Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

#1 THE PODCAST


*** Previous chapter ***


Acha: Gue denger jelas banget, di menit 15:55. Kayak suara cewek nangis nggak, sih?

Dara: Demi apaaa, gue juga denger jelas banget!

Bagong: Settingan ini mah!

Chika: Merinding banget! Untung gue dengerin pas udah pagi.

Ilham: Kalau settingan gue kecewa sih, gue penggemar berat Briska soalnya.

Leo: Kayaknya itu beneran suara Hantu Sofia, deh. Gosipnya kan dia sering gentayangan di sekolah kita.

***

CHAPTER #1 THE PODCAST


Seminggu sebelum viral ...

"Apa cuma gue yang ngerasa podcast Briska belakangan mulai ngebosenin?" tulis akun @vinividibucin di kolom komentar Instagram video teaser episode terbaru Podcase yang baru saja diunggah.

Berlin menghela napas panjang setelah membaca komentar itu. @vinividibucin bukan satu-satunya yang menulis komentar seperti itu. Di bawahnya ada @saoskacang yang juga mengatakan hal yang mirip. "Itu mulu yang dibahas. Bosen ah, Bris!" tulisnya.

Dan masih banyak komentar serupa dari pendengar lain. Berlin tidak marah atau baper, karena tidak ada satu pun yang tahu bahwa dia adalah sosok di balik penyiar Podcase bernama Briska. Berlin menganggap komentar mereka itu masukan untuknya.

Selama ini, sebagai Briska, Berlin selalu berusaha untuk mencari tema yang seru dan meriset dengan detail materi yang akan dia bawakan di setiap episode terbaru podcast agar tidak mengecewakan pendengarnya. 

Namun, belakangan Berlin sulit berkonsentrasi mengerjakan konten podcast-nya dengan totalitas. Selain pekerjaan rumah yang menggunung, hasil nilai Ujian Tengah Semester Berlin juga buruk. Gara-gara itu, jam belajar Berlin diawasi ketat oleh maminya. Cewek itu jadi tidak punya banyak waktu luang untuk meriset konten yang bagus.

Berlin berhenti membaca komentar-komentar itu dan menyurukkan ponsel ke laci meja saat bel masuk kelas berbunyi. Sambil menunggu guru jam pelajaran pertama datang, dia membaca kembali buku catatannya minggu lalu.

Acha dan Dara, yang duduk di depan bangku Berlin masih mengobrol. Cewek itu tidak bermaksud menguping, tetapi suara dua temannya itu cukup keras sehingga terdengar jelas.

"Gedung auditorium emang seram, Cha. Apalagi kalau mau magrib. Minggu lalu, Alma habis ketemu hantu cewek rambut panjang pakai seragam kayak kita di belakang gedung itu," tukas Dara yang bercerita dengan penuh semangat.

Berlin mencondongkan badannya lebih dekat ke bangku Dara dan Acha untuk menajamkan pendengarannya, sambil tetap berpura-pura membaca buku catatan.

"Hah, serius?" Mata Acha membulat.

"Iya, Cha. Hantu cewek yang katanya sering gentayangan karena bunuh diri di belakang sekolah kita itu," jawab Dara.

"Yang namanya Sofia Sofia itu?" tanya Acha penasaran.

"Ssst. Jangan disebut! Pamali. Nanti dia datang." Dara bergidik.

Percakapan dua cewek itu berakhir setelah Bu Nina, guru Akuntansi, tiba di kelas. Berlin pun kembali ke posisi duduknya semula. Diam-diam, sebuah ide cemerlang untuk materi konten podcast minggu ini sudah tersimpan di kepalanya. Kali ini Berlin yakin, pasti tidak akan mendapat komentar buruk lagi dari pendengar setianya.

***

Beberapa jam sebelum viral ...

Berlin memperhatikan draft rekaman podcast terbarunya dengan jantung berdebar. Raut wajahnya yang bersemangat setiap akan mengunggah rekaman podcast ke kanal, kali ini terlihat tegang.

"Ini suara siapa?" gumamnya. 

Suara Berlin bergetar. Apalagi jam di meja belajar sudah menunjukkan hampir pukul setengah dua belas malam. Kesunyian di luar kamar menandakan bahwa semua anggota keluarganya sudah tidur.

Setelah cukup mengumpulkan keberanian, Berlin memantapkan diri untuk sekali lagi mendengarkan draft rekaman podcast-nya dari awal. Earphone telah terpasang rapat di telinganya. Cewek berkacamata itu yakin, dia pasti hanya salah dengar.

"Hai, ini Briska. Selamat datang di Podcase. Sebelum lo mendengarkan kisah-kisah yang bakal gue bawakan malam ini, pastikan bahwa pintu dan jendela kamar lo, sudah terkunci rapat."

Aman di bagian pembukaan, cewek itu fokus melanjutkan pengecekan.

"Di episode Podcase yang kedua puluh tiga ini, gue bakal cerita tentang sebuah cerita horor yang terkenal di sekolah gue, Hantu Sofia."

Berlin menekan pause. Sebuah embusan udara dingin melewati tengkuknya. Bulu kuduknya meremang. Buru-buru dia bangkit dari kursi dan menyalakan lampu kamar. Setelah melihat sekeliling dan merasa lebih aman, cewek itu kembali duduk. Dia mengusap-usap bagian belakang lehernya sebentar, kemudian kembali menekan tombol play.

"Ya, Sofia, sosok hantu cewek berseragam yang konon sering muncul dan menakut-nakuti siswa di sekolah gue. Nggak ada satu pun yang benar-benar bisa menceritakan tentang asal-usul sosok tersebut. Bahkan orang-orang di sekolah gue menganggap, membicarakan Sofia adalah hal yang tabu."

Rekaman terus bergulir. Hingga mendekati menit kelima belas, menit ketika dia menemukan ada yang tidak beres dalam rekaman podcast-nya, Berlin mulai gelisah. Cewek itu memutuskan untuk pindah ke tempat tidur, meringkuk sambil menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut tebal.

"... tubuh Sofia ditemukan tak bernyawa di belakang gedung sebuah sekolah, dalam keadaan tengkorak kepala pecah dan bersimbah darah. Tidak ada petunjuk apa pun, sehingga polisi dan pihak sekolah menutup kasus ini sebagai kasus bunuh diri ...."

"Tolong ...." Suara itu terdengar lagi. Di menit yang sama, menit ke 15:55.

Berlin menahan napas sejenak. Dia merinding ketakutan. Rasanya ingin menjerit, tetapi mati-matian ditahannya. Suara itu benar-benar ada. Diulang berapa kali pun tetap ada.

Gimana ini, masa gue harus rekaman ulang?

Selama ini, tidak pernah ada kejadian aneh dalam rekamannya. Cewek itu berpikir, apa mungkin ini terjadi gara-gara dia merekam siarannya kali ini di Ruang Multimedia di sekolah?

Berlin pun bergidik. Dia tidak menyangka hal ini akan terjadi. Hari ini, cewek itu terpaksa merekam podcast-nya di sekolah karena takut ketahuan Mami jika melakukannya di rumah.

Setelah berpikir keras, Berlin yakin untuk tetap mengunggah draft rekaman podcast itu apa adanya. Lagi pula, dia sudah tidak punya waktu lagi untuk merekam ulang. Sambil merapal doa dalam hati, cewek itu berharap tidak ada satu orang pun yang menyadari suara mengerikan itu. Kalau pun ada yang mendengar, semoga tidak akan menjadi masalah besar.

Pada akhirnya, Berlin menekan tombol berwarna ungu yang bertuliskan "publikasikan episode ini" di bagian bawah aplikasi podcast.

3 ... 2 ... 1....

Sebuah notifikasi muncul di layar ponsel.

Episode ini telah berhasil diterbitkan dan dapat didengar di mana pun podcast Anda tersedia.

"Tenang, Ber. Semua akan baik-baik saja," bisik Berlin seraya menghela napas panjang.


*** to be continue ***

Lia Speaking~

Annyeong, Caser! 

Apa kabar kalian semua hari ini?

Di tempat kalian hujan nggak? Kalian sehat-sehat kan? 

Sore ini, aku kembali lagi dengan chapter lanjutan kemarin nih. Gimana menurut kalian Chapter 1 nya?

Di chapter ini kalian sudah ketemu sama Berlin, cewek yang memakai nama lain Briska sebagai host podcast yang lagi viral karena rekaman suara Hantu Sofia. 

Gimana pendapat kalian? Kalian percaya nggak sama Berlin, kalau suara itu emang bukan settingan? 

Lalu kira-kira kenapa ya, kok Sofia minta tolong di podcast Berlin?

Caser, tahu nggak kalau kalian bisa lho ikut mendengarkan suara Sofia yang terekam di podcast Briska. Caranya, buka Spotify, kemudian search: Podcase Novel. Dengarkan Episode 2: Sofia's Story.

Nah, Caser. Kalau udah dengar, kasih tau pendapatmu, ya! 

Oh, ya. Karena kalian udah ketemu sama Berlin, Kairo dan Sofia di bab ini dan bab sebelumnya, aku mau tampilin visual mereka bertiga nih, Caser. 

Salam kenal dari Berlin, Kairo dan Sofia untuk kalian yang baru baca Podcase. 

Segini dulu, ya, dari aku. Kita ketemu lagi di bab selanjutnya hari Rabu depan. 

Jangan lupa pencet vote yuk, jika kalian suka sama ceritaku. Kasih cinta banyak-banyak buat Kairo, Berlin dan Sofia. Terima kasih. 

See yaaa...

Jangan lupa jaga kesehatan.

Sayang kalian semua :*

Love you to the bone,

Lia Nurida

IG Penulis: lianurida
Wattapad Penulis: lianurida


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro