Yoongi Hyung (chapter 8)
(Suga **** POV)
Aku pun memijit-mijit tengkuk ku perlahan berharap darah ini berhenti keluar.
Aku mengambil beberapa tisu yang baru dan menyumpalkannya kembali. Sudah beberapa hari ini aku sering mimisan, tapi... tidak ada yang tahu..
Aku tidak mau membuat semua orang khawatir termasuk, adik kesayanganku Jungkook. Aku tidak mau membuat ia sedih jika, ia tahu kalau aku sering mimisan.
Sesekali aku memijat pelan tengkuk ku. Berharap mimisan ini segera berhenti.
Aku mendongakan kepalaku, dan terus menyumpal hidungku dengan tisu yang baru.
"Ayo... kumohon berhenti..." ujarku lirih.
Entah sudah berapa tisu yang kuganti, aku buang asal tisu itu di atas kasur, saat aku sibuk memijat tengkuk ku.
Tokk.... tokk.... tokkkk...
Aku mendengar suara ketukan pintu.
"Aishhh siapa dia, kenapa dia datang di saat yang tidak tepat?" aku berujar kesal, karena ada seseorang yang mengetuk pintu. dan sialanya mimisan ini enggan berhenti.
Tokkk...tokkk....tokkk....
Dengan segera aku membuang tisu yang kotor ke dalam tong sampah, dan segera berbaring di atas ranjang. Tidur dengan posisi memunggungi, entah siapa yang ada di luar kamar itu. tidak ada boleh yang tahu dengan keadaanku saat ini.
Ceklek...
Kudengar suara kenop pintu terbuka. Aku memejamkan kedua mataku berpura-pura tidur dengan cara memunggungi. Berharap siapapun itu tidak tahu dengan kondisiku.
Bahkan aku berdoa semoga mimisan ini keluar tidak terlalu banyak, lalu aku membenarkan tisu yang masih aku sumpal di lubang hidungku. Dan membenarkan selimut yang menutupi tubuhku.
Tak lama aku merasakan sesuatu, sebuah usapan lembut di lenganku.
....................
(Jungkook **** POV)
Aku berdiri di depan pintu kakak ku, namun... aku merasa bimbang saat ini. Sejujurnya aku takut, takut jika melihat kak Suga marah. Atau malah menjauhiku, aku menundukan kepalaku. Tubuhku gemetar, dan kini aku memegang sebuah vitamin untuknya. Beberapa hari ini aku agak khawatir dengan keadaan kak Suga. Wajahnya sangat pucat, dan beberapa hari ini nafsu makannya menurun membuat tubuhnya agak sedikit kurus.
Aku merasa dia sibuk akhir-akhir ini. apalagi sebentar lagi dia akan diwisuda. Mungkin karena itu dia menjadi kurang memperhatikan kesehatannya. Aku takut jika kak Suga sakit, makanya tadi aku sempat membelikan dia vitamin, agar kondisinya tetap terjaga.
Dengan perlahan aku mengangkat tangan kananku, hendak mengetuk pintu di depanku.
Tok....tokk...tokkk...
Kak Suga tidak mau membuka pintunya.
"Apakah ia sudah tidur?" batinku.
Tokk... tokk.... tokkk...
Aku menghela nafas pelan, mungkin benar kak Suga sudah tidur mengingat sekarang jam waktunya orang untuk beristirahat. Aku segera membalikan badanku, tapi....
Ah... bukannya aku sudah berniat memberikan vitamin ini? meski ia tidur setidaknya aku bisa menaruhnya di atas meja. Agar ia bisa meminumnya di pagi hari. Lalu.. dengan segera aku mencoba memutar kenop pintu.
Ceklek....
Aku agak terkejut, ternyata pintu kamarnya tidak terkunci dan ternyata benar, kak Suga sudah tidur. Kini posisinya membelakangiku. Aku mengulas senyumku, aku merasa senang kalau kak Suga baik-baik saja.
Dengan perlahan aku mendekati tempat tidur kak Suga dan duduk di samping ranjangnya. Ya... aku melihat sosoknya kakak yang amat aku sayang, aku mengulas senyumku. Dan menaruh bungkusan vitamin di atas mejanya, melihat keadaan kamarnya. Seperti biasa kamar Kak Suga selalu rapi.
Bahkan kamarnya sangat wangi, siapapun yang tidur di kamar ini pasti betah karena kondisi kamarnya yang bersih dan wangi.
Aku segera merogoh saku ku dan mengeluarkan note ku menulis di atas noteku. Aku mengulas senyum tipisku, dan segera menaruh note itu di atas mejanya dekat dengan bungkusan vitamin yang sengaja aku taruh.
Lalu aku menoleh ke arah kak Suga yang sedang terlelap tidur, dan kini aku mengusap lengannya.
"Kakak.... semoga tidur mu nyenyak." Batinku, mengulas senyumku.
Lalu... aku segera membenarkan selimut yang ia pakai, aku sempat terkekeh saat aku membenarkan selimut yang ia pakai. Bagaimana tidak? Aku melihat kak Suga masih memakai sepatunya.
Ah... mungkin dia terlalu capek hingga tidak sempat melepaskan sepatunya. Ingin aku melepaskan sepatunya, tapi... tidak jadi takut aku membangunkan nya dari dunia mimpinya. Biar bagaimana pun dia harus cukup tidur, agar tubuhnya selalu bugar.
Akhirnya aku putuskan untuk segera keluar dari kamarnya, lagi pula aku masih punya tugas sekolah yang harus aku selesaikan. Kini aku berada di luar pintunya, mengintipnya sekali lagi. Aku mengulas senyumku,
"Selamat tidur kakak.." batinku. Untuk kakak tersayangku, dan yang sangat... sangat aku banggakan.
Ceklek...
Dengan segera aku turun dari tangga menuju ke kamarku.
..........
(Suga **** POV)
Aku membuka mataku, setelah aku mendengar suara pintu yang tertutup. Setelah di rasa aman, aku segera bangun dan duduk. Aku melepaskan sumpalan tisu dari lubang hidungku. Ya..... sepertinya mimisanku telah berhenti.
Aku melempar tisu yang kotor itu ke dalam tong sampah, tak sengaja aku melihat sebungkus vitamin dan note di atas meja. Kuraih bungkusan dan note itu. aku mengulas senyumku saat aku membaca tulisannya, tulisan indah dari adik ku tersayang, Jungkook.
"Jungkook, kenapa hatimu begitu baik? Kau sudah tahu kakak marah padamu... tapi, kau masih saja memperhatikan kakak. Kau tidak ingin kakak sakit rupanya, bahkan Tae saja tidak seperhatian itu pada kakak. Aku semakin menyayangimu, dik..." ucapku lirih, tetap melihat tulisan tangan indah di note yang sering aku berikan padanya.
Ya... hanya sebuah note. Yang mungkin dapat membantunya, berkomunikasi pada seseorang. Atau sekedar mencatat hal yang penting, setiap bulan aku selalu memberikannya note. Bahkan ia juga menggunakan pena yang aku berikan tepat di hari ulang tahunnya kemarin. Pena dengan kualitas bagus dan juga awet.
Kini kuedarkan pandanganku ke arah sebuah foto, foto yang selalu membuatku tersenyum, foto yang selalu memberiku semangat, foto seorang namja yang aku banggakan, adik ku tersayang, Jeon Jungkook.
"Maaf Jungkook, maafkan kakak... kakak terpaksa marah padamu, kakak hanya ingin terbaik untukmu.kakak hanya ingin membawamu lari dari penderitaan ini, kakak hanya ingin melihatmu tersenyum. Bukan air mata... dan bukan kesedihan."
Aku menatap ke atas langit kamarku,
"Tapi, kenapa Jungkook? Kenapa kau tidak mau? Hanya karena alasan itu... kau tak mau pindah. Kenapa kau bisa tahan dengan sikap ibu dan Tae yang kejam padamu, kakak saja tidak tahan melihatmu di perlakukan tidak adil di rumah ini. Tapi kau? Melupakan perlakuan mereka, dan menganggap hanya angin lalu saja."
Aku menghela nafasku menatap ke pintu kamar yang sudah tertutup.
"Terkadang aku melihatmu rapuh, namun di sisi lain kau terlihat kuat dan selalu tersenyum. Meski dalam hati kau selalu menangis mendapat perlakuan mereka. Meski kata-kata mereka pedas dan menusuk, tapi hatimu sangat kuat dan kau selalu tersenyum."
Aku menitikan air mataku, mengingat kejadian di mana ia selalu mendapat perlakuan tidak adil dari ibu dan Tae.
Aku merasa aku kakak yang tidak berguna, tidak bisa menjaga adiknya sendiri. Membiarkan ia menangis sendiri, membiarkan ia selalu merasakan yang namanya sakit hati.
Bahkan aku berdoa pada Tuhan berharap jika saja, aku bisa bertukar posisi dengan Jungkook. Lebih baik aku saja yang bisu, dari pada Jungkook yang harus menerima semua penderitaan ini.
"Tuhan... hikss... hiksss... kumohon biarkan Jungkook bahagia, kabulkan harapannya. Harapan mendapat kan sebuah cinta dari ibu dan Tae. Kumohon Tuhan... kumohon...hiksss..."
Tanpa sadar isakan ku lolos begitu saja, di sela-sela doaku.
"Maaf Jungkook, maaf kan kakak mu ini..." ucapku lirih, dengan linangan air mata yang masih jatuh.
.................
10 April 2017
(Author **** POV)
Jam sudah menunjukan pukul 06.00 pagi waktu dimana oramg-orang sibuk memulai aktivitasnya begitu. Juga dengan Jungkook yang kini siap dengan harinya berangkat ke sekolah. Kini namja tampan itu sudah memasukan bekal nya ke dalam tas dan memakai ranselnya. Tak lupa ia kini membenarkan seragamnya, setelah semuanya sudah rapi. Jungkook segera menuju ke pintu luar, hendak membukanya.
Ceklek....
Jungkook hanya diam, membeku bahkan ia menundukan kepalanya. Tak lama ia menurunkan tangannya saat ia hendak memutar kenop pintu hendak kelauar. Bahkan cahaya matahari kini masuk ke dalam ruangan itu, membuat rambut hitam Jungkook berkilau karena cahaya matahari yang mengenainya.
"Kak Suga..."
Jungkook mendongak sedikit, melihat kakaknya yang memasuki mobilnya.
Deg...
Rasa sakit tiba-tiba mengenai hatinya, saat tahu kakak pertamanya melewatinya begitu saja. Tanpa menyapanya sedikit pun. Bahkan mengusap rambutnya seperti biasanya tidak ia lakukan.
"Sadarlah Jungkook dia pasti marah padamu."
Ucap Jungkook dalam hatinya, sebisanya ia mencoba tersenyum. Ya.... setidaknya ia selalu berada di sisi kakak pertamanya.
Namun... baru saja selangkah ia menginjak kan kakinya keluar. Sebuah suara bariton menggema di telinganya.
"Selamat pagi, bisu!!"
Ya... suara itu berasal dari namja tampan, anak kedua dari seorang pengusaha yang cukup sukses, Kim Tae Hyung.
"Bagaimana pagimu hari ini menyenangkan? Ah... aku lupa bagaimana rasanya di cuekin kakak Suga, hem? Menyenangkan bukan?"
Jungkook hanya menundukan kepalanya, bahkan sejak awal ia telah siap mendengar kata-kata pedas dari kakak keduanya.
Tak lama Tae Hyun menyentuh pundak Jungkook dan membisikan sesuatu tepat di telinga kanan Jungkook, tak lupa Tae Hyung melirik ke arah Suga yang sudah melajukan mobilnya.
"Hei, kenapa kau begitu sedih? Apa kau tidak lihat? Kak Suga sudah berangkat dulu tanpa mengantarmu.... seharusnya kau senang bisu. karena apa? karena kak Suga memperhatikan kesehatanmu... dia takut kau gendut, makanya dia meninggalkan mu agar kau bisa membuat badanmu menjadi kurus seperti tiang yang ada di pinggir jalan dekat rumah kita."
Jungkook menghela nafasnya, menahan rasa sakit yang sudah menancap tepat dihatinya.
Tae Hyung mengulas senyum nya, lebih tepatnya senyum liciknya.
"Oh Ya... aku lupa mengatakannya, selamat berjalan kaki bisu!!"
Deg...
Hati Jungkook mulai sakit hari ini.
"Oke, aku berangkat dulu ya... oh ya maaf aku tidak bisa mengantarmu, mobil ku akan kotor jika kau ikut menumpang di mobilku. Byeee...." ucap Tae Hyung dengan sombongnya, bahkan kini ia memakai kaca matanya. menuju ke mobil merah mahalnya, dan melaju kencang meninggalkan Jungkook yang masih diam berdiri di depan pintu rumahnya.
"Jungkook, kau pasti kuat... ayo tahan air matamu. Jangan kau menangis di pagi yang cerah ini.."
Jungkook mengulas senyumnya, ia menyemangati dirinya sendiri.
Dengan segera ia berjalan keluar dari rumah menggendong ranselnya dan berjalan menuju sekolahnya.
Tak jauh di sana....
Ada sebuah mobil hitam yang kini berhenti di dalamnya ada seorang namja dengan mata sipitnya melihat, namja berwajah manis yang kini berjalan dari spion mobilnya.
"Jungkook, maafkan kakak ne..."
Ya... dia adalah Yoongi Suga, sejujurnya dalam hatinya ia merasa tidak ikhlas membiarkan adiknya berjalan sampai ke sekolahnya mengingat jarak sekolahnya cukup jauh. Tapi... ini semua terpaksa ia lakukan, agar Jungkook mau pindah dengannya di luar negeri.
Dengan segera Suga menjalankan mobil hitamnya, melaju dengan kecepatan sedang. Meski dalam hatinya ia tidak tega.
...............
"Sohyun??"
"Jieun??"
Kini kedua gadis cantik itu saling menyapa, setelah bertemu di tempat yang mereka janjikan. Tepatnya di sebuah Cafe dekat dengan rumah sakit tempat Jieun bekerja.
"Maaf menunggumu lama, Sohyun..." ucap Jieun dengan raut tidak enak.
"Hahahaha gwenchana, Jieun. Lagi pula aku belum lama menunggu di sini."
Dengan segera Jieun menarik kursi Cafe tersebut dan duduk di depan Sohyun,
"Oh ya, aku sudah memesankan minuman kesukaan mu, Jieun.." ucap Sohyun dengan senyumnya.
"Wah terima kasih, Sohyun." Ucap Jieun dengan senyumnya.
kini mereka mulai berbincang terlihat canda dan tawa antara dua sahabat itu.
"Omo... Jieun! Tangan mu kenapa?" Sohyun terkejut saat melihat lengan Jieun yang di plester.
"Ah... ini.."
"Kau terluka, apa tidak apa-apa?"
"Hahaha tenanglah Sohyun, ini hanya luka kecil.."
"Kenapa kau bisa terluka, Jieun?"
Jieun tersenyum menampakan deretan giginya,
"aa... kemarin aku menolong seorang namja yang hampir tertabrak, sehingga... aku dapat luka ini, hehehehe."
"Aigoo.... lalu kau dan namja itu tak apa?"
"Ne... Sohyun, kami baik-baik saja. Untungnya, aku tidak terlambat menyelamatkannya."
Sohyun hanya mengangguk, namun raut khawatir nampak jelas di wajah cantiknya.
"Sohyun???"
"Ne??"
"Apa kau mau datang ke rumah, untuk peringatan Eun Bi?" ucap Jieun.
Sohyun mengulas senyumnya, dan memegang telapak teman cantiknya itu.
"Tentu saja Jieun, aku pasti akan datang."
"Gomawo Sohyun."
"Ne, Cheonma, Jieun."
Tak lama pesanan kedua gadis cantik itu datang, namun... tanpa di ketahui Jieun. Sohyun kini sedang memikirkan seseorang, seseorang yang tak sengaja ia temui waktu itu. Namja tampan dengan wajah manisnya. Jeon Jungkook.
.........................
"HAI TAE???!!!"
"Oh Jimin, ada apa?"
Kini seorang namja tampan dengan kaca mata hitamnya, keluar dari mobil merah mahalnya. Dan menghampiri sahabatnya.
"Hanya sekedar menyapa saja."
"Sial lho... aku kira ada yang penting." Ucap Tae Hyung dengan raut kesal.
"Aisshhhh.... masih untung aku sapa."
Kini Jimin merangkul sahabatnya itu.
"Nanti traktir aku ya?"
"Enak ajjah beli senidiri sono.."
"Ya elah, Tae... sekali-kali.."
"Bagimana kau bisa bilang sekali-kali, bahkan aku sering mentraktirmu."
Jimin langsung menjulur kan lidahnya, tersenyum malu-malu ke arah temannya.
Sementara Tae Hyung hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, dan memakai earphonenya. Meninggalkan sahabatnya itu.
"HEI TAE, TUNGGU....."
Jimin mengejar Tae Hyung yang meninggalkannya.
........................
Tak terasa waktu berjalan cepat, hingga kini waktu menunjukan pukul 02.00 siang. Tak jauh di sana ada seorang namja tampan dengan seragamnya yang kini sedang mendorong kursi roda seseorang. Ya dia adalah Jeon Jungkook dan teman sekelasnya, Kim Chun Shik.
"Maaf kan aku ya Jungkook, karena aku kau harus capek-capek mendorong kursi roda ku."
Jungkook menggeleng, dan mengulas senyum ke arahnya. Dia sangat ikhlas membantu teman sekelasnya itu.
Ya... kini Jungkook mendorong kursi roda temannya, menuju ke rumahnya. Karena tidak ada yang menjemput Chung Shik hari ini. Jungkook tidak tega melihat Chung Shik yang menunggu sendirian, apalagi kekurangan yang dimiliki temanya yang tidak bisa berjalan. Bisa-bisa seharian ia akan menunggu jemputan yang entah datang atau tidak.
Perlu diketahui Jungkook sangat dekat dengan teman sekelasnya, bahkan mereka saling menguatkan satu sama lain. Sekolah Jungkook memang di khususkan untuk orang-orang yang memiliki kekurangan, namun... di balik itu semua. tercipta suasana yang namanya kekeluargaan. Mereka saling melengkapi dan tidak ada yang namanya menindas dan mengolok. Yang ada hanya saling membantu dan menyayangi.
Jungkook sangat beruntung bisa bertemu dan bersekolah di tempatnya saat ini. karena dari sanalah ia bisa merasakan yang namanya persahabatan, dan kekeluargaan dari para guru juga seniornya. Dan di sekolah itulah Jungkook dapat melupakan kesedihannya walaupun hanya sementara.
"Hei lihat... ada si cacat dan si bisu."
Jungkook menghentikan langkahnya,saat mendengar suara yang sangat ia kenal. Milik kakak keduanya Tae Hyung.
Chung Shik menunjukan ekspresi tidak sukanya pada dua namja yang kini berjalan di depannya.
"Wah kalian pasangan yang cocok ya, benarkan Tae?" sambung Jimin kemudian, yang kini merangkul Tae Hyung yang sedang menikmati jusnya.
"Kae benar Jim, lihatlah yang satu dapat berbicara tapi gak bisa jalan. Yang satu bisa jalan tapi sayang bisu... mereka sangat cocok."
Jungkook hanya menundukan kepalanya, ia sudah hafal betul bagaimana kakak keduanya berkata pedas.
"Hei kalian berdua, lebih baik minggir jangan halangi jalan kami." Ucap Chung Shik penuh emosi.
Tae Hyung tersenyum dan mendekati ke arah mereka.
"Memangnya kalian pantas melewati jalan ini?"
Chung Shik sudah menahan emosinya, ingin sekali ia menonjok mukan namja itu. sementara Jungkook masih menundukan kepalanya, menggenggam erat pendorong kursi roda temannya.
"Hei Tae, lebih baik kita pergi. Kita hanya membuang-buang waktu saja."
"Ah... kau benar sobat. Lebih baik kita pergi bersenang-senang dari pada mengurus mereka berdua."
Tae Hyung pun mulai melangkah, namun...
"Oh iya aku lupa.... hei bisu semoga hari mu menyenangkan." Sindir Tae Hyung.
Kini kedua namja tampan itu pergi ke arah berlawanan meninggalkan Jungkook dan Chung Shik.
"Kenapa mereka melakukan hal itu pada kita, apakah orang seperti kita pantas untuk di tindas?"
Jungkook mengulas senyumnya, dan kini ia memindahkan posisinya di depan Chung Shik menggerakan jarinya membuat sebuah percakapan.
"Jangan seperti itu, tidak semua orang seperti itu."
"Tapi Jungkook, ini tidak adil..."
"Aku mengerti tapi, kita tidak boleh menyerah. Aku yakin kita bisa lebih baik dari mereka..."
Chung Shik mengulas senyumnya, entah kenapa Jungkook dapat memberikan semangat kepadanya.
"Oh iya, Jungkook apa kau mengenal namja tadi?"
Jungkook terkejut mendengar pertanyaan Chung Shik, karena ia tahu. tidak ada satu pun teman-temannya yang tahu kalau Tae Hyung adalah kakaknya. Yang mereka tahu Suga lah kakaknya Jungkook. Karena selalu mengantarkannya untuk berangkat sekolah.
Jungkook mengulas senyumnya, mencoba mengalihkan pembicaraan melalui isyaratnya.
"Ah... Chung Shik, ayo segera pulang. Sepertinya sebentar lagi akan hujan. Karena cuaca mulai mendung."
Chung Shik mengedarkan pandangannya ke atas,
"Kau benar Kook, kalau begitu ayo kita segera pulang." Ucapnya dengan senyumnya.
Jungkook menganggukan kepalanya, dan beralih posisi membelakangi kursi roda Chung Shik dan segera mendorong kursi roda tersebut.
.....................
(Suga **** POV)
"Akhhh...."
Aku memekik kesakitan saat aku rasakan pipi ku yang membiru perih. Bahkan kini sudut bibirku berdarah.
Ya... baru saja aku di keroyok oleh teman sekampusku, bahkan aku menghajar salah satu dari mereka. Bagaimana tidak? Mereka sengaja mengolok-olok adik ku Jungkook, dan aku terima dengan sikap mereka. Hingga akhirnya aku bertengkar di kampus, dan terancam di D.O. tapi aku tidak peduli meski harus di hukum, karena aku tidak terima adik ku di jelek-jelekan. Ya... mereka tahu kalau aku mempunyai seorang adik yang tak dapat berbicara. Tapi apakah salah? Bukankah semua orang memiliki kekurangan.
Dengan segera aku menutup mobil hitamku, dan memutar kenop pintu rumahku. Memasuki rumah ku sesegera mungkin. Aku dapat bernafas lega, karena ternyata di rumah belum ada orang.
Dengan tubuh gontai dan menahan sakit, aku segera berjalan menaiki tangga. Tapi...
Deg....
Aku menghentikan langkahku saat melihat namja manis yang kini mulai berlinang air mata tak lupa dengan mata membulat. Ya... dia adalah Jungkook adik ku.
Brukkk....
Dengan segera dia menjatuhkan bukunya dan menghampiriku, merangkul pundak ku dan membantu ku menaiki tangga menuju kamar.
Dapat kulihat raut khawatir di wajahnya, aku berjalan dengan sedikit susah payah karena seluruh badan ku rasanya sakit dan remuk. Tak henti-hentinya Jungkook membantuku, menopang tubuhku agar tidak ambruk.
Dengan segera ia membuka pintu.
Ceklek...
Aku segera duduk di atas ranjang dengan bantuannya.
Aku memegang pipiku yang membengkak.
"Akhh...." ringisku kesakitan.
Kurasakan lenganku di pegang oleh seseorang, ya... adik ku Jungkook.
Aku hanya diam menatapnya datar, melihat dia yang sibuk mengeluarkan obat dari kotak obat. Dan membubuhi obat merah di kapas.
"Akhhh.... shhhh..." ringisku kesakitan. Saat Jungkook menaruh kapas dengan obat merah itu di sudut bibirku. Kulihat wajah khawatirnya, dan dapat kulihat raut bola matanya yang meminta maaf saat mengobatiku.
Ternyata Jungkook masih peduli, padahal tadi pagi aku sengaja meninggalkannya.
..>>....
Kulihat Jungkook sudah memasukan obat-obatannya kembali.
Jungkook mengulas senyum ke arahku, meski aku tidak membalas senyumnya. Lalu, ia pun menaruh kotak obat itu di tempatnya.
Suasana sangat canggung, tak ada sedikitpun dari kami berbicara.
Aku menundukan kepalaku, jujur aku tidak betah. Jika harus berbuat cuek dengan nya. Seharusnya aku sadar, aku tidak boleh memaksa kehendak ku terhadapnya. Seharusnya aku mendukung keputusannya, tapi aku....
............
(Author **** POV)
"Jungkook..."
Suga membuka suaranya, memanggil nama adiknya yang hendak keluar dari kamarnya. Seketika Jungkook menghentikan langkahnya dan diam dengan posisi membelakangi kakaknya.
"Jungkook, maaf kan kakak..."
Jungkook meneteskan air matanya, akhirnya kakak nya mau berbicara dengannya lagi.
"Maaf kan kakak, Jungkook... hiksss..."
Terdengar isakan dari bibir namja bermata sipit itu.
Grepppp....
Jungkook berlari menghampiri sang kakak dan memeluk erat tubuh kakaknya membenamkan wajahnya di dada sang kakak, dengan isak tangis bahagia. begitu juga dengan Suga yang kini memeluk erat adiknya, sungguh hatinya merasakan kedamaian saat memeluk adiknya ini.
"Hikssss.... maafkan kakak ne... maaf..." isak Suga mengeratkan pelukannya pada sang adik.
Jungkook menganggukan kepalanya, dengan air mata kebahagiaan yang masih setia keluar dari kelopaknya.
Bahkan sebelum kakaknya meminta maaf Jungkook sudah memaafkan kakak nya, Suga terlebih dahulu. Yang terpenting baginya, ia bersama lagi dengan sang kakak, dekat dengan sang kakak. Itu saja sudah cukup. Baginya Suga kakaknya, dan Jung Myun ayahnya adalah harta berharga yang dimiliki Jungkook. Karena hanya mereka yang selalu membantunya di saat ia terpuruk. Berada di sisinya, dan segalanya....
"Hiksss....hiksss....hikssss..."
Isak tangis masih terdengar dari mulut namja tampan bermata sipit itu, bahkan ia membenamkan wajahnya di atas puncak kepala adik kesayangannya.
"Kakak janji, tidak akan mendiami mu lagi, kakak tidak akan marah denganmu, kakak akan mendukung apapun keputusan mu dik... kakak janji.. kakak janji hikkssss..."
Jungkook menganggukan kepalanya mengeratkan pelukannya, membagi kehangatan antara saudara.
"Jungkook sayang kakak..." batin Jungkook, berharap kakaknya mampu mendengarnya.
Ya... haru biru begitu terasa dari dalam kamar Suga, siapa pun akan menangis jika melihat mereka berdua yang begitu saling menyayangi satu sama lain. Mungkin saja orang akan merasa terharu dan menitikan air mata, melihat kuatnya persaudaraan antara kakak adik tersebut.
Tapi...
Ada yang berbeda, tak ada rasa terharu di raut wajahnya. Yang ada raut dingin di wajanhnya. Menatap kakak adik yang tengah melampiaskan perasaan antar saudara di antara mereka.
Dia adalah namja tampan dengan kata-kata pedasnya, anak kedua yang selalu di banggakan ibunya, namja dengan tabiat buruknya, namja dengan rasa benci yang amat besar terhadap adiknya sendiri. Kim Tae Hyung, itulah dia. Bahkan kini ia menatap ke arah kakak dan adiknya yang tak pernah ia anggap sampai kapanpun dengan tatapan dingin.
Tak lama senyum sinis teruir di wajah tampannya.
"Heh... ternyata mereka sudah berdamai. Aigoo... rasanya membosankan, padahal aku ingin melihatmu lebih menderita lagi dan lagi...bisu!!!"
.........
Tbc...
hai semua author kembali dengan chap ini semoga suka ya.. btw author lagi ngebut nih buat nih chap...
oh ya makasih atas dukungan kalian karena tanpa dukungan kalian nih ff gak akan berlanjut sampai sekarang.
maaf kalau typo, gaje atau apa...
semoga feel nya dapat ya ^_^
oh ya jangan lupa vommentnya ya... agar authot tetap semangat...
gomawo...
bye... sampai jumpa.
salam cinta untuk kalian :)
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro