Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

○ dikala pertemuan

Ryuu melangkah pelan, bersembunyi dibalik pohon-pohon kokoh. Penuh kehati-hatian, dia mengambil anak panah dan membentangkan busurnya. Tatapannya melekat pada seekor rusa yang berjarak enam langkah darinya. Anak panahnya melesat bersamaan dengan suara siulan. Sayang, sepertinya si rusa mendengar siulan lebih dulu sehingga panah Ryuu menancap di tanah.

"Keren! Gaku saja tidak sehebat itu saat event berburu tahun lalu. "

Mendengar tepuk tangan dan pujian dari atas, Ryuu mendongak. Pria itu mendapati seorang gadis yang duduk di dahan pohon di depannya. Kemeja berumbai dipadu celana dan sepatu kulit, Ryuu tidak pernah melihat seseorang seaneh dia.

Tapi, dia seorang gadis.

Seketika rasa kesal dikalahkan rasa malu.

"A-apa kamu tak tahu aku s-sedang berburu? "

Gadis itu bersedekap. "Aku tahu. Tapi aku bertemu dengan keluarganya tadi. Tega rasanya membiarkan anak-anaknya menunggu padahal ibunya tidak akan pulang. "

"Tapi, aku belum mendapatkan satupun ekor hewan hari ini, " tukas Ryuu pelan. Gadis yang membiarkan buruannya lari itu segera menyatukan tangannya setelah mendengarnya.

"M-maaf! Kukira kau sudah mendapatkan hewan lain, makanya aku membiarkan rusa tadi."

Ryuu menurunkan pundaknya, lesu. Dia beranjak duduk di bawah pohon yang ia gunakan bersembunyi tadi. Meminum sisa persediaan air yang ia bawa hari ini, Ryuu tersenyum miris. Bukan berarti dia bermasalah jika pulang dengan tangan kosong. Dia tak tega mengingat anak-anak suku yang menatapnya penuh kekaguman ketika dia pamit.

Di bawah pohon rindang, Ryuu menyemangati dirinya sendiri.

"Hei. "

Bahu Ryuu menegap, seakan tertangkap basah melakukan sesuatu-- dia tak melakukan apa-apa!

Pemuda itu menoleh, mendapati gadis tadi menatapnya.

"Y-ya? "

Tersenyum lebar, gadis itu membusungkan dadanya.

"Aku [Name]! "

Ryuu mengerjap sesaat. "Ryuu, " balasnya kemudian.

Mata [Name] berbinar setelah Ryuu merespon, "Jadi, kau dari suku Aidoru? "

Busur seketika terangkat, [Name] refleks mengangkat kedua tangannya .

"Sebentar! Aku hanya seorang gadis, oke? Apa kau menyerangku yang hanya memiliki tangan kosong? "

Ryuu menghentikan tangannya. Pertama, dia meloloskan targetnya, sekarang tahu tentang sukunya. Normal jika Ryuu merasa terancam. Namun, [Name] benar. Daripada menyerang, gadis itu lebih mirip ingin jalan-jalan.

Menurunkan kembali busur, Ryuu bersandar di batang pohon.

"Aku dari Negeri Seberang, tidak tahu kalian menyebut kami bagaimana. Hari ini aku dan rombonganku baru sampai di sini. Kami berniat mencari sumber daya murni, tentu tidak akan berlebihan. "

Mereka mengetahui nama satu sama lain. [Name] dengan riang menceritakan pengalamannya, dari yang dipaksa mengetahui segala hal hingga pergaulan kelas atas yang Ryuu tidak terlalu paham.

"Kedengaran berat. Aku dan anggota suku lainnya tidak terlalu memikirkan kedudukan. Ketika kami ingin berpesta, semua orang boleh ikut. "

[Name] menyatukan tangannya lagi. "Itu namanya pesta sesungguhnya! " Serunya takjub.

Satu hal yang Ryuu pahami setelah bertemu [Name], tidak semua pendatang itu kejam.

Buktinya, [Name] sangat baik. Dia meminta maaf ketika salah dan juga sayang hewan, tidak jauh berbeda dari gadis-gadis dari sukunya. Tapi, [Name] lebih riang, lebih berani mengungkapkan perasaannya.

"Lalu, kau tahu-- Whoa! "

Terlalu antusias, [Name] tidak melihat dahan yang ia duduki. Tidak bisa menahan beban [Name] terlalu lama, gadis itu terjatuh bersamaan dahan pohon.

Ryuu seketika berlari, menangkap [Name] yang menutup erat matanya.

"Astaga, lain kali hati-hati. Kau tidak apa-apa, [Name]?"

Kelopak mata [Name] perlahan membuka. Di bawah matahari yang cukup menyengat, Ryuu menatapnya khawatir. Darah seketika mengalir ke kepalanya.

"A-aku baik-baik saja," jawab [Name] dengan anggukan dua kali.

Ryuu perlahan menurunkan [Name].

"Terima kasih, Ryuu. Maaf, aku pasti be-- "

[Name] melangkah mundur. Naas, dia tidak melihat pijakannya yang tak lain dahan rapuh tadi. Gadis itu terhuyung menuju ujung tebing yang Ryuu tak sangka ada di dekat mereka.

"[Name]! "

Dengan sigap, Ryuu berlari. [Name] mendengar deras air, seperti dia akan jatuh ke dalam laut berombak ganas. Dia hanya bisa merasakan angin di kakinya.

Penuh rasa takut, [Name] menggapai uluran Ryuu sekuat tenaga. Ryuu berhasil mendekapnya setelah tangan mereka saling bertautan.

Dan mereka terjatuh ke sungai yang sangat deras.

---

"Puah! "

[Name] segera bangun, menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Seingatnya, Ryuu menolongnya dan mereka terjatuh di sungai yang sangat deras. Arus sungai itu membuat [Name] dan Ryuu susah berenang menuju tepi. Kakinya menjadi kram karena terlalu banyak bergerak di dalam air, lalu...

...dia pingsan?

Suara deras air menyadarkannya dari pemikiran rumit. [Name] menoleh, mendapati air terjun yang sangat indah. Gadis itu kembali terdiam, terpana dengan pemandangan yang benar-benar berbeda dibandingkan air terjun buatan kerajaan. Sepertinya, dia sudah berada di tepi sungai bersama Ryuu di sampingnya.

Lega memenuhi [Name] setelah melihat Ryuu yang berbaring di sampingnya. Mendekati, tak lama dia menjadi panik karena Ryuu tak kunjung sadar. [Name] tak tahu berapa lama waktu yang terlewat saat dia tak sadar. Yang pasti, matahari sudah bergerak dari puncak sejak mereka bertemu.

Tenggelam, ya, bisa jadi mereka tenggelam sebelum terdampar di dekat air terjun. Saat berada di sungai yang sangat deras, [Name] seakan merasakan kemarahan alam. Ryuu masih tak sadar, napasnya sangat lemah.

Gadis itu semakin panik saat Ryuu tidak bangun walaupun [Name] menggoyang bahunya.

"Ryuu? Bangunlah, Ryuu! Hei! "

Matanya meredup putus asa, [Name] berpikir keras mengingat cara yang dapat dia lakukan untuk menyelamatkan teman barunya.

Sesaat, pipi [Name] bersemu. Sadar bahwa bukan waktunya dia memikirkan rasa malu, gadis itu menampar pipinya sebelum menyentuh wajah Ryuu secara hati-hati. Tangannya memegangi dagu dan hidung Ryuu, kemudian mendekatkan wajahnya.

✾——✾

Em, yea, napas buatan. :D

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro