Suga and Taehyung (chapter 23)
Perhatian!
Hai semua jika kalian berkenan, kalian bisa baca chap ini dengan soundtrack yang kalian sukai dan yang menurut kalian cocok. Agar lebih feel ajjah...
Oke terima kasih untuk perhatian kalian
Selamat membaca^^
"Saat kau menutup mata, lalu kau membuka matamu kembali dan kau melihat di tempat yang lain.... percayalah kau berada di tempat yang kau impikan. Di mana Tuhan membawamu ke tempat yang sempurna, tempat yang membuatmu bahagia dan hanya Tuhan yang mempunyai tempat itu, apa kau mempercayainya? Aku percaya.... karena apa? tempat itu ada... dan aku akan selalu meyakininya. Di saat kau mendapatkan penderitaan dari awal, dan kau selalu berusaha kuat menganggap semua 'baik-baik saja' dan dapat menyelesaikan masalah seberat apapun yang menimpamu.... percayalah hal indah akan datang menghampirimu pada akhirnya. Aku tidak akan berhenti menyuruh kalian untuk terus percaya pada sesuatu yang mustahil, karena apa? hal yang mustahil bisa saja terjadi tanpa kalian duga..... jadilah kuat, dan teruslah berusaha agar kau bisa menggapai namanya kebahagiaan... dan aku sedang berusaha menggapainya.. menggapai yang namanya kebahagiaan, meskipun itu sulit....."
-Jeon Jungkook-
..................................
(Author **** POV)
"Kim Taehyung... apa kabar?"
"Kak Suga..." ucap namja tampan itu, namja tampan dengan rambut coklatnya juga dengan jaketnya, Kim Taehyung.
Ya... keduanya kini saling menatap, pertemuan yang tidak akan diduga oleh seorang Kim Taehyung, pertemuan dengan kakaknya, Yoongi Suga. Di tempat yang entah ia pun tak tahu... dan Taehyung hanya bisa bungkam, dengan tatapan melekat ke arah kakaknya, Suga. Yang tengah mengulas senyum ke arahnya.
Butiran-butiran salju turun, menemani dua namja berstatus sebagai dua saudara kandung yang masih setia dengan posisinya. Disinilah Taehyung bertemu dengan kakaknya yang telah tiada, yang telah meninggalkan dunia terlebih dahulu. Dan ia bertemu di musim favoritnya, musim salju.
"Taehyung?" Suga memanggil nama adiknya kembali, tak lupa senyum manis yang ia ulas.
Sementara Taehyung, bukannya menjawab dia malah terdiam menatap wajah kakaknya. Dalam benaknya benarkah namja tampan di depannya adalah kakaknya, kakak yang menyayanginya, kakak yang selalu menemaninya ketika ia bermain di masa kecilnya? Percaya atau tidak percaya, kini Taehyung berhadapan langsung dengannya, Yoongi Suga.
Suga mengulas senyumnya, ia tahu sangat tahu kalau adiknya masih bingung. Ia dapat melihat dari bola mata adik kesayangannya. Ya... adik kesayangannya meskipun... Taehyung selalu berbuat salah pada Jungkook adiknya, Suga akan selalu menyayangi adiknya biar bagaimanapun. Baginya persaudaraan adalah segalanya, bagi namja tampan yang bernama Yoongi itu....
Keduanya hanya terdiam, bahkan hanya hembusan angin lembut dan juga butiran salju yang turun mengenai tubuh mereka berdua. Taehyung hanya terdiam, mengatur perasaan aneh yang tiba- tiba saja datang, entah itu perasaan rindu, perasaan marah, perasaan senang atau apa... Taehyung tidak tahu, ia sungguh tidak tahu, semua perasaan tersebut melebur menjadi satu, hingga Taehyung tak mampu mendiskripsikannya. Tanpa diketahui siapapun namja tampan ini tengah berusaha menahan air matanya yang sedari tadi memberontak untuk keluar dari tempatnya.
Hingga...
Taehyung merasakan sesuatu yang hangat di lehernya, sesuatu terasa lembut yang melingkar lehernya. Bahkan kini jaraknya dengan sang kakak sangat dekat, dapat dilihatnya dengan jelas wajah cerah sang kakak juga senyum manis di bibir berwarna merah muda kakaknya, Taehyung melihat wajah kakakny, wajah yang jauh lebih segar dan bercahaya.
"Nah kau terlihat tampan menggunakan syal itu dik..." ucap Suga lembut setelah ia memasangkan syal berwarna coklat di leher Kim Taehyung, adiknya.
Suga mengusap puncak kepala adiknya membuat rambut coklat Taehyung sedikit berantakan karena ulahnya.
Deg...
'Usapan ini...'
Entah kenapa Taehyung merasakan sesuatu bergejolak dalam dirinya, saat ia merasakan usapan sayang kakaknya di puncak kepalanya. Ya... sudah lama sekali Taehyung tidak mendapatkan usapan ini, terakhir yang ia dapatkan saat ia masih kecil, saat ia mulai membeci adiknya. Adik yang ia panggil dengan sebutan 'bisu' dan itu lama sekali.... sangat lama....
Tes...
Tes...
Tes...
Tak lama air mata itu jatuh... jatuh dari namja tampan yang terkenal dengan kata-kata pedas dan menyakitkannya, Kim Taehyung. Taehyung tak mampu membendung air matanya, ia membiarkan begitu saja air mata itu lolos. Ia tidak mau menahan egonya, ia mengaku kalah dengan egonya... ia mengaku bahwa dia sangat merindukan kakaknya.
Hingga...
Greppp...
"Hiksss.... hikkssss.... kak Suga... hikksss.."
Taehyung menjatuhkan dirinya dalam pelukan sang kakak, menyembunyikan wajahnya di jaket tebal yang digunakan kakaknya. Dengan senang hati Suga membalas pelukan adiknya, adik yang ia sayangi... Kim Taehyung.
"Hikksss... kak Suga..." Taehyung semakin terisak bahkan ia memeluk erat pinggang sang kakak, sudah lama sekali ia tidak memeluk kakaknya. Ia mengakui... kalau ia benar-benar merindukan namja tampan yang terkenal dengan senyum manis bagaikan gula di depannya, ia sangat merindukannya... sangat...
"Kim Taehyung, kakak merindukanmu..." Suga mengeratkan pelukannya. Menaruh dagunya di pundak sang adik, ya... namja tampan yang terkenal sebagai kakak terhebat untuk kedua adiknya memang merindukan namja yang terkenal dengan kata-kata pedasnya. Ia akui, ia sangat merindukan kedua adiknya... sangat...
Keduanya saling berpelukan, melepas rindu satu sama lain. Perpisahan yang tak mereka sangka, jarak yang sangat jauh hingga masing-masing dari mereka tak mampu menggapainya membuat perasaan tersembunyi namun... menyakitkan, saat kita mengingat kenangan dalam hidup kita. Perasaan ingin bertemu namun sangat sulit untuk dilakukan, dan perasaan itu bernama 'rindu'....
"Hikksss... kak Suga..." Taehyung menangis, ia menumpahkan air matanya. untuk pertama kalinya dalam masa remajanya seorang Kim Taehyung menangis dalam pelukan kakaknya.
Suga mengulas senyumnya, namun... tak dapat dipungkiri air matanya juga jatuh. Perasaan bahagia dan rindu menjadi satu dalam diri Suga. Perasaan bahagia kala adiknya Taehyung mau memeluknya lagi, dan perasaan rindu yang tercurahkan karena mampu melihat secara langsung, dekat, dan memeluk adiknya lagi.
Ya.... lama sekali, bahkan entah kapan terakhir kali mereka memeluk. Dua saudara yang berebeda sifat namun dalam lubuk hati mereka, mereka saling menyayangi. Hubungan persaudaraan mereka masih melekat dan sayang itu masih ada, dan selamanya akan begitu. Karena itulah yang namanya kasih sayang antara kakak adik...
Salju terus turun mendominasi suasana kedua saudara itu, disinilah Kim Taehyung menangis, memeluk dan juga melepas rindunya pada sang kakak. Di tempat yang bahkan ia tidak tahu apa namanya. Tempat yang mempunyai musim, musim favoritnya dan selamanya akan begitu, musim yang mampu membuat wajah dinginnya tersenyum, musim yang mampu membuat hatinya dingin menjadi hangat saat telapak tangannya menyentuh butiran es yang mampu mengulas senyum dibibirnya,musim yang tidak banyak disukai orang, tapi disukai olehnya dan musim itu adalah musim salju...
Taehyung mengeluarkan seluruh air matanya, merasakan hangatnya pelukan sang kakak. Dalam benak Taehyung, pelukan sang kakak adalah pelukan terbaik setelah pelukan ayah dan ibunya. Ia juga mengakui kalau pelukan kakaknya adalah pelukan yang mampu membuat rasa bahagia yang selalu tersembunyi dalam dirinya muncul.
Tanpa sadar.....
Tangan putih bagaikan susu itu mengusap lembut kelopak mata yang sembab milik namja tampan dengan rambut coklatnya. Suga mengulas senyum manisnya namun masih ada air mata yang tersisa menetes dari kelopaknya dan jatuh di atas salju tempat ia berpijak. Taehyung mengulas senyumnya, senyum manisnya membiarkan tangan kakaknya mengusap air matanya, Taehyung sangat rindu. Rindu dengan perlakuan dan perhatian kakaknya terhadap dirinya.
"Taehyung, kau sangat tampan jika tersenyum... kenapa dari dulu kau memasnag wajah judesmu? Kau tahu... kau cocok dengan wajah periang, bukan dingin dan judes.." Ucap Suga dengan candaannya.
Taehyung hanya terkekeh mendengar candaan sang kakak, entahlah sudah berapa lama ia tidak tertawa setelah mendengar candaan sang kakak. Dan ini adalah pertama kalinya di usia remajanya ia terkekeh mendengar ucapan Suga.
"Taehyung, ayo ikut kakak... ada sesuatu yang ingin kakak bicarakan..."
Tak lama Suga menarik tangan Taehyung,membawanya ke suatu tempat. Tempat dimana Taehyung pun tidak tahu, yang ia lihat hanya bangku taman dengan bunga es disekitarnya. Bahkan terlihat es-es yang membeku di sekitar pohon pinus dan diujung pepohonan. Membuat suasana makin indah dan terlihat cantik di musimnya. Dengan segera keduanya duduk di bangku tersebut, duduk berdampingan.
Keduanya saling mengulas senyum menatap satu sama lain. Hingga...
Taehyung menjatuhkan kepalanya dalam rangkulan sang kakak, hal pertama yang ia rasakan adalah perasaan nyaman...
Taehyung mengulas senyumnya memejamkan matanya, membiarkan tubunya dirangkul oleh kakaknya. Dalam hatinya Taehyung ia berharap mempunyai waktu lebih lama, kalau perlu selamanya ia disini, asal ia bisa bersama kakaknya. Taehyung tidak peduli dengan rasa benci yang selalu ia pendam, ia tidak peduli... yang dia inginkan adalah perhatian dan kasih sayang kakaknya. Hanya itu....
"Taehyung..." Suga membuka suara memulai percakapannya, namun masih setia dengan posisi merangkul sang adik menatap ke atas langit, lebih tepatnya menatap butiran salju yang turun.
Taehyung mendongakan kepalanya menatap wajah kakaknya yang mengadah ke atas dengan tangan yang terangkat untuk menangkap butiran salju yang turun.
"Apa kau membenci Jungkook?"
"...."
Taehyung hanya diam enggan menjawab apa yang dikatakan kakaknya, entahlah mendengar nama adik yang ia benci membuat sifat Taehyung yang tadi menghangat kini kembali mendingin. Bahkan kini posisi Taehyung berubah duduk tegap menolehkan wajahnya, dengan ekspresi andalannya, ekspresi ketidaksukaannya.
Suga menatap datar ke atas langit, bermain-main dengan butiran salju yang turun di telapak tangannya.
"Taehyung... apa kau tahu? kenapa setiap musim mempunyai kelebihan dan kekurangan?"
"...."
Taehyung masih diam, membiarkan kakaknya berbicara. Tiba-tiba saja moodnya menjadi buruk. Dalam benaknya ia berpikir 'kenapa si bisu harus dibahas, bisakah membahas hal yang lain?' ingin sekali namja tampan bernama Tae itu mengeluarkan protes, tapi... bibirnya tak sanggup bergerak, hingga akhirnya ia memilih bungkam.
Suga mengulas senyumnya, tangannya masih sibuk dengan butiran salju yang terus saja berjatuhan. Hingga akhirnya namja tampan bermata sipit itu membuka suaranya.
"Kau tahu? aku suka dengan musim gugur. Karena menurutku musim gugur adalah musim yang sangat indah, saat kau melihat daun kering jatuh dari pohon dan kau berdiri di bawahnya, membentangkan tanganmu dan menutup matamu... kau akan merasakan sebuah kebahagiaan kecil namun penuh makna. Tapi... musim gugur juga musim yang tidak disukai banyak orang, karena apa? karena musim gugur juga mempunyai kekurangan, mereka menganggap musim gugur adalah pembawa kejelekan. karena lingkungan mereka akan kotor hanya karena daun-daun kering yang berserakan dimana-mana. Dan mereka akan menyalahkan daun-daun itu... tanpa ada yang berpikir terlebih dahulu. Kalau dunia memang berjalan semestinya, namun... hanya segelintir orang yang akan berpikir seperti itu. bukankah setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda?"
Taehyung menoleh ke arah sang kakak, namun... mulutnya masih bungkam dia ingin tahu. ingin tahu apa yang dikatakan kakaknya selanjutnya.
"Musim salju itu adalah musim favoritmu, itulah kenapa kau bisa berada disini.Tuhan sangat baik padamu, membawamu kesini untuk bertemu denganku di musim yang kau sukai. Taehyung aku ingin bertanya, kenapa kau menyukai musim salju? Bukankah dulu kau pernah membenci musim salju ketika usiamu tujuh tahun, karena kau pernah jatuh sakit saat tak sengaja kau terperosok dalam salju? dan kau menyalahkan salju karena kau sakit. Padahal itu adalah salahmu karena kau kurang hati-hati..."
Suga mengulas senyumnya menatap langit, menyandarkan lehernya dengan kedua tangan yang ia jadikan sandaran lehernya.
Taehyung hanya diam, namun otak dan hatinya menyuruh untuk menjawab pertanyaan sang kakak, hingga...
"Karena aku mencoba untuk tidak membenci salju..."
Suga mengulas senyumnya, akhirnya ia bisa menemukan jawaban yang ia cari selama ini. jawaban yang mungkin akan menjadi renungan untuk adiknya. jawaban yang akan mengubah sifat seorang Kim Taehyung menjadi lebih baik dari sekarang.
"Taehyung kau tahu, musim salju mempunyai kekurangan yaitu membuat orang sakit, sulit menjalankan aktifitas karena salju yang tebal, membuat hawa dingin yang luar biasa dan hal-hal negatif lainnya. Tapi... musim salju juga mempunyai kelebihan membuat semua orang senang ketika mereka bermain dengan salju. Bahkan salju dapat dijadikan liburan tersendiri, dan saat butiran salju turun, maka kita bisa melihat indahnya ciptaan Tuhan yang tidak bisa dilkaukan manusi, seperti yang kau lihat sekarang bukankah ini indah?"
Taehyung menatap wajah kakaknya, wajah namja tampan dengan senyum cerianya. Tak lama ia menatap ke atas langit menatap butiran salju yang turun hingga mengenai tubuhnya. Memang benar apa yang dikatakan kakaknya setiap musim mempunyai kelebihan dan kekurangannya sendiri. tergantung sudut pandang setiap orang bagaimana mereka memaknainya.
Suga tersenyum dalam hatinya ia senang kini ia melihat Taehyung yang berpikir, Taehyung yang kini sedang mencari kebenaran dalam pikirannya seperti sekarang.
"Kau tahu musim apa yang hanya mempunyai kelebihan tanpa ada kekurangan yang terlihat?"
"Memangnya ada? Bukankah kata kakak setiap musim mempunyai kelebihan dan kekurangan sendiri?" kini Taehyung bertanya menatap bingung ke arah kakaknya.
"Memang... tapi kekurangan itu terlihat tak nampak secara kasat mata. Justru yang terlihat hanya kesempurnaan tanpa ada cacat, hanya kelebihannya Taehyung..."
Taehyung terdiam namun.... tatapan yang ia tujukan ke arah kakaknya mengandung sebuah makna. Makna yang dipahami Suga.
"Musim kesukaan adik kita, Jeon Jungkook. musim semi...."
Taehyung menolehkan wajahnya enggan kembali menatap wajah sang kakak, ketika Suga menyebutkan nama yang ia benci, ah... bukan, lebih tepatnya si pemilik nama yang tak dapat berbicara.
"Cobalah kau menyukai Jungkook, sama halnya kau menyukai musim salju..."
Deg...
Taehyung tercengang mendengar penuturan kakaknya, entah kenapa kata-katanya kian menusuk tepat di ulu hatinya. ditatapnya wajah Suga, dengan tatapan penuh pertanyaan. Terlihat Suga mengulas senyum tipisnya.
"Jungkook seperti musim semi, membawa kebahagiaan dengan keindahan yang dimiliki dan yang masih tersembunyi dalam dirinya. Meski ia mempunyai kekurangan, tapi... ketika orang melihatnya. kekurangan itu tak akan nampak karena tertutupi oleh kelebihannya. Maka dari itu, kakak menganggap Jungkook seperti musim semi, musim kesukaannya... musim yang terlihat kelebihan dan kesempurnaannya, namun kekurangannya tak nampak karena kelebihannya..."
Taehyung hanya bungkam, entah kenapa hatinya begitu tertarik mendengar apa yang dijelaskan kakaknya.
"Kau juga sama, kau seperti musim salju. Terlihat dingin dari luar, namun dari dalam kau mempunyai kelembutan yang tersembunyi. Meski kau terlihat jahat, banyak orang yang menganggap kau sebagai remaja yang kurang aturan dan dingin... tapi jauh dari lubuk hatimu kau mempunyai kebaikan. Hanya saja kebaikan itu tertutupi es tebal yang sulit untuk dicairkan dan itu adalah egomu..."
Taehyung masih diam, mencoba mencerna dan memahami setiap perkataan kakaknya.
"Kau dan Jungkook sama... kalian seperti dua musim yang berbeda. Ya... musim yang berbeda, namun saling membutuhkan. Dan kau tahu apa yang bisa mencairkan bongkahan es dalam hatimu? Hanyalah musim semi, karena semua awal perubahan, awal tumbuh keindahan adalah musim semi... makanya di dunia ini setelah musim gugur atau musim dingin, akan terjadinya musim semi... dan aku percaya itu. dan kau Taehyung setidaknya kau mencoba untuk mempercayainya, seperti aku yang selalu mencoba dan mempercayainya...."
Tes...
Tes...
Air mata itu jatuh dari kelopak namja tampan dengan rambut coklatnya, Taehyung juga tidak tahu kenapa dia bisa menangis. kenapa bisa ada air mata yang jatuh dari kelopaknya, Taehyung tidak tahu. Tiba-tiba saja dadanya menjadi sesak, kerongkongannya sulit untuk bernafas...
Suga mengulas senyumnya menatap wajah adiknya Taehyung yang kini menitikan air matanya, ia tahu... siapa Taehyung sebenarnya. Suga dapat melihat sifat tersembunyi dari seorang Kim Taehyung, hanya saja Taehyung adiknya tak menyadari sifat tersembunyi itu. dan kini sebagai kakak yang baik ia akan menyadarkan adiknya, membuat adiknya menjadi lebih baik.... saat Taehyung kembali. Ya... kembali pulang, karena Suga tahu kalau disini bukanlah tempat untuk Taehyung, karena waktu memang belum mengijinkannya.
Greppp....
Tak lama tangan Suga menarik kepala adiknya menjatuhkannya dalam pelukannya. Terdengar isakan tangis dari namja tampan yang ia peluk saat ini, Suga mengusap punggung adiknya. membiarkan Taehyung dalam renungannya, membiarkan adiknya berpikir, membiarkan adiknya menumpahkan air matanya dalam pelukan hangat yang ia berikan pada Taehyung adiknya.
"Menangislah, Tae.... menangislah agar kau lega..." bisik Suga, membiarkan sang adik menangis dalam pelukannya.
"Hikkss.... hikksss... hikksss..." Taehyung terisak, hatinya tiba-tiba sakit dan menangis. dalam tangisnya ia mencerna setiap ucapan kakaknya, hingga muncul bayang-bayang adiknya, adiknya yang menderita karena tingkahnya... ya, bayang-bayang Jeon Jungkook yang hanya diam menerima perlakuan kasarnya juga air mata yang keluar dari kelopak adiknya.
"Taehyung.... ingatlah kau orang yang baik, kau namja yang baik... jangan biarkan ego mengalahkanmu... runtuhkanlah es tebal yang ada dihatimu. Dengan begitu, kau bisa melihatnya dan kau akan menyadarinya... cobalah menyayangi Jungkook, karena kau dan dia adalah satu saudara..."
"Hiksss.... hikksss..."
Isakan itu semakin keras, bahkan Taehyung menepuk dadanya sendiri, jujur rasanya sesak semakin menjalar, sakit dan ngilu menjadi satu. Suga semakin mengeratkan pelukannya, dalam hatinya ia juga tidak tega melihat Taehyung yang seperti ini... Taehyung yang menangis. tapi, Suga tahu setelah ini mungkin kehidupan Taehyung akan menjadi lebih baik meski....
Tidak ada yang tahu apa rencana Tuhan untuk mereka, tapi... pecayalah apa yang direncanakan Tuhan, dan apa yang ditakdirkan olehnya adalah sesuatu yang baik untuk mereka. Meski takdir yang dikehendaki tidak seperti yang mereka harapkan.
Salju terus turun menemani dua namja yang kini duduk dan saling menguatkan dengan pelukan hangat dan kasih sayang seorang kakak kepada adiknya. menguatkan namja yang lebih muda, memberikan secercah pencerahan kepada namja dengan rambut coklatnya, Kim Taehyung.
.........................................
.........................................
"Jungkook kau kenapa? Ada apa denganmu?"
Seorang gadis cantik dengan rambut panjang hitamnya, juga poninya menatap penasaran ke arah namja tampan dengan wajah manisnya. Bagaimana tidak, Jungkook mengiriminya sebuah pesan untuk bertemu di sebuah taman. Taman yang pernah mereka gunakan untuk mengobrol bersama. Dan Sohyun menyanggupinya, namun setelah ia sampai. Tiba-tiba saja Jungkook memeluknya, dengan derai air mata yang keluar dari pelupuknya.
Dirasakan air matanya Jungkook yang jatuh di leher Sohyun, entah kenapa hatinya ikut sakit saat Jungkook menangis bukan hanya sakit sesak juga ia rasakan. Hingga akhirnya dirasakan pelukan itu terlepas. Kini Sohyun dapat melihat wajah sendu Jungkook dan kelopaknya yang sembab.
"Jungkook kau kenapa?"
Sohyun bertanya pada namja di depannya, ia merasa heran dan sekaligus bingung. Ia tidak tahu kenapa. tapi ketika melihat tatapan Jungkook, Sohyun yakin kalau namja tampan di depannya menyembunyikan sesuatu darinya, hanya saja Sohyun tidak tahu.
Suasana seketika hening, hanya hembusan angin yang lembut terdengar di telinga mereka. Hingga akhirnya Jungkook mengangkat tangannya. Menyodorkan sesuatu ke arah gadis cantik di depannya sebuah amplop, berwarna merah muda dengan pita dipinggirnya.
Sohyun menerima surat itu, namun dalam benaknya apa maksud dari semua ini... kenapa Jungkook memberikan surat untuknya?
Tak lama Jungkook mengangkat tangannya, dan menggerakan jemarinya.
"Kim Sohyun terima kasih, kau mau menjadi temanku... terima kasih kau mau dekat denganku, aku hanya ingin mengucapkan salam perpisahan untukmu..."
Sohyun membulatkan matanya, ia tidak akan menyangka kalau orang yang membuat ia jatuh cinta akan pergi, tapi kemana?
"Jungkook kau mau pergi kemana? Kenapa kau pergi?" tanya Sohyun dengan wajah kepanikannya.
Sementara Jungkook, ia mengulas senyumnya. Jujur sebenarnya ia juga tidak ingin berpisah dengan gadis cantik di depannya, gadis yang telah membuat ia merasakan sebuah debaran yang namanya cinta. Ingin sekali Jungkook menyatakan cinta atau sekedar mengenal cinta bersama gadis cantik di depannya, tapi ia sadar ia tak pantas untuk Sohyun. gadis cantik yang begitu baik, karena Jungkook tahu ada yang lebih baik dan lebih mencintai gadis cantik di depannya, lebih sempurna darinya. Hingga akhirnya tangan itu bergerak membuat sebuah isyarat....
"Selamat tinggal Sohyun... dan hiduplah berbahagia..."
Kaki panjangnya langsung melangkah, berlari menerobos beberapa orang yang berlalu lalang meninggalkan Sohyun yang masih terdiam terpaku, juga air mata yang jatuh dari pelupuknya.....
"Jungkook..."
Sohyun menitikan air matanya, tiba-tiba saja dadanya sakit dan sesak. Tanpa sadar air mata yang jatuh dari kelopaknya mengenai amplop merah muda yang sedari tadi ia pegang.
Jungkook terus berlari, kakinya terus berlari ia harus segera menuju ke rumah sakit memaksa ayahnya. Memaksa ayahnya untuk mengijinkannya mendonorkan sesuatu yang berharga untuk kakaknya.... dengan langkah kaki yang terus berlari, Jungkook mengusap air matanya kasar.
ia tidak ingin terlambat, ia tidak ingin waktu terbuang sia-sia.
Selepas kepergian Jungkook, tiba-tiba saja Sohyun mendapatkan panggilan dari ponselnya. Dengan segera gadis cantik itu menyeka air matanya, dan melihat nama si pemanggil di layar ponselnya dan nama yang tertera di layar ponselnya adalah Lee Jieun nama sahabatnya.
"Halo Jieun?" ucap Sohyun yang kini menyeka sisa air mata yang jatuh dari pelupuknya.
"Sohyun aku mendapatkan surat dari Jungkook, apa kau juga mendapatkan surat darinya?"
"Apa? kau juga mendapatkan surat dari Jungkook?!"
"Jadi kau juga mendapatkannya??"
"Iya, aku mendapatkannya tadi kami bertemu, apa kau tahu ada apa dengannya?"
"Entahlah Sohyun tapi waktu kami bertemu aku melihat ia menangis dan menundukan kepalanya, ia menyerahkan aku sebuah amplop berisi surat, dan menuliskan note padaku salam perpisahan. Saat aku bertanya mau kemana ia pergi... dia hanya mengucapkan terima kasih dan ia berlari, kalau aku pikir mungkin dia akan bertemu denganmu.."
"...." Sohyun hanya terdiam, bibirnya menjadi kelu. Ia tidak tahu harus berbicara apa, karena ia merasa aneh dengan sikap namja tampan dengan wajah manis tersebut.
"Sohyun kau sekarang dimana? Maaf aku akan pulang malam... aku tidak bisa menemanimu, maafkan aku. Karena banyak sekali pekerjaan yang harus aku selesaikan.."
Sohyun mengulas senyumnya, mencoba menormalkan pikirannya dari lamunannya.
"Aku ada di taman, dan sekarang aku mau pulang. Ya, tidak apa-apa aku tahu kalau kau begitu sibuk... Jieun, kalau boleh tolong kabarkan aku tentang perkembangan Taehyung.."
"Baiklah, nanti aku akan mengabarimu. Hati-hati Sohyun..."
"Ya, Jieun... terima kasih..."
Pip...
Akhirnya Sohyun mematikan ponsel itu sepihak. Memasukan ponsel kesayangannya di dalam tas.
"Jungkook apa yang terjadi denganmu?"
......................
Rumah sakit, pukul 01.00 siang...
Jung Myun duduk lemas di kursi koridor rumah sakit, ia kini menundukan kepalanya menangisi takdir yang menimpa keluarganya. Belum hilang rasa duka karena kehilangan anak pertamanya Suga, lalu datang masalah yang menimpa anak keduanya Taehyung, hingga membuat putra keduanya dalam keadaan kritis... Padahal tadi ada seorang dokter yang mengatakan kalau akan ada seorang pendonor yang rela memberikan jantunganya untuk anak keduanya. Awalnya hati Jung Myun bahagia, bahkan mengucapkan syukur pada Tuhan, namun....
Seketika semuanya musnah...
Saat tahu orang yang akan mendonorkan jantungnya, adalah namja yang paling ia sayangi. Namja yang ia banggakan, dan namja yang akan ia ubah hidupnya lebih baik. Siapa lagi kalau bukan si bungsu Jeon Jungkook.
Mengetahui secara langsung, kalau anaknya sendirilah yang akan mendonorkan jantung untuk Taehyung... seketika hatinya hancur, ia menangis dan menolak menandatangani surat dari pihak rumah sakit. Menolak permintaan Jungkook, yang memohon bersujud di depannya agar ia mengijinkan apa yang dipilih Jungkook anaknya. Kini tangan kanannya meremas kertas yang sedari tadi ia pegang, menjatuhkan air matanya di atas lembaran kertas tersebut.
"Jungkook apa yang kau pikirkan nak? Kenapa kau nekat melakukan hal seperti itu?"
Jung Myun bertanya pada dirinya sendiri, mengingat saat Jungkook memohon padanya memintanya untuk menandatangani surat persetujuan yang kini ia pegang. Ia tidak bisa dan tak akan pernah, mana ada ayah yang tega membiarkan anaknya mendonorkan organnya pada orang lain, meski seseorang tersebut adalah bagian dari keluarga sendiri.
Air mata itu terus keluar, ia tidak akan rela membiarkan Jungkook pergi, ia juga tidak akan membiarkan Taehyung pergi. Sudah cukup, dia kehilangan Suga anaknya... sudah cukup. Masih terngiang jelas dalam ingatannya pesan anak pertamanya ketika tak sengaja mereka bertemu di sebauh cafe, tempat dimana anaknya Suga bekerja.
....
(Flashback***ON)
April 2017
"A..Ayah..."
"Yoongi?"
Kedua bola mata namja tampan dengan mata sipitnya itu membulatkan matanya saat melihat pria di depannya, pria dengan jas hitamnya juga sikap wibawanya. Tak lama keduanya saling berpelukan melepas rasa rindu yang sudah lama membuncah.
"Anakku, dari mana saja kau? Ayah mencarimu juga Jungkook..." Jung Myun memegang kedua pundak putranya menatap penuh tanya ke arah putranya.
"Maaf ayah, maafkan aku yang tidak memberitahukan ayah terlebih dahulu..."
Suga menundukan kepalanya ia benar-benar menyesal dengan perilakunya yang tidak memberitahu kepada ayahnya, hingga membuat pria yang ia hormati di depannya khawatir.
Jung Myun yang melihat kepala anaknya yang menunduk hanya bisa bernafas pasrah, ia memamuklumi apa yang dilakukan Suga adalah sebagai bentuk perlindungan terhadap si bungsu, Jungkook. Tak lama Jung Myun menyentuh pundak Suga dan memanggil namanya.
"Yoongi, ayo kita bicara disana..."
Yoongi mengangguk saat ayahnya menunjuk ke arah sebuah bangku yang ada di ujung dekat jendela, Suga menganggukan kepalanya dan berjalan dalam rangkulan ayahnya menuju ke sebuah bangku cafe pilihan ayahnya.
......
"Ayah, aku ingin memberikan beasiswa sekolahku kepada Jungkook..."
"Apa kau yakin Yoongi, bagaimana denganmu?"
Suga mengulas senyumnya dan menatap wajah tegas ayahnya.
"Aku tidak masalah ayah, beasiswa bisa dicari lagi... lagi pula aku mendapatkan beasiswa kuliah di Amerika. Dan kuharap ayah mau memberikannya kepada Jungkook. karena kupikir Jungkook lebih membutuhkan dari pada aku..."
Jung Myun mengulas senyumnya, ia bangga dengan anak pertamanya yang begitu bijak dalam menentukan pilihannya.
"Baiklah jika itu maumu ayah akan mengurusnya..."
"Terima kasih ayah... ayah adalah ayah yang terbaik..."
"Hahaha ya sama-sama nak, demi kebahagaan kalian ayah rela melakukan apapun untuk kalian..."
Suga tersenyum ia sangat bangga dengan ayahnya, ia bersyukur mempunyai ayah seperti pria di depannya. dalam benaknya ia berharap ia bisa seperti ayahnya, dan Suga menjadikan sebuah contoh untuk masa depannya.
"Ayah... apa aku boleh meminta sesuatu?" tanya Suga kembali, yang kini menatap ayahnya dengan tatapan teduhnya.
"Apapun yang kau minta, ayah akan berusaha mengabulkannya..."
"Ayah, tolong jaga Jungkook... saat aku tidak berada di sisinya.."
Jung Myun mengangkat sebelah alisnya menatap wajah sendu putranya, ia bingung kenapa putra pertamanya mengatakan hal seperti itu.
"Yoongi apa maksudmu? Memangnya kau mau kemana?"
Suga menggigit bibirnya ia ragu untuk meneruskan ucapanya, tapi... ia harus melakukannya. Hatinya memaksa untuk mengatakannya, dan ini semua demi adiknya.
"Hanya saja aku takut ayah, saat aku jauh dari Jungkook. Jungkook akan menderita, aku takut tidak ada yang melindunginya lagi ayah, dan kumohon pada ayah untuk menjaga Jungkook ayah, karena ayah kan tahu kalau ibu dan Tae mereka..."
Jung Myun terdiam ia mencerna apa maksud perkataan anaknya, dan ia mengerti akan kekhawatiran Suga. Jung Myun tahu kalau anak pertamanya sangat menyayngi si bungsu.
Hingga akhirnya ia memegang pundak Suga memberikan keyakinan dan kepastian pada anak pertamanya.
"Baik, ayah akan membantumu nak, kau jangan khawatir..."
Seketika senyum terulas di wajah tampan dengan mata sipitnya. Ia merasa senang, akhirnya apa yang ia minta terwujud. Hingga akhirnya Suga mengucapkan beribu-ribu terima kasih pada sang ayah tak lupa air mata kebahagiaan yang keluar dari pelopaknya. Jung Myun mengulas senyumnya memeluk tubuh putra pertamanya dan menepuk punggung putra yang ia sayangi.
(Flashback **** OFF)
............
Jung Myun tidak tahu harus apa, ia bingung. Bahkan ia berpikir kenapa hidup keluarganya semakin rumit, yang bisa ia lakukan adalah berdoa dan berharap bahwa ada keajaiban dari Tuhan.
.............
..............
Terlihat seorang wanita cantik dengan rambut coklat panjang yang terikat. Ia sibuk mengecek tasnya membongkar isi dalam tasnya mencari sesuatu. Sementara tangan kirinya sibuk menenteng buah-buahan. Buah yang ia ingin berikan kepada putranya Taehyung jika sadar. Namun... tanpa melihat sekeliling wanita cantik yang bernama Soo Rin itu terus menggeledah isi tasnya tak menyadari bahwa ia kini berdiri tepat di bawah sebuah gedung yang sedang di renovasi.
Terlihat beberapa pekerja yang sibuk dengan pekerjaannya, ada yang menganngkut semen, memasang bata, dan ada juga yang melakukan las pada besi-besi pondasi bangunan.
Tak jauh disana....
Ada seorang namja tampan dengan kemejanya, berjalan menuju rumah sakit dengan tatapan kosongnya. Namja tampan dengan rambut hitamnya, namja yang tak dapat berbicara Jeon Jungkook. kedua kakinya terus melangkah, hingga akhirnya manik matanya melihat wanita yang sangat ia kenal, wanita yang ia sayangi, wanita yang telah melahirkan dirinya juga kedua kakaknya. Seketika ia menghentikan langkahnya guna menatap wanita cantik dari jauh.
"Ibu..."
Jungkook mengucapkan dalam hatinya, mengulas senyumnya. Ingin sekali ia memeluk dan mencium ibunya, ingin sekali ia mendapatkan pelukan dari ibunya. Tapi... Jungkook takut, ia ragu untuk mendekat. Karena ia tahu ibunya tak akan pernah sudi untuk dekat dengannya.
Jungkook tetap mengulas senyumnya, tak lupa tatapan ibunya.
"Ibu... aku ingin memelukmu..."
Jungkook ingin sekali mengatakan hal itu, mengajukan permintaan kecilnya melalui isyaratnya. Tapi... apakah hal itu bisa? Apakah hal itu terwujud?
Hingga akhirnya ia memutuskan untuk melanjutkan langkahnya.
Tapi....
Jungkook membulatkan matanya, menyadari sesuatu yang ganjil di sekitar ibunya. Manik matanya menatap sebuah batu bata yang hampir jatuh dari papan, ketika Jungkook melihat dengan telitii.
"Ibuuu...!!!"
Jungkook berlari sekuat tenaga. Ia tidak boleh terlambat, atau ibunya akan terluka....
BRAKKKKKK....
"KYAAAAA......"
"Astaga...!!!??"
"Omo..."
Soo Rin jatuh terhempas, saat tubuhnya di dorong oleh seseorang. Semua orang berteriak panik saat melihat kejadian yang tak mereka duga. Soo Rin menoleh dan seketika matanya membulat, ia tak percaya dengan apa yang ia lihat, lalu....
Tes...
Air mata itu jatuh ketika melihat namja tampan yang terkapar dengan luka bocor di kepalanya, bukan kepalanya saja yang terluka. Juga tubuhnya tertimpa batu bata dengan ukuran yang cukup besar membuat namja tampan itu mengeluarkan darah dari dalam mulutnya.
"JUNGKOOK...!!!"
.................
.................
"Kim Taehyung, sebaiknya kau pulang dik... "
Suga menghentikan langkahnya setelah ia mengantarkan namja tampan dengan rambut coklatnya di sebuah stasiun kereta. Hanya saja Taehyung tidak tahu nama stasiunnya. Karena tempat ini sangat berbeda, dan ia tidak mengenalnya.
"Pulang? Apa maksud kakak? Bukankah aku..."
"Belum Tae, ini belum waktumu..."
"Maksud kakak aku masih hidup???"
Suga mengangguk mengulas senyumnya, mengusap puncak kepala sang adik.
"Lalu bagaimana caraku untuk pulang kak?"
Suga menoleh menatap sebuah stasiun kecil di sampingnya.
"Tunggulah disana, dan kau pasti akan tahu bagaimana caranya pulang..."
Taehyung menatap wajah kakaknya, wajah sang kakak yang kini tersenyum ke arahnya.
"Kakak, apakah aku begitu jahat?" Taehyung menundukan kepalanya, memegang lengan kanannya. Rasa bersalah dan penyesalan tiba-tiba muncul dalam benaknya.
"Tidak ada kata terlambat untuk berubah Taehyung. Hanya saja mungkin akan ada yang berubah..."
"Apa itu kak?" Taehyung mendongakan kepalanya menatap wajah sang kakak. Mencari sebuah jawaban di manik mata sang kakak.
Suga mengulas senyumnya, memegang pundak adiknya.
"Kau akan tahu Taehyung... dan kuharap saat kau kembali jadilah namja yang kuat dan kau rubah sikapmu... agar masa depanmu lebih baik..."
Tes...
Tes...
Air mata itu jatuh dari pelupuk namja yang dipanggil Tae itu, entah kenapa dadanya kembali sesak. Sepintas ia mengingat wajah Jungkook adiknya.
"Hiksss... apakah dia akan memaafkanku kak? Apakah dia akan memaafkanku??? Taehyun terisak, menundukan kepalanya dan menangis.
Suga memegang kedua pundak adiknya mencoba memberi kekuatan padanya.
"Dia akan memaafkanmu, aku yakin tanpa kau minta dia sudah memaafkanmu Taehyung..."
"Kakak hikkss... aku namja bodoh, aku bukan kakak yang baik hikksss..."
"Shttt.... tenanglah dik, setiap orang pasti mempunyai kesalahan..."
Greeppp...
Suga kembali memeluk adiknya, memberikan kekuatan dan kasih sayang untuk adiknya. dalam benaknya ia bahagia akhirnya ia dapat membuat Taehyung berubah, membuat Taehyung mengakui keberadaan adiknya.
Taehyung menangis dalam pelukan kakaknya, ia merutuki dirinya sebagai namja yang bodoh, namja yang amat bodoh karena tidak mengakui dan menyayangi adiknya, Jungkook. ya... dia menyesal, ia sangat menyesal. Tak lama ia mengulas senyumnya setelah hatinya merasa lega, dalam benaknya ia bertekad. Akan menjadi kakak yang baik untuk adiknya, menjaganya dan memberikan kasih sayang untuk adiknya Jungkook, seperti yang dilakukan Suga kakaknya.
"Nah Taehyung kau duduklah disini kereta akan membawamu pulang, kakak harus segera pergi... karena ada hal yang akan kakak lakukan..." Suga mengusap kelopak sembab sang adik mengulas senyum damai ke arah adiknya.
"Taehyung, apa pun yang terjadi... kau harus kuat ya... jangan menyerah dan kakak minta jaga ayah da ibu..."
Taehyung mengulas senyumnya dan mengangguk kepalanya.
Salju terus turun, hawa dingin damai menerpa kulit Taehyung.
"Kakak, selamat tinggal... terima kasih kakak, dan maaf aku tidak menjadi adik yang baik..." ucap Taehyung tulus juga terdapat raut penyesalan di wajah tampannya.
"Kakak memaafkanmu, Taehyung... "
"Aku menyayangimu kakak..."
"Aku juga Taehyung, aku juga..."
Tak lama Suga membalikan badannya, menuju ke arah berlawanan. Melangkahkan kakinya menjauhkan jaraknya dengan adiknya. seulas senyum dan air mata turun dari kelopak sipitnya. Ia dapat bernafas lega, karena telah membuat adiknya Taehyung sadar. Kini tugas yang akan ia lakukan adalah, menanti seseorang... seseorang yang sangat berarti bagi Suga, seseorang yang telah membuat ia berjanji, janji untuk melihat musim semi....
Setelah kepergian Suga, Taehyung mengedarkan pandangannya menatap sekelilingnya. Tidak ada siapapun, hanya dia seorang. Tak lama kakinya melangkah menuju sebuah stasiun kecil, menunggu kereta yang katanya akan membawanya pulang. Taehyung hanya menatap datar ke arah stasiun yang ada di seberang sana.
"Jungkook, kakak pulang tunggulah aku... dan kita mulai dari awal..."
Taehyung mengulas senyumnya, ia tak sabar menunggu kereta datang, ia tak sabar untuk pulang dan menemui adiknya Jungkook. ya... untuk pertama kalinya Taehyung memanggil nama adiknya, nama yang pernah ia berikan untuk adiknya. Jungkook nama yang diberikan Kim Taehyung saat usianya masih bocah.
................
................
TBC...
Hai semua.... author kembali dengan chap ini, semoga kalian gak bosan dengan kedatangan author...
Oh ya btw mau nanya, nih chap feelnya dapat gak ya??? Soalnya menurut author agak gimana gitu...
Please, jangan timpuk author kalau nih cerita tambah kejam dan penuh penistaan....
para cast hanya ternista di ff ajjah kok, kalau di dunia nyata mah mereka bahagia-bahagia ajjah..
Disini author udah usaha yang terbaik buat bikin chap ini. dan author gak mau bikin kalian kecewa. Oh ya author perkirakan sebentar lagi nih ff akan berakhir.... oh ya hampir lupa. Author sangat berterima kasih pada kalian para pembaca yang keren-keren karena telah mau setia membaca dan memberikan kritik dan saran yang membangun buat ff ini. tanpa kalian ff ini tidak akan mungkin sampai chap ini.
Jangan lupa vommentnya ya^^ karena kalian adalah semangat saya...
Maaf kalau typo masih bertebaran, cerita tambah gaje atau apalah. Karena author hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan....
Sekian dari saya, bye... sampai jumpa ^_^
Salam cinta dan sayang untuk kalian semua....
#el
.............................
Hai disini author cuma mau promosi sad story lainnya ya^^ bagi yang belum tahu nih cerita bisa baca kok, disini tae tae yang ganti ternistakan wkwkwk... Kalau kalian suka, ayo mampir sekalian vomment, kritik dan saran biar author lebih baik dalam bekarya. Sekian ocehan dari saya...
Gomawo ^^
'When My Last Time (sad story Kim Taehyung)'
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro