#8 THE SEARCH
Cuplikan episode sebelumnya dalam audio scene...
https://youtu.be/IycPwEtcBA4
CHAPTER #8 THE SEARCH
Wajah kuyu, mata panda, rambut acak-acakan, dan ngelantur ketika diajak ngobrol adalah bentuk Kairo pagi ini.
Semalaman dia tidak bisa tidur karena memikirkan dua cewek beda alam yang dua-duanya sama-sama sedang ngambek padanya. Setelah perdebatan di UKS kemarin, Berlin menghindar dan tidak mau bicara. Begitu juga dengan Sofia yang tiba-tiba menghilang dan tidak kelihatan wujudnya di seluruh penjuru sekolah. Mungkin hantu cewek itu kesal karena dibentak oleh Kairo.
Pagi yang kesiangan ini rasanya nyaris sempurna bagi Kairo karena Bang Ejip memutar lagu band kesayangannya dan diulang berkali-kali hingga Kairo hafal. Parahnya, lirik lagu itu cocok sekali dengan apa yang tengah dirasakan Kairo saat ini.
"Entah angin apa, yang telah membuatmu, tiba-tiba saja membenciku...." Bang Ejip bernyanyi dengan suara maksimal mengikuti suara penyanyi dari tape mobilnya.
Kairo mendesah panjang. "Ini masalah mereka berdua, kenapa jadi gue yang gila," gumam Kairo pelan di sela-sela suara sumbang abangnya.
"Bagaimana lagi, kupahami kamu, tak cukupkah pengorbananku...." lanjut Ejip semakin menghayati lagunya.
"Bodo amatlah, bukan masalah gue juga. Biar aja pada diberesin sendiri-sendiri." Kairo masih meracau dengan gusar.
"Lo kenapa sih! Ngomel sendiri dari tadi," sahut Bang Ejip.
Percuma, karena Kairo tidak menggubris abangnya.
"Masalah cewek ya? Sini cerita sama Bang Ee-juhpt," tukas Ejip dengan melafalkan namanya, Egypt, sesuai arahan Google.
Kairo melengos. Tidak mungkin menceritakan masalahnya pada abangnya atau orangtuanya. Pasti mereka juga tidak akan percaya. Sambil melamun, cowok itu melempar pandangannya ke jalanan yang ramai di luar.
Kairo berdecak. Walaupun dari rumahnya di Cinere ke SMA LV di Cirendeu Raya hanya berjarak lima kilometer, dia pasti akan tetap terlambat kalau jalan raya padat merayap seperti ini. Masih untung tadi Bang Ejip mau mengantarnya ke sekolah setelah order-an ojek online-nya berkali-kali ditolak driver. Hingga dua puluh menit kemudian, Kairo akhirnya sampai di sekolah. Ejip menurunkan Kairo tepat di depan gerbang yang sudah tertutup rapat.
"Bakalan kena hukum deh lo," tukas Ejip memasang tampang iba.
"Nggak apa-apa, udah biasa," jawab Kairo santai.
Pak Sukim, satpam SMA LV yang melihat Kairo datang dari celah gerbang, segera membukakan gerbang untuk cowok itu. Namun bukan berarti dia lolos begitu saja. Saat gerbang terbuka, di depan pos satpam, sepuluh siswa yang juga datang terlambat berjajar dengan rapi. Pak Sukim memberi gestur memerintah pada Kairo agar ikut bergabung dalam barisan tersebut. Kairo menghampiri Bagong yang juga berada di barisan siswa telatan itu. Mereka berdua saling tos.
"Kok lo telat juga. Ketua kelas macam apa lo, telat begini?" ledek Kairo.
"Biasalah!" jawab Bagong sekenanya.
Tak lama kemudian, Bima muncul dari balik barisan siswa terlambat itu dengan membawa buku catatan. Kairo sedikit kecewa karena Pak Bima yang menjadi guru piket hari ini. Guru lain biasanya memberi hukuman siswa yang terlambat lari keliling lapangan basket atau lapangan upacara sebelum kembali masuk ke kelas masing-masing. Bima tidak, dia lebih sering menyuruh siswa yang terlambat membersihkan bagian-bagian sekolah. Apes rasanya kalau sampai kebagian membersihkan toilet sepagi ini.
Untungnya keberuntungan sedang ada di pihak Kairo. Usai mencatat, Bima segera membagi siswa-siswa tersebut ke dalam kelompok sesuai dengan lokasi yang akan dibersihkan.
"Pras dan Gilang, ruang guru. Kery dan Dara, parkiran guru. Alfi dan Amin, koridor utara. Naga dan Ina, perpustakaan. Kairo dan Bagas, ruang TU," sebut Bima.
"Siap, Pak!" seru mereka serentak.
Kairo dan Bagong segera berjalan menuju kantor Tata Usaha.
Ruangan Tata Usaha yang berukuran cukup luas itu sedang sepi. Dari meja-meja pegawai yang berjajar rapi, hanya ada satu meja yang terisi, yaitu Meja Mbak Luluk. Setelah menyapa Mbak Luluk basa-basi, Bagong dan Kairo bergegas mengambil sapu dan kemoceng yang tergantung di sudut paling belakang ruangan itu. Bagas menyapu ruangan dan Kairo membersihkan perabot-perabot dari debu.
Kairo melangkah mendekati lemari besar di tengah ruang tata usaha. Lemari kayu hampir seukuran dinding ruangan itu menyimpan banyak sekali foto-foto dan juga piala-piala penghargaan hasil dari siswa-siswi berprestasi SMA Lentera Victoria.
Sembari membersihkan kaca lemari itu, mata Kairo menyusuri satu persatu foto angkatan dalam pigura yang berjajar rapi di bagian atas lemari. Foto-foto itu lengkap. Mulai dari angkatan pertama yang lulus di tahun 2000, hingga foto angkatan terakhir yang lulus setahun kemarin, tahun 2018.
Kalau foto tiap angkatan dari angkatan pertama ada, berarti....
Berarti Kairo bisa menemukan Sofia ada di antara foto-foto itu di sana!
"Yesss!" Kairo berseru.
Bagong yang sedang menyapu di belakang punggung Kairo sampai berjingkat karena kaget. Begitu juga dengan Mbak Luluk yang langsung melirik ke Kairo.
Kairo mengabaikan reaksi itu. Dengan teliti cowok itu memperhatikan satu persatu foto-foto itu dari angkatan perangkatan. Tentu saja sulit. Karena fotonya begitu banyak dan tidak mungkin dia bisa melihat satu persatu jika terhalang kaca yang besar. Seandainya saja dia diizinkan mengambil pigura itu dan menelitinya satu persatu.
Seingat Kairo, hasil riset Berlin mengatakan bahwa Sofia meninggal sekitar tujuh tahun lalu. Itu berarti Sofia meninggal di tahun 2012. Kalaupun meleset, kemungkinan besar hanya satu tahun di bawah tahun 2012, yaitu tahun 2011 atau satu tahun di atasnya yaitu, 2013.
Kairo memperhatikan pigura di dalam lemari itu sekali lagi. Pigura tahun 2011, 2012 dan 2013 berada di bagian paling atas lemari. Cowok itu berjinjit, dan fokus melihat satu persatu siswa dalam foto di sana mencari sosok Sofia.
Alangkah terkejutnya Kairo ketika bayangan dirinya yang terpantul di kaca tiba-tiba berubah menjadi wajah seorang cewek pucat.
"Astaghfirullahaladzim!" teriak Kairo kaget.
"Apaan sih, Yo!" Bagong ikut kaget.
"Nggak, nggak!" elak Kairo.
Kairo merengut pada sosok hantu cewek yang membuatnya jantungan barusan.
"Lo nyari apa? Foto gue di sana?" tanya Sofia.
Cowok itu membuang muka dan tetap meneliti pigura itu satu persatu.
"Percuma, Kai. Nggak ada! Gue udah bertahun-tahun di sini, udah kelar semua foto di situ gue pelototin nyari muka gue. Nggak ada!" jelas Sofia. Kairo masih mengabaikannya.
"Gue kan mati sebelum lulus, Kai. Ya nggak mungkin ada di situ lah!" seru Sofia gemas pada Kairo yang tak paham-paham maksudnya.
Kairo mendelik. "Kenapa nggak bilang dari tadi!" cetusnya.
"Bilang apa, Kai?" Bagong menyahut.
"Nggak," jawab Kairo. Cowok itu lanjut membersihkan meja-meja dengan kemoceng sambil ditemai Sofia yang melayang di sampingnya. Dalam hatinya, Kairo lega, karena Sofia masih ada. Tandanya hantu cewek itu sudah tidak marah lagi padanya.
"Luk, sini bentar, penting!" seru seorang pegawai TU lain yang tiba-tiba muncul di pintu memanggil Mbak Luluk. Mbak Luluk segera beranjak dari meja kerjanya dan keluar ruangan mengikuti temannya.
Sebuah ide bagus muncul di benak Kairo. Cowok itu melesat cepat menuju meja kerja Mbak Luluk.
"Gong! Oi, jaga pintu tolong!" bisik Kairo meminta tolong Bagong.
Bagong yang sadar situasi segera menuju pintu sambil keheranan. "Ngapain sih lo, Kai! Bukannya bersih-bersih. Ayo buruan kelarin terus ke kelas, keburu ulangan kita."
"Sst. Diam dulu. Jaga pintu kasih tahu kalau Mbak Luluk balik," perintah Kairo yang mulai mengotak-atik komputer Mbak Luluk. Sofia mengekor di belakang Kairo.
Kairo bersyukur komputer Mbak Luluk belum tertutup sehingga Kairo tidak perlu memasukkan password untuk bisa mengaksesnya. Dengan tangan gemetar, Kairo mengarahkan mouse ke website sekolah yang sudah terbuka dengan identitas Mbak Luluk. Dia mencari kolom bertuliskan data siswa dan membukanya.
"Kai cepetan!" Bagong berbisik panik. Sofia di belakang Kairo pun ikut deg-degan.
Kairo tahu akan terlalu lama jika dia memeriksa satu-persatu folder setiap angkatan. Cowok itu langsung saja mengarahkan kursornya ke kolom pencarian di bagian kanan atas halaman. Kairo yakin jika data Sofia bisa didapat, maka penyelidikannya setelah ini akan semakin mudah.
Dia mengetikkan nama Sofia dengan gemetar.
SOFIA TANCAWAYA. ENTER.
Halaman berubah menjadi putih, dengan sebaris tulisan di sana.
Data not found
"Ha? Kok nggak ada!" seru Kairo.
"Kai cepetan! Mbak Luluk udah jalan ke sini!" seru Bagong sambil meloncat-loncat karena panik.
"Kok nggak ada, Kai?" tanya Sofia.
Kairo dan Sofia berpandangan.
"Kai! Buruan!" panggil Bagong.
Tidak ada waktu lagi. Kairo buru-buru menekan close laman itu dan pergi dari meja Mbak Luluk.
Terlambat. Di pintu masuk ruang TU, Mbak Luluk sudah menjewer Bagong sambil menatap Kairo yang masih membeku di samping meja.
"Kalian berdua, ikut saya ke BP!" ucap Mbak Luluk tegas.
*** to be continue ***
Lia Speaking~
Halo, Caser!
Huwaaaa udah seminggu nih, nggak ketemu, nih. Akhirnya bisa upload juga ya chapter baru Podcase ^^
Gimana lanjutan chapter ini menurut kalian?
Gimana hari ini? Ada kabar apa dari kalian?
Yang ngerjain tugas, banyak nggak tugasnya?
Atau apa pun kegiatan kamu hari ini, semoga dilancarkan semuanya ya ☺️
Btw, kalian udah klik audio scene di awal cerita belum? Kalau belum coba cek dulu gih ☺️
Nah, Casers kesayanganku semua, segini dulu ya author's note malam ini. Lusa kita lanjut lagi di Chapter 9. Jangan lupa nyalain notifikasinya ya 🤗
Seperti biasa, kasih cinta banyak-banyak buat Kairo, Berlin dan Sofia 🥰
Jangan lupa vote, komen, dan share ke temen-temen kamu kalau kamu suka sama ceritanya ^^
See yaaa...
Jangan lupa jaga kesehatan.
Sayang kalian semua :*
Love you to the bone,
Lia Nurida
#KawalPodcaseSampaiTokoBuku
IG Penulis: lianurida
Wattapad Penulis: lianurida
Sound of The Day: Lagu yang dinyanyiin Bang Ejip di mobil buat ngeledekin Kairo ^^
https://youtu.be/ubbNvpb5ODM
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro