Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Suga and Jungkook (chapter 14)


(Author **** POV)

(Flashback **** POV)

Terlihat punggung seorang remaja dengan rambut hitamnya, yang tengah sibuk memetik gitar coklat kesayangannya. Seperti biasa namja muda yang dipanggil Suga itu tengah bereksperimen diri menciptakan lagu, ya itu adalah hooby yang dimiliki seorang namja tampan dengan mata sipitnya juga kakak yang hebat bagi dua adiknya, Yoongi Suga.

Petikan senar gitar terdengar merdu bagi siapapun yang mendengarnya, bakat musiknya memang bisa dikatakan pantas untuk seorang namja muda sepertinya. Namun...

Kegiatan memetik senar gitarnya harus berhenti ketika ada seseorang yang menepuk bahunya, hingga membuat namja yang dipanggil Suga itu menoleh ke arah kiri.

"Jungkook?" ucapnya tak lupa ia mengulas senyumnya, ketika ia tahu bahwa ternyata orang yang menepuk bahunya adalah adik kesayangannya Jeon Jungkook.

Jungkook mengulas senyumnya, ya... Jungkook kecil yang masih polos dan manis. Mengulas senyumnya, menampilkan gigi kelincinya di depan sang kakak.

Tak lama Suga menaruh gitarnya, dan menyuruh Jungkook duduk di sampingnya, Jungkook mengangguk dan menjatuhkan pantatnya di lantai rumah yang masih berbahan kayu itu.

"Ada apa Jungkook? Apa kau butuh sesuatu?" tanya Suga pada sang adik, tak lupa dengan senyum malaikatnya.

Jungkook menundukan kepalanya, menyembunyikan rasa takut dan kegugupannya.

Suga mengangkat sebelah alisnya, saat bingung dengan sikap adiknya. Tak lama Suga menangkupkan pipi gembul sang adik dan mendongakan kepalanya, agar sang adik bisa melihatnya.

"Apa kau sakit? Atau apa kau terluka, hem? Katakan pada kakak... apa ada yang melukaimu? Atau Taehyung menyakitimu, iya?" Suga bertanya pada sang adik bertubi-tubi. Rasa khawatir yang ia rasakan pada sang adik jauh lebih besar dari pada terhadap dirinya sendiri.

Jungkook mengulas senyumnya, dan melepaskan kedua tangan Suga yang menangkup pipinya. Tak lama Jungkook menggelengkan kepalanya.

"Lalu apa? apa kau ingin sesuatu?" tanya Suga kembali.

Jungkook tersenyum, namun senyum yang tersembunyi perasaan pilu di wajah manisnya. Tak lama ia mengangkat tangannya dan menggerakannya.

'Kakak, apakah Jungkook bisa sembuh?'

Deg...

Suga tersentak, ia tak menyangka kalau sang adik akan bertanya begitu. Ia tahu Jungkook masih seorang bocah yang masih diberi pengetahuan yang belum ia ketahui. Dan salah satunya tentang kekurangan yang dimiliki sang adik entah itu bisa disebut penyakit atau memang takdir.

Suga mengulas senyumnya, dan mengusap rambut hitam sang adik.

'Kenapa tidak dijawab kak? Apa benar kalau Jungkook selamanya tidak akan bisa bicara?'

Jungkook mengerakan jemarinya membuat sebuah isyarat, yang membuat Suga menjadi kelu dan sedih ketika adik kesayangannya berkata seperti itu.

Suga tak mampu bicara, apalagi ketika melihat wajah polos adiknya. Suga terlalu takut menjawab. Karena ia takut akan membuat sang adik sedih dengan jawabannya. Meski ia pintar dalam pelajaran, tapi otaknya tiba-tiba bisa bodoh ketika sang adik mengajukan pertanyaannya mengenai kekurangan yang dimiliki Jungkook, adiknya.

Suga mengulas senyumnya, ya... dia hanya bisa tersenyum sebagai jawabannya. Bibirnya membeku tenggorokannya tiba-tiba tak mampu mengeluarkan sepatah katapun untuk menjawab. Karena Suga takut menjawab pertanyaan Jungkook, dia hanya berusaha menjaga hati sang adik yang sudah rapuh. Dan itu memang tugasnya, bukankah seorang kakak menyayangi adiknya, melindunginya dan mendukungnya. Itulah yang saat ini dilakukan Suga, salah satunya menjaga hati sang adik agar tidak rapuh.

Jungkook tersenyum, dia tidak bodoh meski dia masih kecil. Jungkook tahu kalau kakaknya tidak akan bisa menjawabnya, pasti kakaknya tidak tega menjawab pertanyaannya. Jungkook yakin sang kakak hanya menjaga perasaannya agar tidak sakit. Padahal, hatinya sudah sering merasakan yang namanya sakit, hingga ia merasa dirinya kebal. Tapi... terkadang ia menangis saat melihat ibunya begitu memperhatikan kakak pertama dan keduanya. Tak menganggap akan keberadaannya meski di sampingnya. Ya... menangis, hanya itu yang bisa meluapkan rasa sedihnya, lebih tepatnya menangis dalam diam.

Tak lama Jungkook memeluk pinggang sang kakak, menenggelamkan wajah mungilnya di balik kemeja sang kakak. Ia tidak ingin membuat kakaknya pusing dengan pertanyaan bodohnya. Karena ia tahu tak akan mungkin kekurangannya akan sembuh, tak akan mungkin ia bisa bicara. Meski ia minum obat, mengikuti terapi, atau menyewa seorang dokter terhebatpun tidak akan bisa... hanya Tuhan lah yang mampu memberikan Jungkook mukzizat yang mungkin bisa membuat ia bicara. Tapi.... jika takdir memang demikian Jungkook terima dengan senang hati. Bukangkah setiap manusia memang harus menerima apapun yang terjadi, dan Tuhan tahu apa yang ia berikan memang terbaik untuk hambanya.

Jungkook kecil begitu yakin, bahwa kekurangannya bukanlah sebuah aib, namun pemberian Tuhan kepadanya. Ia yakin Tuhan tidak jahat padanya, Tuhan hanya mengujinya seberapa kuat ia menjalani dunia ini. Jungkook yakin bahwa di dalam kekurangannya ada sebuah kelebihan pada dirinya, hanya saja Jungkook tidak tahu apa itu. dan suatu hari nanti pasti dia akan tahu...

Suga mengeratkan pelukannya pada sang adik, mengusap punggung sang adik penuh sayang. Bahkan berkali-kali ia mengecup puncak kepala sang adik menyalurkan kasih sayang seorang kakak pada adiknya. meski ia tahu kalau ada hal yang diinginkan Jungkook adiknya, dan itu belum terjadi hingga hari ini. Yaitu pelukan seorang ibu, kepada anaknya. Ya... ingin sekali Suga membujuk ibunya untuk memeluk Jungkook, memberikan kesempatan pada adik ketiga merasakan yang namanya pelukan sang ibu.

"Jungkook, tenanglah...." Suga angkat suara tak lupa ia semakin mengeratkan pelukannya pada sang adik.

"Kakak akan menjadi suaramu, apa yang ingin kau katakan kakak akan mengatakannya, apabila kau ingin berteriak kakak akan berteriak untukmu, dan apabila kau ingin berbicara kakak akan berbicara untukmu... karena apa? suara kakak juga suaramu..." lanjut Suga.

Jungkook merasa tersentuh dengan apa yang dikatakan Suga, dapat ia rasakan, di setiap perkataan kakaknya tidaka ada kebohongan. Semuanya kebenaran dan Jungkook menyukainya. Saat ini ia tidak ingin mengeluarkan air matanya, tapi ia membutuhkan pelukan sang kakak menenangkan hatinya yang sedang kacau.

Seolleime nado moreugeHanbaldubal nege dagagaNeoui gyeote nama
Neoui misoe nae maeumi noganaeryeoNuni majuchyeosseulttaenDugeungeoryeo
Oh~ neoui gaseume nae misoreul gieokhaejwoHaruedo myeoccbeonssikSaenggakhaejwo

Tak lama indra pendengarannya mendengar sebuah suara. Suara merdu sang kakak, suara yang begitu indah menenangkan hati Jungkook kecil. Hatinya begitu damai, mendengar suara kakaknya Suga. Ya.... kini Suga menyanyi, menyanyi untuk sang adik. Adik yang ia sayangi melebihi nyawanya.

Oh~ neoege hago sipeun geu malYou're beautiful
Gomawo. Nal mannaseoHangyeol gatassdeon ni moseubi boyeo
Nareul gidaryeo wassdeonNeoui jiteun hyanggi gipeun ullim

Suga terus bernyanyi untuk sang adik yang ia peluk, apa yang dikatakannya adalah benar. Bahwa suaranya jug suara adiknya, Jeon Jungkook. Dan selamanya akan begitu...

Al su eopsneun ganghan ikkeullimNeoreul hyanghan naui dunalgaePyeolchyeojugo sipeo
Neoui misoe naemaeumi noganaeryeoNuni majuchyeosseulttaenDugeungeoryeo

Tak lama Jungkook menutup matanya, dengan posisi memeluk sang kakak. Hingga akhirnya Jungkook kecil tertidur dalam pelukan sang kakak, ya... suara Suga telah membuat Jungkook tertidur. Tanpa diketahui Suga Jungkook tersenyum dalam tidurnya, setiap mendengar nyanyian sang kakak. Dan Jungkook menyukainya.

(Flashback **** OFF)

..............

19 April...

19.00 malam....

Ceklek...

"Jungkook?"

Suga membuka pintu rumahnya dan memanggil nama sang adik. Namun tidak ada sahutan.

"Jungkook?"

Suga melangkahkan kakinya, mencari keberadaan sang adik. Namun tetap saja ia tak menemukan keberadaannya. Tiba-tiba saja Suga berpikiran negatif terhadap adiknya ia takut terjadi seseuatu pada adiknya. dengan cepat kakinya berlari menuju ke dapur, mengecek ke dalam kamar sang adik dan seluruh ruangan yang ada di rumah tersebut.

"Jungkook? Kau dimana?"

Suga mulai frustasi bahkan ia menarik rambutya frustasi, ia takut terjadi sesuatu pada adiknya Jungkook.

"Jungkook???" Suga kini berteriak di dalam kamarnya yang agak gelap.

Ceklek...

"Jungkook?"

Greeepppp....

Suga langsung berhambur memeluk adiknya, Jungkook hanya membulatkan matanya. Ia terkejut ketika kakaknya tiba-tiba memeluk dirinya. Hingga dirasakan pelukan sang kakak terlepas dari tubuhnya. Dan Suga menangkupkan pipi adiknya membolak-balikan ke kiri dan kanan.

"Jungkook? Kau tak apa? kau baik-baik saja? Apa kau terluka? Iya?"

Pertanyaan bertubi-tubi dikeluarkan untuk Jungkook, Suga amat khawatir pada adiknya. ia takut kejadian percobaan bunuh diri itu akan terulan lagi ia takut.

Jungkook tersenyum, dan menggerakan tangannya membuat sebuah isyarat.

"Kakak Jungkook baik, kakak jangan khawatir..."

Hufff....

Suga dapat bernafas lega, karena apa yang ditakutkannya tidak terjadi.

Tak lama Jungkook menarik tangan sang kakak, bermaksud menuju ke ruang makan karena Jungkook tahu kakaknya belum makan saat ini. Apalagi kakaknya baru saja pulang dari kuliah. Dengan lembut Jungkook menarik tangan Suga menuju meja makan, disana sudah terhidang dua nasi goreng dengan telur mata sapi. Bau harum nasi goreng tercium di indra penciuman namja bermata sipit itu.

Suga mengulas senyumnya dan duduk di kursi yang sudah di sediakan. Suga bangga adiknya sangat mandiri.

"Wah Jungkook, kau sangat pintar dik... hmmm pasti enak..." ucap Suga dengan senyumnya.

Jungkook tersenyum, tak lupa ia menarik kursinya ke belakang dan duduk. Tak lama keduanya memasukan makanan ke dalam mulut mereka. Memang benar masakan Jungkook amat enak, terlihat dari wajah Suga yang begitu menyukai masakan adiknya.

Namun, tak lama Suga menghentikan aktifitas makannya saat menyadari sesuatu yang aneh pada pipi adiknya. kedua bola matanya fokus menatapi luka lebam yang ada di pipi kanan Jungkook.

"Jungkook?" panggil Suga.

Jungkook mendongak ketika kakaknya memanggilnya, tak lama dirasakannya tangan sang kakak menyentuh pipinya.

"Kau kenapa? Kenapa ada luka lebam?" tanya Suga, tak lupa mengangkat sebelah alisnya.

Jungkook mulai gugup, bahkan ia lupa kalau kakaknya pasti akan menanyakan bekas lebam di pipinya. Ya... bekas pukulan kakaknya yang kedua Kim Taehyung.

Jungkook menggerakan tangannya,

"Tadi Jungkook jatuh kak, tak sengaja tersandung batu waktu pulang sekolah..."

Jungkook terpaksa berbohong, ya... berbohong iya tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya pada sang kakak. Jika kakaknya Suga tahu kalau kakaknya Taehyung memukulnya, pasti akan menjadi masalah besar. Mengingat dimana saat itu Suga memukul Taehyung hingga babak belur dan berakhir terkena amarahan ibunya. Jungkook tidak ingin sudah cukup kakaknya menderita karenanya. Maka dari itu dia lebih memilih merahasiakan perbuatan kakak keduanya terhadap dirinya.

"Benarkah? kau tidak bohong pada kakak kan?" tanya Suga, tak lupa raut curiga.

Jungkook tersenyum dan menggelengkan kepalanya, tak lama ia menyuruh kakaknya melanjutkan makannya. Setidaknya dia bisa mengalihkan topik saat ini. Suga hanya mengangguk dan memasukan kembali nasi goreng itu ke dalam mulutnya dan mengunyah pelan. Namun, kedua bola matanya masih fokus menatap pipi lebam Jungkook.

"Jungkook, apa Taehyung memukulmu?" batin Suga dalam hatinya, ia sangat yakin kalau adiknya Taehyung melakukan hal buruk pada Jungkook. Suga sangat tahu bagaimana sikap Taehyung yang selalu kasar dengan Jungkook. Dan Suga tahu kalau adiknya Jungkook tak pandai berbohong.

"Kalau itu benar, kau Tae... kakak tidak mengampunimu..."

......

(Jieun **** POV)

Kini aku menatap aneh ke araha sahabatku siapa lagi kalau bukan Kim Sohyun, entah kenapa malam ini dia senyum-senyum sendiri. Tidak seperti biasanya...

"Sohyun? Kau kenapa?"

"...."

"Sohyun??"

"...."
oke, ini mulai aneh dari tadi dia tak menyahutku tapi malah senyum-senyum sendiri. Lalu aku pun membenarkan topi ku dan mendekatkan wajahku tepat di telinganya.

"HEI KIM SOHYUN??? ADA APA DENGANMU??"

Aku berteriak tepat di telinganya membuat ia terlonjak kaget.

"Yakkk.... Jieun? Jangan berteriak..." protesnya.

"Kau ini, bagaimana aku tidak berteriak? Dari tadi aku sudah memanggil namamu. Tapi, kau mencuekiku, ada apa denganmu?"

"Ani, tidak apa-apa aku baik-baik saja..."

Aku ragu akan jawabannya, aku tahu dia pasti sedang merasakan yang namanya 'Jatuh Cinta'. Karena dari tadi dia senyum-senyum gak jelas.

"Kau jangan bohong Jieun, aku tahu kau pasti sedang jatuh cinta kan?"

"Uhukkk.... uhukkkk.... uhuuukkkk.... aishhh... Ji...Jieun apa yang kau katakan?"

Aku terkekeh saat melihat dia tersedak, padahal aku Cuma menebak apa itu benar? Kalau sahabatku yang cantik ini suka sama orang lain.

"Siapa dia? Siapa yang bisa meluluhkan hati gadis dengan pemikiran keras sepertimu?" ledekku, tak lupa menyenggol lengannya.

"Yakkk.... Jieun kau ini!!"

"Hahaha... aku tahu Sohyun kau sedang jatuh cinta kan?" aku tersenyum usil padanya.

"Kau menyebalkan..."

Tak lama ia meninggalkanku masuk kembali ke dalam kamarnya, namun aku tahu kalau di pasti tersenyum malu saat ini. bahkan kini aku duduk manis tak lupa melipat tanganku di dadanya.

"Aigooo... siapa dia Sohyun, aku penasaran dengannya..." ucapku tak lupa dengan senyum usilku tentunya.

.....

(Sohyun **** POV)

Apa ini? apa yang aku rasakan saat ini? aigoo.... apa yang terjadi kenapa semenjak aku bertemu dengannya. Ah... aku merasa hatiku berbunga-bunga dan ada kupu-kupu yang terbang di dalam perutku. Bahkan saat aku mengingat senyumnya, dan wajahnya... rasanya aku bahagia.

Kini aku berada di dalam kamarku, meninggalkan Jieun yang sudah menggodaku. Entah kenapa aku merasa malu saat Jieun bilang kalau aku sedang jatuh cinta. Tapi... apa iya ya? Apa kalian tahu sejak aku bertemu dengannya aku merasa debaran aneh di dadaku. Dan sekarang debaran aneh itu semakin terasa saat aku menghabiskan waktu bersamanya tadi. Siapa lagi kalau bukan Jeon Jungkook. Namja manis dengan gigi kelincinya. Bahkan aku tidak bisa melupakan waktu kami bermain bersama.

Kini aku menjatuhkan badanku di atas ranjang empukku menatap langit kamarku, ku ulas senyumku. Dan menutup wajahku dengan kedua tanganku, aku merasa pipiku memerah saat mengingat wajahnya. Aigoo... apakah ini rasanya jatuh cinta?

"Jeon Jungkook, sepertinya kau berhasil merebut hatiku..." gumamku. Tak lupa aku memeluk gulingku erat dan berteriak tak jelas, yang mungkin suara teriakanku akan terdengar oleh Jieun dari luar.

.......

(Taehyung **** POV)

Aku menatap bosan ke televisi di depanku, ya... sangat bosan. Dengan malas aku mematikan televisi dengan remotku dan membuangnya asal. Hari ini mood ku sangat buruk. Apalagi semenjak aku melihat kebersamaan si bisu dengan gadis yang kuincar Kim Sohyun. Rasanya hatiku panas dan emosi melihat mereka.

Kadang aku berpikir kelebihan apa yang dimiliki si bisu hingga membuat Sohyun mau mengajaknya berjalan-jalan. Bahkan aku? Yang berusaha menarik hatinya sering sekali diabaikan.

Aku menatap emosi ke arah televisi di depanku, aku sangat benci... benci pada si bisu. dia adalah perebut segalanya, dia boleh saja merebut perhatian ayah dan kakak. Tapi... untuk yang satu ini aku tidak akan membiarkan Sohyun jatuh dalam pelukannya.

"Sohyun adalah milikku, bisu... tak akan aku biarkan kau memilikinya.."

Aku meminum seteguk kopi yang sudah mulai dingin itu.

........

(Jung Myun **** POV)

Aku bersandar di kursi kerjaku, melepas rasa lelahku. Kerja yang begitu menumpuk membuatku lelah. Aku menghembuskan nafasku menyandarkan kepalaku yang sedikit berdenyut setelah selesai mengerjakan pekerjaanku. Jujur entah kenapa beberapa hari ini aku merasa rindu pada ketiga anakku dan istriku. Ya... sebagai kepala rumah tangga aku harus bekerja keras. Agar kehidupan mereka menjadi lebih baik. Apalagi Suga dan Taehyung mereka masih duduk di bangku kuliah, sementara anak bungsuku Jungkook sebentar masih duduk di bangku SMA.

Tapi, aneh... aku merasa khawatir terhadap dua anak kesayanganku. Anak pertamaku Yoongi Suga dan Jeon Jungkook. Kini aku menatap foto kebersamaan mereka, aku mengulas senyumku. Sungguh menggemaskan melihat foto mereka.

Mereka adalah penyemangatku dalam bekerja. Aku sangat menyayangi ketiga anakku, bagiku mereka adalah harta berhargaku. Dan mereka adalah harapanku. Aku berharap mereka menjadi lebih sukses dari ku. Sebagai seorang ayah aku harus melakukan yang terbaik untuk mereka.

"Kuharap kalian baik-baik saja nak..." ucapku mengulas senyumku.

.................

(Author ***** POV)

Terlihat seorang namja manis dengan gigi kelincinya, mencuci beberapa gelas dan piring di wastafel. Suara keran air mengalir terdengar jelas di dapur yang cukup kecil itu. Jeon Jungkook namja dengan wajah manisnya, sedang melakukan ritualnya mencuci piring. Setidaknya dia melakukan hal yang berguna di rumah dari pada berdiam diri.

Dengan telaten Jungkook membilas piring itu, namun... sebuah tangan menghentikan aktifitasnya.

"Biarkan kakak yang mencucinya, kau istirahatlah..." Suga mengulas senyumnya, tak lupa mengambil alih piring dari tangan adiknya.

Jungkook tersenyum ke arah kakaknya dan menggelengkan kepalanya, menolak apa yang dikatakan sang kakak. Dia tidak ingin kakaknya terlalu lelah.

"Kalau begitu kakak, bantu menaruhnya ya..." tawar Suga kembali.

Jungkook mengangguk mengulas senyumnya. Dengan segera namja bermata sipit itu mengambil sebuah piring di atas meja wastafel hendak menaruhnya di rak. Namun... tiba-tiba Suga merasakan sakit dan nyeri luar biasa di perutnya.

PRANGGGGG....

Piring itu pecah seketika, Jungkook terkejut ketika melihat kakaknya yang membungkuk menahan sakit di perutnya tak lupa piring yang pecah. Dengan segera Jungkook mematikan wastafelnya dan menghampiri sang kakak yang sedang memegangi perutnya menahan sakit dan nyeri yang menderanya.

"Akhhh..... sakitttt...." Suga meringis kesakitan. Bahkan ia menekan perutnya berharap rasa sakitnya hilang.

Jungkook menatap kakaknya khawatir lalu ia menggincang-guncangkan lengan sang kakak.

"Kakak... kakak kenapa? Kakak???" tanya Jungkook dalam hatinya.

"Akhhh.... shhhh.... Jung....Jungkoo..ok.. pe...perut kakak sakittt....."

Suga tak mampu menaha sakitnya, bahkan kini ia terduduk di atas lantai menahan sakit yang hebat di perutnya. Ia tak menyangka rasa sakitnya akan timbul semakin sakit, bahkan lebih sakit dari pada siang tadi.

Tes...

Tes...

Tes...

Jungkook membelalakan matanya, saat melihat darah keluar dari lubang hidung kakaknya. Begitupun dengan Suga ia tak menyangka mimisannya akan kambuh kembali, dengan panik Jungkook merogoh tas hitamnya dan mengambil sekotak tisu di dalamnya. Dengan segera ditariknya beberapa lembar tisu dari kotaknya dan mengelap darah dari hidung sang kakak.

"Akhhhhh.... Jungkook??"

Suga merintih kesakitan, bahkan ia sandarkan tubuhnya ke dinding menekan perutnya. Rasanya dadanya sangat sulit bernafas apalagi tubuhnya tak kuat untuk bangun. Karena rasa sakit yang luar biasa di perutnya.

"Kakak hikkssss.... kakak... kenapa? Hikkksss... kak Suga??"

Jungkook menangis ia semakin panik dan bingung. Ia tidak tahu apa yang dirasakan kakaknya saat ini. hatinya sangat hancur melihat kakaknya seperti ini. Jungkook bingung, Jungkook... tidak tahu...

"Kak Suga.... apa yang terjadi hikkkksssss....."

Tak henti-hentinya Jungkook membersihkan darah yang keluar dari lubang hidung kakaknya, terlihat jelas air mata yang keluar dari kelopaknya.

"Arrrgghhhhhhh....."

Suga kesakitan, bahkan kini mengerang keras. Sakitnya bagai ditusuk beribu jarum tepat di perut, dan seperti bara api yang membakar lambungnya. Makin lama Suga merasakan pusing, matanya mulai berkunang-kunang. Sakit di perut dan kepalanya bercampur menjadi satu, hingga....

BRUKKKKK....

"Kakak? Kak Suga? Bangun... kakak hiksssss.... kakak??"

Jungkook mengguncang-guncang tubuh sang kakak, ia sangat takut, sangat takut melihat kakaknya jatuh pingsan. Air mata keluar deras dari pelupuknya, rasa khawatir, takut dan panik menjadi satu.

Dengan segera Jungkook mengangkat tubuh sang kakak menggendongnya dari belakang, meski berat itu tidak masalah. Demi kakaknya Jungkook rela, dengan tergesa-gesa Jungkook membawa kakaknya ke dalam kamarnya.

"Kakak... jangan tinggalkan Jungkook..."

.....

Skip...

Terlihat seorang namja tampan dengan mata sipitnya tak lupa wajah putih pucatnya terbaring lemah di atas ranjang tempat tidurnya. Tak jauh disana ada seorang namja dengan rambut hitamnya duduk manis menemani sang kakak yang tak sadarkan diri. Beberapa kali Jungkook mengompres dahi sang kakak. Berharap kakaknya baik saja, dalam hatinya Jungkook takut terjadi sesuatu dengan kakaknya Suga.

Jungkook menggenggam erat tangan kakaknya Suga, memeberikan kehangatan di telapak tangannya yang dingin itu. Jungkook menundukan kepalanya menitikan air matanya, menggigit bibir bawahnya. Hatinya menangis, hatinya tak tega melihat sang kakak terbaring tak berdaya seperti ini. Rasanya Jungkook ingin sekali menggantikan posisi sang kakak, biarlah tubuhnya yang berbaring seperti ini. ia tak tega jika kakaknya pingsan seperti ini.

Jungkook tidak tahu kenapa kakaknya bisa sakit seperti ini, yang dia tahu mungkin kakaknya kelelahan.

"Kakak.... maafkan Jungkook.. ini pasti salah Jungkook. Kakak sakit seperti ini karena Jungkook kan?" Jungkook terisak dalam tangisnya menggenggam erat tangan sang kakak. Menundukan kepalanya, hingga air matanya mengenai tangan dingin sang kakak.

"Kakak....hikssss....hiksss''

Jungkook terisak, bahkan tubuhnya bergetar. Bahkan ia menyalahkan dirinya sendiiri, dalam pikirannya semua kesialan semua kejadian buruk yang menimpanya adalah dirinya. Ia menganggap dirinya adalah pembawa sial yang patut di jauhi, orang yang patut di benci. Rasa sakit dan penderitaan yang harus diterima orang terdekatnya adalah karena dirinya. Berkali-kali ia berteriak menyebut dirinya pembawa sial, anak pembawa sial.

"Jungkook.... hiksss... kau pembawa sial.... semua menderita karenamu... benar kata ibu hikksss... hikksss kau pembawa sial... seharusnya kau mati.... Jungkook... hiksss.... kau mati... hiksss mati... anak bisu sepertimu tidak pantas hidupp... hikkssss.... hikksss kau aib... kau.... kau....hikkksssss.... hikkssss...."

Jungkook terisak, walau suarany tidak keluar, dia menangis dalam hatinya menyebut dirinya sebagai anak pembawa sial. Tubuhnya semakin bergetar, mengenggam erat tangan sang kakak. Jungkook sangat rapuh, hatinya sangat hancur, rasanya sakit tepat di ulu hati. Kesedihan mendalam amat ia rasakan, rasanya sakit... sakit...

Greepppp....

"Jungkook, kumohon berhenti menangis..."

Kini tubuh Jungkook di peluk oleh seorang namja tampan dengan mata sipitnya, Suga. Namja yang baru sadar dari pingsannya, saat dirasakan tangannya di genggam erat sang adik dan juga air mata yang jatuh tepat ditangannya. Membuat Suga tak tahan melihat adiknya bersedih.

Suga semakin mengeratkan pelukannya, dia juga ikut menangis bibir pucatnya begetar. Wajah pucatnya juga bersedih, kakak mana yang tidak tega melihat adiknya seperti ini rapuh dalam kesedihan. Suga merasa kalau dia kakak yang paling brengsek, membuat adiknya menangis seperti ini.

Suga menenggelamkan wajah sang adik di dadanya, dapat ia rasakan air mata Jungkook yang membasahi bajunya. Dalam hatinya Suga menyelahkan dirinya karena tidak dapat menahan sakit itu, setidaknya dia bisa bersembunyi menahan sakit itu. ia tidak tega adiknya menangis karenanya.

Kini keduanya saling menangis entah berapa banyak air mata yang keluar dari pelupuk mereka. Sungguh hari ini sangat menyedihkan bagi Jungkook maupun Suga, dan yang hanya bisa mereka lakukan adalah berpelukan menyalurkan kekuatan masing-masing.

"Jungkook... maafkan kakak hikkssss.... hikkksss kakak membuatmu menangis..." batin Suga memeluk sang adik yang bergetar tubuhnya menhaan tangis.

"Kakak.... maafkan Jungkook... hikksss... Jungkook membuat kakak menderita hikkssss..... hikksss...."

Ya... itulah mereka dua kakak beradik yang sedang menangis, air mata yang jatuh merupakan saksi bisu cerita menyedihkan mereka. Jungkook dan Suga, dua saudara yang saling menyayangi dengan berbagai penderitaan yang dialami Jungkook. Dan diterima Suga pula, karena memang tugas Suga sebagai kakak yang baik, kakak yang melindungi dan kakak yang akan selalu berada di sisinya.

Karena bagi Suga Jungkook adalah adik kesayangannya sekaligus nyawanya. Begitu juga dengan Jungkook, kakaknya Suga adalah kakak kesayangannya sekaligus nyawanya. Sedih, senang, susah mereka rasakan bersama. seperti saat ini tangis dan sakit mereka rasakan bersama. rasa persaudaraan yang begitu kuat yang mungkin sangat sulit ditemukan saat ini. ya... mereka berdua merasakan sakit yang sama.

Hai semua author saat ini mau kasih sountracknya spring day, aku bikinnya waktu denger nih lagu, entah kenapa nih hati mewek dan baper semoga suka ya ^_^ selamat mendengarkan para reader's...


https://youtu.be/xEeFrLSkMm8

Hai semua author kembali dengan chap ini, berhubung author lagi mood bikin sad story jadinya nih chap muncul. Oh ya btw semoga nih chap feelnya dapat ya.. author udah usaha yang terbaik buat bikin cerita ini. dan author gak mau bikin kalian kecewa.

Btw adakah yang bosen ama author dan ffnya?????

Oh ya hampir lupa di bagian flashback waktu suga nyanyi itu lagu (Baekhyun - Beautiful (두근거려))

Maaf kalau typo, gaje atau apalah...

Jangan lupa vommentnya ya, makin banyak vommentnya makin cepat saya updetenya kalau dah penasaran jangan pelit vomment ya...

Moga-moga nih chap udah panjang ya...

Sekian dari saya, bye... sampai jumpa ^_^
#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro