Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sorry Jungkook (Chapter 7)


9 April 2017

(Author ***** POV)

"Jungkook?"

Seorang gadis cantik tersenyum ke arah namja tampan dengan rambut hitamnya, mereka tak sengaja bertemu saat Jungkook pulang dari sekolahnya.

Jungkook menoleh, matanya mebulat karena sedikit terkejut ada seorang gadis cantik yang memanggilnya, gadis cantik dengan rambut panjangnya juga poninya, ya... dia adalah Kim Sohyun.

Sohyun mengulas senyumnya, ia tak menyangka akan bertemu dengannya, sosok yang telah mengembalikan dompetnya. Sosok yang telah membuat ia tersenyum saat mengetahui namanya di sebuah note, Jeon Jungkook.

Jungkook mengulas senyumnya, dalam pikirannya ia berpikir siapakah gadis yang telah memanggil namanya itu. Jungkook pernah melihatnya, namun... ia lupa pernah melihatnya dimana.

"Ah... aku belum mengenalkan namaku, aku Kim Sohyun."

Sohyun mengulas senyumnya, mengajak namja dengan wajah manisnya berjabat tangan.

Jungkook mengulas senyum ramahnya, dan membalas jabat tangan gadis cantik di depannya.

Sohyun tersenyum canggung karena sedari tadi ia tidak mendengar suara namja tampan yang ia temui saat ini.

"Hei... kau ingat aku?" tanya Sohyun dengan senyumnya, membuat wajahnya semakin cantik.

Jungkook menggelengkan kepalanya, jujur ia benar-benar tidak ingat siapa gadis di depannya.

"Kau yang telah mengembalikan dompetku saat di supermarket." Lanjut Sohyun kemudian tak lupa dengan senyum ramahnya.

Jungkook mengedipkan kelopak matanya berkali-kali mencoba mengingat kejadian itu.

Tak lama....

Jungkook mengubah ekspresinya sedikit terkejut, hingga senyum manis terpatri di wajah manisnya kembali. Kemudia Jungkook mengangguk, menandakan dia ingat semuanya. Ingat kejadian saat mengembalikan dompet gadis cantik di depannya.

Sohyun mengulas senyumnya, walau masih terasa canggung. Dikarenakan namja tampan di depannya enggan mengeluarakan suaranya.

"Ternyata dia begitu pendiam, bahkan suaranya pun belum keluar... apa dia lelaki yang pemalu?"

Menghilangkan rasa canggungnya Sohyun kembali bertanya pada Jungkook kembali.

"Oh ya... Jungkook, dimana kau sekolah sekarang?"

Jungkook hanya diam, melihat sekekeliling. Jujur ia ingin menjawab tapi... ia sadar ia bisu. Tidak mungkin gadis ini akan mendengar suaranya. Ingin sekali ia menjawab dengan bahasa isyarat, tapi.... ia takut kalau gadis di depannya bingung, atau yang lebih buruk menjauhinya.

"Kenapa kau diam? Apakah kau sakit?" tanya Sohyun, nampak raut khawatir di wajah cantiknya.

Jungkook menggeleng, terlihat raut kebingungan di wajah tampannya. Kini tangannya bermain-main dengan kukunya, menggigit bawah bibirnya. Ia bingung harus bagaimana? Apakah ia harus menjawab dengan menggerakan tangannya? Tapi...

"Jungkook??" panggil Sohyun kembali.

Ia cukup bingung dengan sikap Jungkook, yang pendiam. Tapi bukan itu masalahnya, ia tidak masalah dengan sikap pendiamnya. Tapi, ia sedikit khawatir jika Jungkook benar-benar sakit.

Sementara Jungkook? Dia menundukan kepalanya, bermain-main dengan jari-jari tangannya.

............

Di tempat lain...

"Ayah..."

"Iya, ada apa Suga?"

"Aku ingin membawa Jungkook pergi.."

Kini Jung Myun mengatur posisi duduknya, melihat wajah anaknya yang kini menatap lembut ke ayahnya.

"Aku tidak tega melihat Jungkook menderita, aku ingin membawa ia pergi jauh di sini. Kalau perlu di luar negeri, aku akan mengurus Jungkook di sana ayah..." jelas Suga.

Jung Myun berdiri mendekati anak pertamanya, dan memegang pundak anak pertamanya. Ada rasa bangga di hati nya melihat kepedulian anak pertamanya terhadap anak bungsunya, Jeon Jungkook.

"Terserah kau saja Suga, ayah akan mendukung apapun keputusanmu."

Suga tersenyum, menengok ke arah ayahnya.

"Benarkah ayah? Ayah mengijinkannya?" tanya Suga kembali, dalam hatinya ia bersorak. Karena akhirnya ia memiliki kesempatan membawa sang adik pergi dari penderitaan ini.

Jung Myun mengulas senyumnya, menganggukan kepalanya. Menandakan setuju akan keputusan anaknya.

"Tapi, Suga bagaimana dengan kuliahmu? Sebentar lagi kurang satu semester kau akan di wisuda."

Suga mengulas senyumnya, bahkan kini ia menyentuh telapak tangan keriput ayahnya.

"Tidak apa-apa ayah, meski aku harus mengulangi pendidikan ku dari awal, atau menunda kuliahku. Tidak apa, asal Jungkook bahagia.. aku ingin melihat dia bahagia, tidak merasakan penderitaan karena perlakuan ibu dan Tae."

Jung Myun semakin bangga, bangga akan sikap bijaksana putra pertamanya. Bahkan ia berpikir kenapa anak keduanya, juga istrinya tidak bisa memiliki sifat murah hati dan selembut anak pertama dan anak ketiganya.

"Kalau begitu, ayah akan segera mengurus surat-surat kepindahan kalian, ayah akan mengirimkan kalian di belanda. Di sana ayah mempunyai apartemen. Kalian bisa menggunakan apartemen di sana."

"Terima kasih ayah." Ucap Suga kembali, ia sangat berterima kasih pada ayahnya.

"Setiap bulan ayah akan kirimkan uang untuk kalian."

"Tidak usah, ayah... Suga berencana akan bekerja di sana."

Jung Myun sedikit berpikir dengan keputusan anaknya untuk bekerja.

"Jangan dulu Suga, setidaknya kau harus mendapatkan ijazah mu terlebih dahulu. Kau tenang saja ayah akan selalu membantu kebutuhanmu."
"Tapi, ayah..."

"Sudah jangan membantah, ikuti kata ayah..paham."

Suga menganggukan kepalanya, jika ayahnya berkata seperti itu. Ia tak akan berani membantah apa yang di katakan ayahnya.

"Terima kasih ayah." Ucap Suga kembali.

"Ya... Nak, sama-sama. Justru ayah sangat berterima kasih padamu, karena kau begitu peduli terhadap adikmu. Berjanjilah pada ayah... agar kau selalu menjaga dan menyayangi adikmu. Dan selalu di sampingnya untuk mendukungnya."

"Baik ayah, pasti aku akan menjaga Jungkook."

Jung Myun semakin bangga, kini ia memeluk putra pertamanya. Mencurahkan kasih sayang seorang ayah terhadap anaknya.

...............

Jungkook masih setia menundukan kepalanya, raut khawatir tercetak jelas di wajah tampannya.

Sohyun masih setia menunggu jawaban langsung dari namja tampan tersebut.

"Jungkook, kalau kau sakit aku akan mengatarkanmu ke rumah sakit, bagaimana?"

Jungkook menggelengkan kepalanya, menolak tawaran Sohyun.

Jungkook menghembuskan nafasnya, ya... dia harus mengatakan sebenarnya kalau dia memang bisu. kalau di pikir-pikir gadis di depannya ini sangat baik, lalu tidak salah kan? Kalau Sohyun tahu tentang kekurangannya. Meskipun baru kedua kalinya mereka bertemu.

Saat Jungkook akan mengangkat tangan kanannya untuk membuat sebuah isyarat, tiba-tiba....

"Sohyun?? Aigoo cantik kau disini rupanya."

Jungkook sedikit terkejut lantaran, karena kedatangan namja tampan yang sangat ia kenal. Kini merangkul tubuh mungil Sohyun. Bukan hanya Jungkook terkejut, bahkan Sohyun ikut terkejut lantaran tiba-tiba ada seorang namja tampan berambut coklat merangkul pundaknya.

Sohyun mengangkat sebelah alisnya, menatap namja tampan yang kini tersenyum ke arahnya.

"Bukankah dia pria kemarin?"

Sohyun mengingatnya, pria yang telah menolongnya saat dia hampir tertabrak. Kim Taehyung.

Tae Hyung mengulas senyum termanisnya, senyum yang paling manis ke arah gadis cantik yang telah membuat hatinya meleleh bahkan begetar saat pertama kali melihatnya.

Jungkook menundukan kepalanya, melihat kedatangan kakaknya membuat ia sedikit takut. Dengan segera Jungkook melangkahkan kakinya, hendak meninggalkan kakaknya dan gadis yang baru ia kenal.

Baru saja ia melangkahkan kakinya, tiba-tiba saja suara yang amat ia kenal terdengar di telinganya.

"Hei bisu disini kau rupanya!"

Sohyun membulatkan matanya, menengok ke arah Tae Hyung yang tersenyum ke arah Jungkook, bukan hanya itu saja. Kedua telinganya tadi mendengar kata 'bisu'.

Jungkook menghentikan langkahnya memunggungi kakaknya dan Sohyun dia akhirnya menundukan kepalanya.

Tae Hyung tersenyum tanpa melepaskan rangkulan di pundak gadis cantik di sampingnya, terlihat senyum sinis dan meremehkan di bibirnya, senyum yang ia tujukan kepada adik yang amat ia benci, jeon Jungkook.

"Kenapa kau tidak langsung pulang? Apakah kau tersesat hah? Oh... aku lupa bagaiamana kau bertanya, bicara saja kau tak mampu."

Sohyun mulai tidak suka dengan apa yang dikatakan Tae Hyung, nampak wajah tidak suka di wajah gadis cantik itu.

Jungkook hanya bisa diam, menahan tubuhnya agar tidak bergetar. Ia sudah tahu kalau akan seperti ini jadinya.

"Cantik, apa kau sudah tahu siapa namanya? Hem..." tanya Tae Hyung ke arah Sohyun tak lupa senyum manis ia tunjukan ke arah gadis cantik di depannya.

"Ah... kau pasti belum tahu siapa namanya, bisu kenapa kau tidak memberi tahu namamu? Keluarkan suaramu, agar ia tahu siapa namamu. Cepatlah! Aku ingin mendengarnya."

Tae Hyung mengulas senyum sinisnya, ia sengaja menyakiti hati adiknya yang rapuh melalui kata-kata menyakitkannya.

Jungkook semakin menundukan kepalanya, tidak ada kesempatan baginya memiliki teman saat ini. Apalagi kakaknya telah menyakiti hatinya dengan sengaja melalui kata-katanya.

"Cantik, bagaimana kalau kita pergi minum atau makan, dari pada kita mengobrol dengannya. Karena kujamin meski kau terus bertanya padanya selama satu jam, sampai setahun kemudian dia pasti tidak akan menjawab. Dari pada kau nanti kau lumutan di sini, karena menunggu dia menjawab obrolanmu, lebih baik kita pergi ke cafe, bagaimana?"

Tanya Tae Hyung, tak lupa menunjukan senyum nya ke arah Sohyun. Entah kenapa Sohyun mulai risih dengan sikap Tae Hyung, bahkan ia berusaha melepaskan tangan Tae yang merangkul pundaknya.

Jungkook mulai melangkahkan kakinya, ia tidak ingin menangis saat ini. Apalagi mendengar kata-kata menyakitkan dari kakaknya. Lebih baik ia pergi...

Makin lama Jungkook mulai menjauh menghilang di balik orang-orang yang berlalu lalang di jalanan, sementara Tae Hyung mengulas senyum kemenangan. Batapa senangnya ia melihat adik yang amat ia benci merasa malu di depan gadis cantik yang ia rangkul.

Namun tak lama...

Tae Hyung merasa tangannya terlempar kasar, ternyata gadis cantik yang sempat ia rangkul melepaskan rangkulan tangannya dengan kasar.

"Kau kenapa cantik?" tanya Tae Hyung dengan raut kebingungan.

"Dengarkan aku Kim... jaga sikapmu. Kau benar-benar keterlaluan." Ucap Sohyun dingin, bahkan kini ia menatap tidak suka ke arah namja tampan bernama 'Kim Taehyung' itu.

"Memangnya aku salah? Aku hanya ingin memperkenalkan kalian, itu saja."

Sohyun mulai jengah, dalam pertama kali di hidupnya ia bertemu dengan namja yang menyebalkan dan berkata pedas seperti Taehyung.

"Apa kau tidak pernah berpikir, bagaimana perasaannya mendengar kata-katamu?" ucap Sohyun.

Tae Hyung malah mengulas senyumnya,

"Kau tahu kau semakin cantik jika sedang kesal." Gombal Tae Hyung.

Sohyun memutar bola matanya jengah, entah kenapa dia bisa bertemu dengan namja yang menyebalkan seperti Tae Hyung. Karena merasa kesal, akhirnya Sohyun meninggalkan Taehyung. Tidak mempedulikan gombalan murahan seorang 'Kim Taehyung'.

Tak lama Tae Hyung mengulas senyumnya, matanya tak pernah bosan memandang wajah cantik seorang gadis cantik yang telah memikat hatinya, 'Kim Sohyun'.

"Tak lama lagi kau akan jatuh cinta pada pesona seorang Kim Taehyun." Dengan percaya dirinya Taehyung mengatakan hal itu dalam hatinya.

.............

Jungkook kini melangkahkan kakinya, walau jarak rumahnya masih jauh. Namun, kakinya tidak merasa pegal sedikitpun. Karena sekarang di dalam otaknya terngiang-ngiang kata-kata yang begitu menusuk dari kakaknya.

"Hei bisu disini kau rupanya!"

.>.

"Cantik, apa kau sudah tahu siapa namanya? Hem..."

.>.

"Ah... kau pasti belum tahu siapa namanya, bisu kenapa kau tidak memberi tahu namamu? Keluarkan suaramu, agar ia tahu siapa namamu. Cepatlah! Aku ingin mendengarnya."

.>.

"Cantik, bagaimana kalau kita pergi minum atau makan, dari pada kita mengobrol dengannya. Karena kujamin meski kau terus bertanya padanya selama satu jam, sampai setahun kemudian dia pasti tidak akan menjawab. Dari pada kau nanti kau lumutan di sini, karena menunggu dia menjawab obrolanmu, lebih baik kita pergi ke cafe, bagaimana?"

.>.

Jungkook ingat betul bagaimana setiap kata-kata kakaknya yang kian menusuk, kata-kata yang baru ia dengar tak kurang dari lima menit.

Berkali-kali Jungkook menepuk dadanya yang sakit, berusaha menghilangkan ingatannya tadi. Ingatan mengenai bagaimana kakaknya memakinya meskipun tidak secara langsung. Sebenarnya ia tidak malu jika orang-orang tahu akan kekurannya, tapi... setidaknya kakaknya harus menjaga perasaannya.

Tapi, ini? Tae Hyung malah sengaja membuat ia malu di depan gadis yang baru saja ia kenal dan pernah ia tolong, Kim Sohyun. Jujur dalam hati kecil Jungkook, dia sungguh senang karena ada orang begitu ramah dan ingin berkenalan dengannya. Karena selama ini hanya teman satu sekolah dan ayah, Suga kakak pertamanya yang begitu dekat dengannya.

Kini Jungkook berada di penyebrangan jalan, menunggu lampu yang hijau menjadi merah. Tak berselang lama, kini lampu lalu lintas yang tadinya hijau kini berubah warna menjadi merah. Hingga akhirnya namja berwajah manis ini berjalan menyebrangi jalan, namun... ia menghentikan langkahnya dan berjongkok saat mengetahui tali sepatunya terlepas. Dengan, segera Jungkook mengikat tali sepatunya. Hingga...

Tanpa di sadari lampu berubah warna hijau, dan orang-orang sudah berada di seberang jalan. Sementara Jungkook masih sibuk mengikat tali sepatunya, tak menyadari sebuah bus yang kini melaju cukup kencang ke arahnya.

Karena posisinya yang berjongkok, sang supir bus tidak mengetahu keberadaan Jungkook.

Tak jauh disana, ada seorang gadis cantik dengan rambut panjang yang ikat. Terlihat sebungkus kacang di tangannya, Lee Jieun seorang suster cantik yang bekerja di sebuah rumah sakit terkenal di Korea. Ya... dia ingin menemui Sohyun sahabatnya.

Langkahnya terhenti ketika melihat seorang namja berambut hitam yang sibuk mengikat tali sepatunya di tengah jalan. Sementara lapu sudah berubah warna menjadi hijau, dan lebih parahnya lagi ada sebuah bus yang kini melaju cukup kencang mendekati namja tersebut.

Menyadari hal itu Jieun segera membuang bungkus kacangnya asal, dan segera berlari menghampiri namja itu untuk menolongnya.

Bus besar itu iterus mendekat, dan mendekat. Jieun semakin mempercepat langkahnya, gadis cantik itu berharap semoga ia tidak terlambat.

"Awaaassssss....."

Jungkook membeku saat menyadari sebuah bus mendekati dirinya, badannya tiba-tiba kaku. Tidak dapat berdiri, hingga....

BRUKKKKKK.....

"Kyaaaaa....."

Seluruh orang menjerit, bahkan terkejut melihat kejadian tepat di depan mereka.

"Akh...." Jieun meringis kesakitan lantaran lengan kanannya lecet membentur pinggir aspal.

Sementara Jungkook ia masih dalam keadaan terkejut, bahkan kini ia merasa khawatir terhadap gadis yang telah menyelamatkannya tadi.

"Kau tak apa?" tanya Jieun, bahkan ia tak mempedulikan rasa sakit di lengannya. Untung saja ia tak terlambat.

Jungkook mengangguk, kedua bola matanya kini menatap luka yang ada di lengan gadis cantik itu. menyadari hal itu Jieun tersenyum.

"Tak apa, luka ini tak sakit."

Jungkook menatap Jieun seakan ia bertanya,

"Apa kau yakin."

Jieun mengangguk dan mengulas senyumnya, ia tahu pria manis di depannya mungkin merasa bersalah.

Dengan segera Jungkook mengambil plester di sakunya, dengan segera ia meraih lengan gadis cantik itu. Jieun hanya terdiam dan melihat apa yang di kalakukan oleh namja tampan di depannya.

"Terima kasih." Ucap Jieun dengan senyumnya, ketika Jungkook telah menempelkan plester di lukanya.

Kemudian Jungkook berdiri, tak lupa ia membantu gadis cantiik itu berdiri.

"Oh ya perkenalkan, namaku Lee Jieun."

Jungkook mengulas senyumnya,

"Ah... maaf aku lupa, kau tidak bisa bicara. Apa kau ingat aku?" tanya Jieun kemudian.

Jungkook menggelengkan kepalanya ia tak begitu ingat siapa gadis cantik di depannya,

"Aku suster di rumah sakit Hanshin, waktu itu aku merawatmu. Saat kau di rawat inap." Ucap Jieun.

Jungkook menerka mencoba mengingat, hingga akhirnya. Ia ingat wajah gadis cantik di depannya.

Jungkook tersenyum, tak lupa menganggukan kepalanya penuh semangat.

"Oh ya Jungkook, lain kali hati-hati ya... jangan seperti tadi mengerti?" ucap Jieun lembut. Memberi nasihat kepada namja tampan berwajah manis itu.

Jungkook tersenyum, dan mengangguk pertanda 'terima kasih' kepada gadis cantik di depannya. Jieun tersenyum dan menganggukan kepalanya.

"Kalau begitu, aku pergi dulu ya.. daaa..." ucap Jieun melambaikan tangannya tak lupa senyum ramahnya.

Jungkook mengulas senyumnya dan membalas lambaian tangan Jieun. Entah kenapa Jungkook merasakan debaran aneh di hatinya. Apalagi saat Jieun mendorongnya hingga jarak mereka begitu dekat. Seumur-umur baru pertama kali ini Jungkook merasa gugup dekat dengan seorang gadis.

........................

"Suamiku, aku ingin meminta uang." Ucap Soo Rin kepada suaminya, saat mereka sedang bersantai.

Jung Myun yang awalnya fokus membaca koran, kini mengalihkan pandangannya ke arah sang istri.

"Untuk apa istriku? Apa uang bulanan belanja habis?"

"Tidak.." ucap Soo Rin setelah meneguk tehnya.

"Lalu?"

"Aku ingin membelikan ponsel untuk Tae."

Jung Myun melepaskan kaca matanya, menatap wajah sang istri.

"Apa ponselnya, rusak? Bukankah dia beli yang baru tiga bulan yang lalu?"

Soo Rin, kini mengambil majalahnya dan membuka beberapa lembar. Lalu menatap ke arah sang suami.

"Aku ingin memberikan ponsel itu sebagai hadiah untuk Tae, karena dia memenangkan olimpiade."

"Iya... tapi apa itu tidak berlebihan?"

Soo Rin kini menutup majalahnya kembali.

"Aku hanya ingin Tae senang, sayang."

Jung Myun menghembuskan nafasnya pelan. Sebenarnya boleh saja istrinya membelikan sesuatu pada anaknya, tapi... dia berharap agar istrinya tidak terlalu memanjakan Tae Hyung.

"Bagaiamana? Apa kau mengijinkannya?"

Jung Myun menghela nafasnya.

"Bukannya tidak boleh, tapi kita harus berhemat. Lagi pula kau bisa menyenangkan hati Tae Hyun dengan cara lain, membuatkan ia makanan kesukaannya, membelikan ia baju, atau yang lainnya. Lagi pula ponselnya masih bagus, dan itu merek terbaru. Pasti sayang jika harus ganti lagi."

Ekspresi Soo Rin mulai datar, dan kini ia menatap sang suami.

"Kenapa kau begitu memanjakan Tae? Hanya karena dia juara satu mengikuti olimpiade. Tapi saat Jungkook menjadi juara umum di sekolahnya, kau sama sekali tak mengucapkan selamat atau pun memberikan hadiah padanya."

Mendengar penuturan sang suami mengenai putra ketiganya membuat Soo Rin mulai emosi.

"Memangnya kenapa kalau aku tidak mengucapkannya, toh... dia hanya juara satu di sekolahnya. Itu pun sekolah nya khusus untuk orang kekurangan. Bagiku dia belum bisa mengalahkan kepandaian Tae Hyung."

Jung Myun bingung bagaimana menanggapi sang istri, jika begini. Ia sudah hafal betul watak sang istri.

Hingga akhirnya, Jung Myun memutuskan meninggalkan Soo Rin yang menyibukan dirinya membaca majalah, setidaknya dia bisa pergi agar tidak terjadi masalah dengan sang istri.

.............

Pukul 02.00 Siang....

CEKLEK....

Suara kenop pintu terbuka, memperlihatkan seorang namja tampan dengan wajah manisnya. Yang kelelahan setelah perjalanan panjangnya pulang ke rumah. Dengan segera Jungkook menaruh tasnya di kursi dan melepaskan sepatu serta kaus kakinya. Dan menaruh nya di rak.

Lalu ia pun merenggangkan tangannya dan kakinya yang terasa pegal. Bahkan keringat keluar dari tubuhnya, tak lama ia menghidupkan kipas angin guna menyejukan badannya yang terasa gerah.

Ketika Jungkook hendak menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

TOKK.... TOKKK... TOKKK....

"Jungkook?? Apa kau sudah pulang?"

Kini Jungkook mendengar suara namja yang begitu ia kenal, kakak yang begitu ia sayangi dan banggakan, Yoongi Suga.

Dengan segera Jungkook menuju pintu kamarnya dan memnutar kenop pintunya.

"Jungkook? Kakak punya kabar bagus untukmu." Ucap Suga dengan senyumnya.

"Kabar apa kak?" tanya Jungkook dengan menggerakan jari tangannya.

"Kakak akan membawamu pindah ke luar negeri..." ucap Suga dengan senyumnya.

Jungkook membulatkan matanya, lantaran sang kakak begitu mendadak mengatakan mengenai berita yang baru saja ia dengar. Tak lama Jungkook menunduk. Menyadari perubahan sikap sang adik Suga mengangkat sebelah alisnya.

"Jungkook? Kau kenapa?"

Jungkook mendongakan kepalanya, menatap sang kakak. Tatapan yang begitu sulit di pahami.

...........

Pukul 06.00 malam

Kini di ruang makan telah berkumpul seluruh keluarga yang kini menikmati makan malam mereka. Namun, ada suasan yang berbeda dari biasanya.

Kenapa bisa di katakan berbeda?

Biasanya Jungkook akan duduk di samping kakaknya, bahkan sesekali ia akan bercanda dengan sang kakak ketika makan malam. Namun, kali ini....

Suga malah tidak duduk di samping Jungkook melainkan duduk di samping Tae Hyung, bahkan semenjak tadi Suga mendiami Jungkook. Jungkook hanya bisa memutar sendoknya, dan sesekali memasukan makanan ke mulutnya. Meski ia tidak nafsu makan. Sesekali namja manis berwajah tampan ini melirik ke arah sang kakak, tapi... tetap saja Suga cuek terhadap Jungkook.

Menyadari hal itu, membuat seulas senyum muncul di mulut Tae Hyung.

"Wow... mimpi apa aku? Apakah aku memenangkan lotre? Baru pertama kali ini kak Suga cuek dengan si bisu? apakah mereka sedang bertengkar? Kalau begitu baguslah... aku senang jika si bisu sendiri. Ini merupakan momen yang paling bahagia Kim Tae Hyung."

Batin Tae Hyung dalam hatinya sambil meneguk air di gelasnya.

Jungkook hanya menundukan kepalanya, ia tahu kalau saat ini kakaknya Suga sedang marah. Karena ia menolak untuk pindah ke luar negeri. Padahal ia tahu, apa yang dilakukan kakaknya untuk kebaikannya, tapi....

Tak lama Suga berdiri, ketika makanan di piringnya habis. Dan segera berjalan melewati Jungkook begitu saja, ya... sangat berbeda. Biasanya Suga akan selalu mengusap rambut hitam Jungkook selesai makan. Tapi... ini berbeda, dan sedikit menyakiti hati Jungkook.

Tak jauh di sana, Tae Hyung tersenyum. Lebih tepatnya senyum sinis ke arah adiknya.

"Rasakan itu bisu!!! kau tahu bagaimana aku bahagianya melihatmu... menderita..!!"

Jungkook hanya diam, bahkan ia mengambil piringnya yang setengah kosong dan mengambil beberapa piring kotor yang lainnya. Sudah kebiasaan baginya mencuci setelah makan malam.

Hingga akhirnya ia sampai di wastafel, dan melakukan aktifitas mencucinya. Dengan telaten dan hati-hati Jungkook mencucui piring yang tadinya kotor menjadi bersih, bahkan terdengar suara air keran yang menaglir.

Tes.... tess.... tess....

Tak diundang air matakembali keluar, keluar dari kelopak matanya. sepertinya Jungkook sudah menjadi langganan air mata. Sesekali ia menyeka air matanya di sela-sela mencuci. Sebenarnya ia menangis bukan perlakuan kasar kakak kedua dan ibunya. Tapi karena sikap diam nya kakak pertama, Yoongi Suga.

Diamnya kakak membuat Jungkook merasa bersalah, membuat ia ingin menangis, membuat ia menyesal. Jungkook takut jika kakaknya diam, Jungkook takut jika kakaknya marah, Jungkook takut jika terjadi sesuatu yang buruk terhadap kakak pertamanya. Karena selama ini hanya Suga yang selalu mendukungnya, selalu di belakangnya. Membantu ia bangun ketika jatuh, membantu ia memperbaiki kesalahan jika ia salah. Bagi Jungkook Suga adalah segalanya. Kakak yang sangat ia sayangi.

Ya... Jungkook menangis, dalam diam. Menangis karena sikap diam kakaknya.

"Maafkan Jungkook kakak, maaf... maafakan Jungkook." Ucap Jungkook dalam hatinya.

............

(Suga **** POV)

Kini aku menutup buku ku, entah kenapa aku tidak memiliki minat untuk menyelesaikan tugas sekolah ini. Aku menaruh pulpen ku dan bersenderan di kursi belajarku. Menatap ke langit kamarku.

"Maaf Jungkook, kakak tidak bermaksud cuek dan marah padamu... hanya saja kakak sedikit kecewa dengan keputusanmu..." ucap ku lirih menatap ke atas langit kamarku.

Sejujurnya aku tidak tega mendiami adik kesayanganku lama-lama, tapi...

Aku menghela nafasku, dan membuka kembali buku catatanku. Hendak menyelesaikan tugasku yang sempat tertunda.

Tes... tes... tes...

"Ah... tidak lagi!"

Dengan segera aku beranjak dari kursiku, menutup kedua lubang hidungku dengan tangan kiriku. Membuka laciku dan mengambil beberapa tisu, lalu aku mendongakan kepalaku. Dan menyumpalkan kedua lubang hidungku dengan tisu.

Aku pun memijit-mijit tengkuk ku perlahan berharap darah ini berhenti keluar.

Aku mengambil beberapa tisu yang baru dan menyumpalkannya kembali. Sudah beberapa hari ini aku sering mimisan, tapi... tidak ada yang tahu..

Ya... aku tidak mau membuat semua orang khawatir termasuk, adik kesayanganku Jungkook. Aku tidak mau membuat ia sedih jika, ia tahu kalau aku sering mimisan.

Sesekali aku memijat pelan tengkuk ku. Berharap mimisan ini segera berhenti.

.....

TBC....

Hai semua author kembali dengan chap ini semoga kalian suka ya...

terima kasih atas dukungan kalian selama ini, tanpa dukungan kalian ff ini gak akan berlanjut sampai sekarang...

maafkan author kalau chap ini banyak typo, gaje, tambah aneh...

jangan lupa vommentnya...

salam cinta untuk kalian ^_^

bye.... sampai jumpa...

Gomawo...

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro