipecah menjadi berbagai ukuran, dipajang dalam sebuah boks kaca dengan layar interaktif di sampingnya untuk melakukan navigasi bagian yang dimaksud. Sang pemandu menunjuk ke arah sebuah tabung kecil merah menyala yang ada di tengah-tengah ruangan, sebuah label bernama 'Siren's Song' menjadi deskripsi dari tabung tersebut.

"Benda apa ini?" tanya Instruktur Bathory segera.

Walau tanpa adanya energi, Karen turut merasa bahwa benda tersebut hidup, memancarkan energi sihir sendiri dalam sebuah siklus yang abadi. Blair terkagum-kagum dengan adanya benda tersebut, sementara Muriel tampak antusias.

"Ini adalah 'hati' yang ada di dalam Warden Titania yang ditemukan di Spriggan," jelas sang pemandu. "Menurut sejarawan yang melihat benda ini di Spriggan, tabung ini yang menjadi penggerak utama Warden Titania, seperti halnya sebuah 'inti' pada Cincin Peri."

"Bloodcalyx." rapal Instruktur Bathory perlahan. Blair membelalak akan implikasi itu. "Jadi begitu."

Jeda, kemudian Instruktur Bathory meminta agar sang pemandu memperbolehkan mereka untuk melihat artefak ini dari dekat. Sembari sang pemandu meminta kunci untuk membuka boks kaca, Instruktur Bathory mengamati secara seksama objek tersebut.

Penyihir Masyhur pasti tahu caranya untuk menelaah benda sihir tanpa harus menyentuhnya - itu yang ia lakukan sekarang.

"Instruktur Bathory, boleh saya bertanya?" Karen berdehem.

"Silakan saja." tukasnya tanpa menoleh.

"Apa benda ini sama dengan artefak yang kita temukan di Leanan?"

Tidak ada jawaban, Instruktur Bathory tetap memerhatikan objek di depannya hampir tanpa berkedip. Para siswi saling berpandangan, sebelum Instruktur Bathory akhirnya menaikkan bahu, ekspresinya menegang.

"Sinyal ini palsu. Artefak ini mirip dengan yang bersumber di Leanan, tapi sirkuit sihir yang menjadi anomali bukan berasal dari benda ini."

Karen terkesiap, "Maksud anda-?"

Untuk pertama kalinya, Karen tidak ingin membenarkan laju logikanya.

"Kelompok pertama dalam bahaya besar." [ ]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro