Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Perjalanan Pertama: Nymph Terjelek di Kazakh.

Namaku Mareie dan aku tinggal di hutan belantara di Kazakh. Kata mereka, aku adalah nymph hutan terjelek yang pernah ada. Kata mereka, rambutku berwarna hijau tua menjurus hitam, tidak seperti nymph lainnya yang rambutnya berwarna hijau lumut. Kata mereka, kulitku juga tidak berwarna kuning langsat, melainkan cokelat seperti sawo. Lalu yang paling penting, kata mereka, aku tidak bisa melihat. Aku buta.

Tapi apa itu pantas ya, dikatakan pada seorang nymph kecil berusia seratus dua puluh tahun? Walaupun sebenarnya aku tidak peduli, sih.

Sejak umur sepuluh tahun, aku sudah menjadi bulan-bulanan para nymph hutan. Wanita yang seharusnya kupanggil 'mama' juga tidak mengakuiku karena aku jelek, nymph terjelek seantero Kazakh. Tidak sekali dua kali mereka mencoba membunuhku, seperti meracuniku, mendorongku dari jurang, atau terang-terangan menyiksaku dan berharap aku cepat mati saja. Sialnya, aku selalu lolos dari kematian, meskipun aku ingin.

Aku tidak punya seseorang untuk kupeluk saat aku menangis kala mereka mulai merundungku. Yang bisa kulakukan cuma pergi ke jantung hutan belantara, memeluk batang salah satu pohon erat-erat dan menangis sejadi-jadinya, seperti sekarang ini.

Dewi, aku ingin-

"Bisa melihat?"

"Iya!"

...

...

...

Aku menelan ludah. Apa barusan ... ada sebuah suara menyahut? Aku tidak sendiri?

"Ha-halo?"

Ah, aku spontan bersuara.

"Halo, wahai Nymph Tercantik di Kazakh."

... benar, ada orang lain selain aku di sini. Ditambah lagi orang asing itu menyebut nymph tercantik di Kazakh. Berarti orang lainnya ada lebih dari satu.

Tapi, bagaimana mungkin? Jantung hutan belantara selalu sepi. Setiap aku pergi ke sini, tidak ada satu nymph atau hewan pun yang aku temui.

"Halo, apakah kau juga tuli, wahai Nymph Tercantik di Kazakh?"

Lagi-lagi aku menelan ludah. Siapa yang ia maksud? Kenapa tidak ada yang menyahut? Tidak mungkin, kan, dia bicara padaku, si nymph terjelek seantero Kazakh?

"Iya, saya bicara padamu, Mareie," celetuk suara itu seakan tahu isi hatiku.

"Si-siapa?"

"Poe si Pemandu."

Nama yang asing.

Aku melepaskan dekapanku pada batang pohon yang semula kupeluk. Kepalaku celingak-celinguk dengan hati-hati, meski cuma gelap yang kulihat.

"Apakah kau seorang nymph?" Aku bertanya dengan suara pelan.

"Bukan. Saya hanya seorang pemandu yang kebetulan sedang lewat di hutan belantara Kazakh." Sosok itu menjawab lagi.

Pemandu ... dan bukan nymph ....

"Apakah kau yang tadi berkata 'bisa melihat'?"

"Benar sekali."

Aku mendengar suara dersik dedaunan dan sesuatu yang memijak tanah yang tidak jauh dari tempatku berdiri. Sepertinya itu si pemandu-pemandu. Tapi aku mendengar suara apa pun saat dia datang. Mencurigakan.

"Kenapa kau bisa tahu? Apa kau bisa membaca pikiranku?"

"Tidak. Kau tahu yang namanya deduksi?"

"Tidak, apa itu?"

"Menarik kesimpulan dari keadaanmu yang terlihat oleh saya."

Aku spontan mengangguk.

"Yah, begitulah kiranya."

Aku terdiam, dia juga diam. Selang beberapa detik, aku kembali bersuara untuk bertanya.

"Lalu, siapa orang yang tadi kau bilang nymph tercantik di Kazakh? Ada orang lain selain kita berdua di sini, kan?"

"Tidak ada. Saya hanya bicara padamu."

Aku sedikit tersinggung.

"Kau tidak perlu mengatakan kata-kata manis padaku. Aku juga tidak keberatan kalau kau memanggilku nymph terjelek di Kazakh."

"Bukankah itu berarti saya berbohong?"

Aku tidak mengerti. "Kalau kau mengatakan aku adalah nymph tercantik, barulah kau berbohong."

Tapi dia justru tergelak, tawa yang terdengar anggun.

"Tidak, saya jujur. Kau memang nymph tercantik di Kazakh. Merekalah yang berbohong, Nona."

"Aku tidak percaya pada orang asing."

"Saya tidak memaksamu untuk percaya," katanya. Kemudian, aku mendengar suara langkah kaki yang mendekat. "Tapi, apa kau benar-benar ingin bisa melihat?"

Aku menunduk dalam-dalam. Sebenarnya, ketimbang ingin melihat, aku lebih ingin pergi dari hutan ini. Tapi, untuk melakukannya, bukankah aku harus bisa melihat dulu?

"Tenang saja, setelah bisa melihat, kau bisa segera pergi dari desa ini. Atau, kau bisa ikut dengan saya, Nona."

"Ke mana?"

"Menjelajah Poiesis tentu saja."

"Poiesis?"

"Dunia tempat kita berada."

Jujur saja, sebenarnya aku tidak mengerti apa yang dia katakan.

"Apa kau ingin ikut dengan saya?"

"Aku tidak yakin ...."

"Lalu, apakah kau ingin bisa melihat?"

Aku mengangguk. "Tapi, bagaimana? Dewi tidak mengabulkan permo-"

"Saya bisa membuatmu tidak buta lagi."

"Bohong," sambarku skeptis, "kau bukan Dewi."

"Saya memang bukan Dewi. Saya hanya seorang pemandu. Tapi saya bisa melakukannya jika kau benar-benar ingin bisa melihat kenyataan."

"Coba saja lakukan kalau kau sungguhan bisa membuatku bisa melihat," ucapku sambil bersedekap.

"Baiklah. Saya harap kau tidak menyesal."

Satu langkah. Dua langkah. Tiga langkah.

Tahu-tahu dia berada di belakangku.

"Bersiaplah melihat kenyataan, Mareie." Dia berbisik tepat di samping telingaku. Lalu, sesuatu yang terasa seperti telapak tangan, membekap kedua mataku.

Dalam hitungan detik, si pemandu-pemandu itu akhirnya melepaskan bekapannya dari mataku dan ... ugh ....

Sesuatu seperti menusuk mataku. Begitu aku membuka kelopak mata, aku dikejutkan dengan warna-warna dan bentuk-bentuk yang bisa kulihat.

Catat, kulihat!

Bukan gelap lagi, melainkan ... aku ... aku ... benar-benar bisa melihat ya Dewi!

"Jadi, apa sekarang kau percaya pada saya, Nona?"

Aku refleks menoleh ke belakang dan mendapati seseorang berambut panjang sebawah bahu. Di rambutnya, tersampir sebuah bunga nan indah. Dia mengenakan pakaian aneh yang tidak dipakai oleh kami, para nymph.

Ternyata benar, dia seorang perempuan dan bukan nymph.

"Terima kasih. Tapi, bagaimana caramu membuatku bisa melihat?"

Dia mengulas senyum. Jari telunjuknya yang lentik ia letakkan di depan bibir. "Kau tidak perlu tahu."

Meski penasaran, aku juga tidak berniat untuk mencari tahu.

"Apa kau tidak ingin melihat penampilanmu?"

"Ah, benar juga."

Aku segera mencari danau atau genangan air. Butuh waktu bagiku untuk sampai di danau kecil yang agak jauh dari jantung hutan karena aku tidak tahu di mana lagi ada danau.

Dengan hati-hati, aku menatap pantulan bayangan diriku di permukaan danau.

Di sana, seorang nymph hutan yang memiliki rambut panjang sepunggung dengan warna terang serta kulit cerah tengah menatapku ... oh, tunggu.

Aku meraba-raba wajahku sendiri. Apakah ... apakah gadis cantik itu adalah aku? Mareie si nymph terjelek di Kazakh itu?

Aku tidak percaya. Oleh karena itu, aku segera bangkit dan berlari menuju permukiman.

"Eh, eh, itu dia Mareie, si nymph terjelek!"

Suara seseorang menyambutku begitu aku masuk ke permukiman. Aku menajamkan penglihatan. Tapi, yang kulihat adalah nymph dengan rambut gelap awut-awutan. Kulitnya pun juga gelap dan tidak terang sepertiku. Sementara matanya juling.

Tidak hanya nymph yang tadi bersuara yang fisiknya begitu, tapi nymph lain pun penampilannya sama. Semua nymph yang ada di sekitarku menoleh dan menatapku intens. Mereka ... penampilan mereka aneh!

Apa ... apa standar kecantikan nymph hutan memang begini? Apakah itu berarti aku jelek karena fisikku berbeda sendiri?

"Mareie! Ke mana saja kau?"

Seorang nymph menyelusup dari balik kerumuman yang mengelilingiku. Aku menelan ludah. Wanita itu ... bahkan fisik wanita itu juga ....

Aku tidak mengerti! Kenapa hanya aku ....

"Tunggu! Mareie! Mau ke mana kau, Mareie?!"

Aku berlari menjauh tanpa memedulikan teriakan dan panggilan dari nymph lain. Aku berlari dan berlari sampai ke jantung hutan. Ternyata si pemandu itu masih ada di sana, tampak menungguku.

"Sudah saya bilang bukan, saya tidak berbohong soal kau yang adalah nymph tercantik di Kazakh." Dia berkata disertai senyum yang terlihat tulus.

"Aku-aku tidak percaya. Kenapa fisikku berbeda sendiri? Kenapa mereka berbohong padaku soal aku adalah nymph terjelek?" Tanpa sadar, air mataku sudah mengalir di pipi.

"Karena mereka iri padamu," ujarnya, "yah, tak ada gunanya lagi kau berada di sini. Mau ikut dengan saya berkeliling Poiesis? Setidaknya, saya tidak akan menghakimi fisikmu."

Aku mencoba menghapus air mataku dengan punggung tangan. Mungkin, tidak ada salahnya ikut dengan orang lain dibanding harus menahan perundungan lebih lama lagi di tempat tinggalku sendiri.

"A-aku mau."

Dia tersenyum lagi.

"Baiklah, Mareie. Saya akan memperkenalkan diri sekali lagi sebagai partner seperjalanan." Dia mengulurkan tangan kanannya ke arahku. "Nama saya Han Poe Glaciella, seorang pemandu. Kau bisa memanggil saya Poe. Salam kenal, wahai Nymph Tercantik di Kazakh."

Fin.

Day 1: pengalaman pertama.

Ayey hahaha akhirnya kelar!

Sebenernya aku butuh muter otak apakah cerita ini nyambung ke tema. Tapi disambung-sambungin ajalah ya. Intinya cerita ini adalah pengalaman pertama Mareie yang akhirnya bisa melihat.

Oke, itu aja. Bye bye~

(Bonus visual Han Poe Glaciella aka Poe si Pemandu)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro