Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#3 THE INDIGO

*** Previous chapter ***

"Jangan ganggu gue lagi, bisa?" ucap Kairo tiba-tiba dari depan Ruang UKS.

Suara Kairo membuat langkah Berlin terhenti. Cewek itu mundur dan bersembunyi di balik tembok.

Ngomong sama siapa dia?

Kening Berlin berkerut. Di depan Kairo, tidak ada siapa-siapa, tetapi raut wajah cowok itu terlihat seperti sedang berbicara kepada seseorang. Sebagai seorang host yang sering kepo akan banyak hal, secara refleks Berlin mengambil ponsel dari saku rok seragamnya. Dia merekam Kairo yang masih berbicara dengan ruang kosong.

***

CHAPTER #3 THE INDIGO

Kebiasaan di keluarga Kairo jika hari sudah menjelang magrib, semua jendela dan pintu rumah harus ditutup. Jika tidak sedang ada kegiatan di luar, sebaiknya semua anggota keluarga berada di dalam rumah dan tidak keluyuran.

Kata mama Kairo, "Biar setan nggak bisa masuk."

"Padahal, di dalam rumah juga udah ada setannya, Ma," sahut Kairo suatu ketika, dan kalimat itu berakhir dengan lemparan kemoceng yang mengenai kakinya.

Seperti sore ini, begitu langit sudah mulai gelap dan pengeras suara dari musala di dekat rumah Kairo mulai melantunkan pujian-pujian, tanpa disuruh cowok itu langsung beranjak. Dia menutup pagar, jendela, gorden, dan semua pintu, serta menyalakan lampu.

Saat cowok itu baru saja akan mengunci pagar, Egypt, alias Ejip, kakak Kairo tiba sambil mengklakson mobilnya keras-keras.

"Yo, buka dulu pagarnya!" teriak Egypt dari dalam mobil, kepalanya melongok ke luar.

"Parkir di luar aja dulu, Bang. Mau magrib," sahut Kairo.

"Yo, bukain!" seru Egypt lagi.

Kairo menyipitkan mata. "Bang, lo dari mana?" tanya Kairo yang masih belum mau membukakan pagar.

"Kepo ih, bukannya bukain pagar. Udah, cepetan, gue kebelet!" Suara Egypt meninggi, gemas dengan keleletan adiknya.

"Dih, jawab dulu! Serius, lo dari mana? Ada tentara tuh, berdarah-darah, ngikut di mobil lo. Jangan bawa masuk dulu mobilnya," jawab Kairo santai.

Sontak Egypt langsung mematikan mesin dan segera keluar dari mobil dengan membiarkan pintunya terbuka begitu saja.

"Apaan sih, Yo! Nggak lucu! Nih, lo yang parkirin!" seloroh Egypt kesal sambil melempar kunci ke Kairo.

Kairo menangkap kunci itu dengan tepat sambil cekikikan melihat abangnya yang ngibrit masuk ke rumah.

"Ma! Kairo minta dirukiah, noh!" Seruan Egypt mengadu ke mama mereka terdengar dari dalam rumah.

Kairo hanya tersenyum kecil mendengarnya. Kemudian dia masuk ke mobil untuk memarkirnya sementara di depan rumah. Sebelum menyalakan mesin, cowok itu melirik sebentar ke jok belakang. Seorang tentara muda berusia kisaran 20 tahun dengan membawa senjata api laras panjang duduk di sana.

Wajahnya yang putih pucat berlumuran darah. Sebelah kanan atas dadanya berlubang bekas ditembak. Seragam lorengnya yang berwarna hijau pun telah lusuh. Tentara itu melirik ke Kairo. Kairo memalingkan wajah dengan cepat, menghindari kontak mata. Dia tak mau arwah tentara itu tahu bahwa dirinya bisa melihat. Itu akan membuatnya repot.

Kairo memiliki kemampuan bisa melihat makhluk tak kasatmata sejak kecil. Kemampuan yang bahkan awalnya tidak dia sadari. Papa, mama, dan abangnya sudah tahu bahwa dia punya kelebihan itu. Namun, Kairo merasa bahwa keluarganya tidak sepenuhnya menyukai keadaannya.

Jika Kairo bercerita tentang sosok yang dilihatnya, Papa akan menyebutnya mengada-ada, Mama juga bilang dia hanya bercanda, dan abangnya yang parnoan, selalu meledeknya dengan kata halu dan bertingkah menyebalkan.

Kalau di lingkungan keluarga saja keadaannya tidak diterima, bagaimana di luar sana? Sudah cukup Kairo dianggap gila saat SD gara-gara kepergok sedang bicara sendiri. Padahal, dia sedang ngobrol dengan seorang nenek-nenek pucat yang mencari cucunya di belakang kelas. Setelah itu, tak ada lagi yang mau berteman dengan Kairo.

Sejak itu, sebisa mungkin Kairo menyembunyikan keadaannya. Walau begitu, terkadang Kairo tak bisa menghindari keberadaan sosok-sosok tembus pandang yang selalu mencoba berinteraksi dengannya. Sejauh ini, usaha Kairo menyembunyikan semua itu berhasil. Ya, bertahun-tahun dia berhasil menyembunyikannya dari teman-teman sekolah.

Akan tetapi, semua seolah sia-sia gara-gara seorang cewek yang tadi siang tiba-tiba mendatanginya.

"Gue tahu lo bisa lihat hantu," ucap seorang cewek mungil dengan seragam kedodoran yang berdiri di depan Kairo.

Kairo yang ketika itu sedang bolos kelas dan membaca komik di lorong buntu tempat persembunyiannya pun mendongak. Butuh beberapa detik untuk membuatnya yakin terlebih dahulu bahwa cewek di depannya benar-benar manusia, bukan arwah. Karena, memang sejelas itu Kairo bisa melihat mereka. Jika wujudnya normal, mereka hampir tak bisa dibedakan dengan manusia.

Kairo mengernyit. Cowok itu heran dengan kemunculan teman sekelasnya yang bernama Berlin. Setahu Kairo, di kelas, cewek ini hampir mirip-mirip hantu. Selalu sendirian, dan jarang terlihat berurusan dengan teman sekelas lainnya.

"Maksud lo?" tanya Kairo pura-pura tidak paham dengan pernyataan Berlin di awal tadi. Cowok itu menutup komik yang sedang dibacanya dan meletakkannya di samping.

"Gue tahu lo bisa lihat hantu. Gue punya bukti," kata Berlin lagi.

Kairo tertawa kecil.

Apa-apaan, nih?

"Kata siapa gue bisa lihat hantu?" Kairo bertanya balik. Meskipun dalam hatinya dia mulai panik karena ada hal tidak terduga seperti ini, cowok itu tetap berusaha terlihat tenang. "Lo ngigau, ya?" sangkalnya.

Berlin tidak menjawab. Cewek itu malah mengeluarkan ponsel, kemudian menunjukkan sebuah video kepada Kairo. Kairo menghela napas panjang saat dia menonton video yang diputar Berlin. Video saat dia sedang mengusir Sofia di depan UKS kemarin pagi.

Mata Kairo membulat. "Ehm," dehamnya.

Cowok itu tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi hal-hal seperti ini. "Itu gue lagi latihan drama," ucap Kairo membuat alasan.

"Nggak ada ekskul drama di sekolah kita," timpal Berlin.

"Itu gue lagi nelepon orang, pakai airbuds. Lo ngerti nggak airbuds?" Kairo masih berusaha ngeles sekali lagi.

Dengan santai Berlin menunjuk ponsel Kairo yang menyembul di saku seragamnya. "Handphone lo merek Samsung. Tipe jadul lagi. Mana ada Samsung pakai airbuds?"

Sial. Kairo kehabisan akal untuk mengelak.

"Lo bisa gue tuntut karena merekam gue tanpa izin," ancam Kairo.

Cewek itu mendesah panjang. Bukannya takut diancam begitu, dengan santai dia malah mengambil komik di samping Kairo, kemudian mengibaskan tangan agar cowok itu menggeser badan untuk memberikannya tempat duduk.

Buset, nih cewek sok akrab banget!

"Ini bukan pertama kalinya gue lihat lo ngomong sendirian kayak di video ini. Kira-kira, kalau video ini gue unggah ke YouTube terus gue mention nama lengkap lo dan gue share di grup sekolah biar viral, seru kayaknya, ya?" ancam Berlin sambil membuka-buka secara random halaman komik milik Kairo.

Kairo mendengkus kesal sambil merebut komiknya dari tangan Berlin. Cowok itu lalu memiringkan badan agar bisa menghadap cewek itu. Mungkin dia harus bersikap lebih ramah agar cewek itu tidak melakukan hal-hal aneh dengan informasi yang diketahuinya. Namun, susah bagi Kairo bertingkah manis di depan cewek. Bisa-bisa Berlin malah merasa bahwa dugaannya benar.

"Lo mau ngapain? Nyebarin video itu ke seluruh sekolah? Ngatain gue gila karena ngomong sendiri?" tanya Kairo dengan nada meremehkan.

"Kalau lo mau bantuin gue, rahasia lo aman di tangan gue," tawar Berlin.

Sudah Kairo duga, cewek ini mengancamnya seperti itu karena ada maunya. "Sebarin aja. Nggak akan ada yang percaya sama lo," lanjut Kairo dengan yakin.

"Berarti lo mengakui kalau lo bisa lihat arwah?" jebak Berlin.

Kairo gelagapan, tetapi dengan cepat dia bisa segera menguasai diri.

"Bukan! Maksud gue .... Ah, terserah lo deh mau bilang apa! Yang jelas nggak akan ada yang percaya sama lo di sekolah ini," ucap Kairo santai.

Siapa yang akan percaya dengan cewek ansos, penyendiri, dan aneh seperti Berlin? Cewek itu bahkan tidak terkenal. Kairo yakin, selain siswa-siswa di kelasnya, pasti tidak ada yang tahu siapa Berlin.

Berlin terdiam cukup lama sebelum akhirnya berkata, "Gue tahu, nggak akan ada yang dengerin gue," ucap cewek itu akhirnya.

Kairo melirik ke samping. Cewek itu menunduk sambil meremas-remas tangannya sendiri. Kairo menelan ludah. Suasana menjadi canggung. Sikap Berlin yang seperti itu membuat Kairo khawatir sudah salah bicara.

"Gue bener-bener butuh bantuan lo, Kai." Kali ini nada bicara Berlin berubah serius, membuat Kairo menjadi tidak enak perasaan. "Terserah lo percaya atau nggak, tapi gue beneran butuh bantuan lo."

Kairo mendesah panjang. "Bantuan apa?" tanya cowok itu karena tidak tega melihat wajah Berlin yang memelas.

"Lo percaya nggak, kalau gue kasih tahu, gue ini Briska? Host Podcase."

Kairo diam sesaat untuk mencerna pengakuan Berlin.

Podcase yang lagi viral itu? Masa, sih?

"Kalau lo percaya, sekarang lo pasti ngerti, kan, kenapa gue butuh bantuan lo?" ujar cewek itu lagi.

Kairo tidak tahu harus merespons seperti apa. Dari kemarin, kasus Briska yang viral ini masih menjadi bahan pembicaraan. Apalagi, setelah Briska memutuskan mengunci akun Instagram, dan menghilangkan rekaman podcast yang viral itu. Banyak orang yang semakin yakin kalau itu setting-an. Jika dirinya berada di posisi Briska, pasti berat rasanya menghadapi banyak hujatan seperti itu. Namun, memercayai bahwa Berliana Mariska, atau Berlin, sebagai seorang Briska yang terkenal itu, rasanya tidak mungkin.

Setelah berpikir singkat, Kairo akhirnya berkata, "Gue, sih, sebenarnya nggak peduli lo beneran Briska atau bohongan. Ya, katakanlah lo beneran Briska, deh. Tapi, gue mesti tegasin, gue nggak seperti yang lo kira tadi, bisa lihat arwah atau hantu. Lo salah."

Berlin tidak menjawab. Cewek itu menatap Kairo dengan mata berkaca-kaca, membuat Kairo semakin salah tingkah. Kalau kelamaan di sini, dia pasti akan luluh.

"Sorry, gue nggak bisa bantu lo. Udah ya, gue mau ke kelas," ucap Kairo sebelum Berlin membujuknya lagi.

Cowok itu akhirnya meninggalkan Berlin sendirian di lorong persembunyian. Sikap yang akhirnya dia sesali hingga pulang sekolah kini.

Dulu, Kairo tidak seperti ini. Dia selalu membantu siapa pun yang butuh pertolongan. Orang tuanya mengajarkan demikian. Namun, gara-gara dulu dia tak bisa membedakan hantu dan manusia, dia sering hampir celaka karenanya. Sejak itu, Kairo belajar untuk mengabaikan semua hal yang tidak ada kaitannya dengan dirinya, terutama yang berurusan dengan arwah.

Akan tetapi, wajah sedih Berlin yang terbayang-bayang di benaknya, membuat cowok itu tidak nyaman. Meskipun tidak bisa membantu, setidaknya seharusnya dia bisa bersikap lebih ramah kepada cewek itu.

Suara azan Maghrib dari musala dekat rumah menyadarkan Kairo bahwa dia sudah terlalu lama melamun di dalam mobil. Cowok itu pun mendesah panjang sambil menggeleng-gelengkan kepala. Dia berusaha mengenyahkan pikirannya tentang Berlin dan kasus viral Podcase. Sebaiknya dia segera masuk ke rumah jika tidak ingin diomeli Mama.

Baru saja Kairo hendak membuka pintu mobil untuk keluar, cowok itu merasakan pundaknya dicolek dari belakang. Tubuh Kairo pun menegang.

"Bang, bisa antar saya pulang?" tanya suara parau dengan napas panas di belakang Kairo.

Rupanya itu hantu tentara yang sedari tadi ada di jok belakang mobil Egypt. Tanpa menunggu lebih lama lagi Kairo langsung keluar dari mobil sambil membanting pintu keras-keras.

*** to be continue ***

Lia Speaking~

Haiii Caser! Apa kabar? 

Di chapter 3 kali ini, kalian kenalan lebih dalam dengan Kairo dan juga keluarganya. Ada Bang Ejip yang penakut dan suka dijahilin sama Kairo wkwkw. 

Gimana menurut pendapat kalian? Makin penasaran nggak sama jalan cerita PODCASE?

Mau tau visualnya nggak? 

Kalau ini Kairo Elyas, udah pada tahu kan ya? 

Nah kalau ini, Egypt Hisyam, atau Bang Ejip. Di chapter-chapter selanjutnya, kalian juga akan ketemu Bang Ejip lagi, lho! 

Oh, ya, aku pengin tahu dong, di antara kalian, ada nggak yang punya kemampuan kayak Kairo? 

Atau ada yang punya pengalaman horor? 

Kalau aku, ada sih beberapa pengalaman horor. Ceritanya udah aku bagikan di podcast PODCASE di Spotify. Dengerin deh. 

Nah, untuk hari ini, segini dulu, ya Caser. Kalau kalian mau kenalan dan ngobrol-ngobrol lebih jauh sama aku, boleh banget lho, colekin Instagramku di @lianurida 

Okeee. Kita ketemu lagi minggu depan ya, di hari Rabu! 

Sekali lagi, nggak bosan-bosannya aku mau ngucapin makasih buat yang baru baca Podcase, ataupun yang baca ulang. Makasih yaaa ^^ 

Terima kasih juga buat yang sering ninggalin komentar, seru banget bisa komunikasi langsung sama kalian. 

Jangan lupa vote, komen, dan share ke temen-temen kamu kalau kamu suka sama ceritanya ^^

Kasih cinta banyak-banyak buat Kairo, Berlin dan Sofia. Terima kasih.

See yaaa...

Jangan lupa jaga kesehatan.

Sayang kalian semua :*

Love you to the bone,

Lia Nurida

IG Penulis: lianurida
Wattapad Penulis: lianurida

Sound of The Day hari ini: 

https://youtu.be/khE7pSOgDbA

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro