Perjalanan Keempat: Ingin Pergi ke Bintang.
Sapu lidi yang ada di tangan Kakak bisa terbang!
Tapi, tunggu, apakah sapu lidi itu adalah sapu terbang seperti yang ada di film-film fantasi? Karena cukup dengan menaikinya dan berucap mantra, "Picit Picit o Picit!", maka sapu lidi yang awalnya digunakan oleh Mama untuk menyapu halaman, kini bisa terbang di tangan kakakku!
Lihat, lihat! Kakak terbang tinggi menggunakan sapu lidi itu. Dia memelesat di langit, melewati pun menembus awan. Bagaimana rasanya, ya? Aku juga ingin!
Maka, aku pun berteriak sekuat tenaga, "Kakak! Kakak! Aku juga ingin naik!"
Ajaibnya, meski Kakak sedang berada puluhan meter di atas langit, Kakak seperti mendengarku. Dengan perlahan Kakak mulai turun dan sampai di hadapanku.
"Kau ingin naik, Adik?" tanyanya.
Aku mengangguk. "Aku juga ingin terbang." Kukatakan keinginanku.
"Baiklah."
Begitu dia turun dari sapu lidi ajaib itu, aku segera merampas dan naik di atasnya.
"Tapi, hei, memangnya kau tahu cara memakainya?" Kakak bersedekap.
Aku mengangguk. "Aku tahu. Tinggal katakan mantra, 'Picit Picit o Picit', kan?"
"Hah? Dari mau kau tahu, Adik?"
"Aku tadi mendengar Kakak mengatakan itu sebelum terbang menggunakan sapu lidi ini," kataku, lalu menunjukkan cengiran. "Oh, ya, bagaimana caranya Kakak mengubah sapu lidi biasa ini menjadi sapu terbang?"
"Siapa yang bilang itu sapu lidi biasa?" tanyanya dengan satu alis terangkat. "Sapu terbang itu dari temanku yang bernama Poe."
"Apakah aku bisa bertemu dengannya? Aku juga ingin punya sapu lidi ajaib!" Aku berkata dengan mata berbinar-binar. Tapi, Kakak menggeleng.
"Kau tidak akan bisa bertemu dengannya. Yah, sulit. Dia seorang pemandu dan penjelajah. Dia senang berpindah-pindah."
Aku mendesah kecewa.
"Memangnya, kau mau terbang ke mana dengan sapu itu, Adik?"
Aku mengulas senyum. "Aku ingin pergi ke bintang!"
Fin.
Day 4: buat tulisan diawali dengan kata 'sapu lidi' dan diakhiri dengan kata 'bintang'.
Maksa amat ya :')
Yah, sabodo, lah.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro