Part 4
Demi hutang UKT dianggap lunas dan tak perlu memikirkan lagi uang untuk biaya kos satu tahun ke depan, Elsa setuju untuk menjadi pacar pura-pura Adrian. Itu adalah penawaran yang sangat menguntungkan untuk dirinya, jadi, mana mungkin Elsa akan menolak. Dan juga, dia akan merasakan menjadi pacar Adrian.
Walau cuma satu hari tapi itu sudah cukup membuatnya senang.
"Beneran harus pake yang ini, Kak?"
Elsa memutar tubuhnya di depan cermin besar. Cantik, sih, tapi too much. Yang sedang dipakai oleh Elsa adalah gaun printed silk musin keluaran brand terkemuka chanel seharga 11.500 US dollar. Kalau dirupiahkan itu seharga seratus juta lebih.
Sumpah demi apapun, itu adalah barang termahal yang pernah melekat ditubuh Elsa. Dia tak pernah membayangkan gaun hitam dengan garis berwarna merah dan kuning itu akan menjuntai indah di tubuhnya sampai mata kaki.
"Kenapa? Nggak suka? Mau pilih yang lain?" tanya Adrian.
Lelaki itu juga sudah siap berangkat ke acara pernikahan mantan tunangannya dengan mengenakan setelan jas hitam yang Elsa yakini juga sangat mahal.
"Ini bagus cuman aku ngerasa ini terlalu mahal," jawab Elsa dengan suara rendah.
Adrian mengangguk mengerti. "Lo emang harus pake yang mahal biar nggak memalukan nantinya. Kalau sudah siap ayo berangkat."
"Nona Elsa tinggal dipakaikan aksesoris di rambutnya saja, Pak. Setelah itu beliau siap dibawa pergi," terang seorang wanita cantik yang usianya lebih tua dari mereka berdua. Terlihat dari adanya keriput di sekitar mata.
Dia adalah seorang make up artis yang dibawa oleh Adrian ke apartemennya untuk menyulap penampilan Elsa yang biasanya dekil menjadi menawan seperti seorang model kelas atas hari ini.
Adrian memperhatikan penampilan yang sama sekali lagi. Baju dan riasan di wajahnya sudah sesuai kemauannya. Rambutnya yang lurus sampai punggung juga terlihat sangat cocok dengan bajunya, jadi, ia rasa tidak perlu lagi memberikan aksesoris apapun.
"Nggak perlu, kalau ditambah aksesoris di kepala akan jadi sangat mewah. Saya paling benci dengan yang namanya kemewahan," jawab Adrian sebelum berlalu pergi.
Elsa menaikkan sebelah alisnya. Benci kemewahan? Kalau begitu kenapa memberikan baju seharga ratusan juta untuk ia kenakan sehari?
Bukan kah itu juga termasuk kemewahan?
Elsa menggelengkan kepalanya, tak mengerti dengan sifat Adrian yang satu ini.
Pesta pernikahan Mia diadakan di ballroom sebuah hotel ternama di Jakarta. Adrian tersenyum kecut menyadari jika konsep yang Mia gunakan adalah konsep yang sama dengan yang mereka berdua rencanakan sebelumnya.
"Megah sekali pestanya," kata Elsa berkomentar. Sangat takjub dengan adanya chandler di atasnya yang megah, juga kagum karena banyak sekali makanan mahal yang tersaji.
Elsa berdecak, dia tidak mungkin mampu memiliki pernikahan semewah ini.
"Seharusnya ini jadi pernikahan gue," jawab Adrian malas. Helaan napas keluar dari belah bibirnya. "Sayang sekali."
"Tapi, kenapa semua orang memperhatikan ke arah kita, Kak?" bisik Elsa dengan padangan yang mengedar. Sejak kedatangannya beberapa menit yang lalu, Elsa bisa merasakan dirinya yang terus diperhatikan.
Adrian juga mengedarkan pandangan, lalu mengangguk setuju dengan wajah yang bangga. "Tentu saja. Penampilan lo yang paling mencolok."
Adrian melingkarkan tangannya di pinggang Elsa yang mungil. "Coba perhatikan, semua wanita di sini mengenakan gaun soft yang sederhana. Tapi, lo?" Adrian menyentuh gaun yang dipakai Elsa.
"Lo pake baju yang sangat kontras dengan semua orang. Makanya lo menarik perhatian," bisik Adrian diakhiri dengan kerlingan mata bangsat.
Elsa mendelik kesal. "Lo sengaja mau bikin gue malu?"
Adrian menggumam sembari menggeleng. "Enggak lah, gue cuma mau lo tampil lebih menarik daripada si pengantin," jawab Adrian. "Pokoknya pasangan yang gue bawa harus bisa mengalahkan si pengantin wanita."
"Kenapa?" tanya Elsa bingung.
"Karena gue mau ada kebakaran."
Semakin dijawab Elsa semakin tidak mengerti. Dia bingung harus merespon kalimat Adrian bagaimana.
Di kejauhan, wanita cantik yang seharusnya menjadi pemeran utama di acara pernikahannya sendiri meremat gaunnya. Ia bisa melihat jelas bagaimana Adrian dan wanita di sebelahnya berinteraksi. Harus Mia akui, Adrian sudah berhasil membuat hatinya panas karena kobaran api cemburu.
Mia pikir Adrian hanya mengumbar omong kosong ketika mengatakan akan membawa wanita lain. Nyatanya, pria itu benar-benar membuktikan kalimatnya.
"Brengsek."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro