Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sorry Hyung (Chapter 4)


(Author **** POV)

8 April 2017

"Jungkook... makanlah, kau belum makan dik.." Suga menyodorkan sesendok bubur ke arah namja tampan dengan wajah manisnya. Yang kini terduduk lemah di atas ranjang rumah sakit dengan tatapan kosongnya.

Suga, merasa senang karena adiknya dapat selamat setelah tiga hari ia melewati masa kritis. Namun, di sisi lain ia merasa sedih dengan keaadaan adiknya saat ini yang tengah menatap kosong.

"Jungkook???" panggil Suga kembali.

Jungkook diam, dengan tatapan kosongnya. Enggan menggerakan tangannya membuat sebuah isyarat untuk membalas panggilan kakak pertamanya.

Suga menghembuskan nafasnya pelan, menaruh mangkuk bubur yang ia buat di atas meja.

"Jungkook, ada apa denganmu?" tanya Suga lirih, namun tetap saja Jungkook setia dengan posisinya menatap kedepan dengan tatapan kosong.

......

(Tae Hyung *** POV)

"Hei Tae, aigoo kau semakin keren saja setelah kecelakaan."

"Yakkk apa kau menghinaku??" ucap Tae kesal ke arah temannya Park Jimin.

"Hahahaha woles ajjah bro.." tawa Jimin, yang berhasil menggoda sahabatnya itu.

"Hei, itu mobilmu?"

"Ehem... keren bukan?" ucap Tae dengan sombongnya.

Jimin mendekati mobil berwarna merah itu, mobil dengan desain keren dan elegan, mobil yang terlihat mahal, mobil mengkilap berwarna merah.

"Daebakkk... apakah ini hadiah ulang tahunmu?" tanya Jimin kagum.

"Tentu.." Tae Hyung menunjukan senyumnya.

"Ayolahhh... kita jalan-jalan dengan mobilmu, bagaimana?" saran Jimin, mengedipkan sebelah matanya membujuk sahabatnya.

"Boleh... ayo naiklah."

Dengan santainya Tae Hyung mengajak Jimin menaiki mobil mahal merahnya. Senyum cerah terlihat di wajah Jimin ketika sahabatnya mengajak ia pergi dengan mobil barunya.

"Kita pasti bersenang-senang, yihiiiii....." teriak Jimin.

"yaaaa..... kau benar teman..." Tae Hyung berteriak heboh memakai kaca mata hitamnya, menyalakan mobilnya dan melajukan mobilnya ke jalanan dengan kecepatan tinggi. Ya... sepertinya seorang Kim Tae Hyung tidak kapok dengan kejadiannya kemarin, kejadian ketika kakinya patah.

............

"DOKTER.... DOKTER???"

Terlihat beberapa suster berteriak histeris bahkan dengan susah payah ketika kedua suster itu memegang tangan seorang pasien yang sedang bergerak memberontak. Terlihat di tangan kanannya memegang sebuah pisau tajam, pisau yang digunakan untuk mengupas buah.

"DOKTER???? DOKTER???" teriak seorang suster cantik, siapa lagi kalau bukan Jieun. Begitu juga dengan teman kerjanya Hana yang kini memegang tangan pasien tampan tersebut, menghalanginya berbuat nekad dengan benda tajam yang ia pegang.

"TOLONGGG.... DOKTER???"

BRAKKKK....

Terdengar suara dobrakan pintu yang menggema dari kamar pasien, Jeon Jungkook. Dengan segera pria paruh baya dengan jas putihnya menghampiri Jungkook yang kini memberontak meski suaranya tidak keluar karena ia bisu. Tapi, air mata dan ekspresi wajah frustasinya terlihat sangat jelas.

"Suster cepat pegangi dia!!!" ucap dokter Jang pada Jieun.

Jieun mengangguk, dengan segera ia memegang tangan Jungkook, tak lupa dengan bantuan Hana tentunya.

Jungkook memberontak dengan air mata yang terus keluar, berusaha mendekatkan pisau yang ia pegang ke pergelangan tangan kirinya.

Dengan susah payah dokter Jang menyuntik Jungkook dengan obat bius.

Namun...

GUBRAKKKK....

Tanpa sengaja Jungkook menendang dokter Jang membuat dokter paruh baya itu jatuh terjungkal membuat alat suntik yang ia pegang jatuh entah kemana.

"DOKTEEEERRRRR????!" teriak para suster panik saat melihat dokter Jang terjatuh.

Dengan susah payah kedua suster cantik itu memegang kedua tangan Jungkook, menahan namja tampan itu.

"JUNGKOOK???!!!!"

Terdengar teriakan melengking dari seorang namja tampan dengan mata sipitnya. Yoongi Suga membulatkan matanya saat melihat dokter Jang yang dengan posisi duduk di lantai menahan sakit, dan melihat kedua suster yang tengah kewalahan menghalangi Jungkook dari percobaan bunuh dirinya.

Sementara Jung Myun terkejut ketika melihat apa yang ada di depannya.

"JUNGKOOKK!!!!"

Dengan segera Suga menghampiri adiknya membantu kedua suster itu.

Jungkook semakin memberontak bahkan kedua tangannya bergerak tak beraturan, kedua kakinya menendang-nendang. Melihat hal itu Jung Myun menghampiri putra ketiganya, memgangi kaki Jungkook, agar tidak ada orang yang terluka karena tendangan Jungkook.

"JUNGKOOK??? APA YANG KAU LAKUKAN, HAH???"

Tanya Suga kebingungan, tak lupa kini ia memegangi tangan kanan Jungkook yang memegang pisau. Berusaha melepaskan pisau tajam yang di pegang oleh adik kesayangannya.

"Jangan halangi aku... lepas???!!" batin Jungkook dalam hatinya, berusaha memberontak dari kedua suster dan kakaknya.

"JUNGKOOK SADARLAH, JANGAN LAKUKAN ITU, JUNGKOOK!!!" Suga berteriak, dengan raut kemarahan. Menahan tubuh Jungkook yang memberontak. Sementara kedua suster yang tadinya sempat menahan Jungkook menjauh membiarkan Suga dan ayahnya menangani sang pasien.

Jieun membantu dokter berdiri.

"Dok anda tak apa?" tanya Jieun membantu dokter tersebut berdiri.

"ne... aku baik saja." Ucap dokter tak lupa menganggukan kepalanya.

"JUNGKOOK, HENTIKAN JANGAN LAKUKAN HAL GILA INI!!!" ucap Suga.

"Jangan halangi aku kakak, biarkan aku mati!! Biarkan aku..."

Ingin sekali Jungkook berkata seperti itu, namun apa daya dia tak mampu berbicara.

Sementara Jung Myung berusaha membantu putra pertamanya menahan tubuh Jungkook yang memberontak. Air mata terus mengenang di kelopak mata Jungkook, tubuhnya terus memberontak tangan kanannya berusaha menyayatkan pisau di tangan kirinya.

Hingga....

PLAAAAAKKKKKKK.....

Semua tercengang, bahkan membulatkan kedua mata mereka saat melihat namja tampan dengan mata sipitnya menampar pipi mulus adiknya, Jeon Jungkook.

Jung Myun hanya bisa diam tercengang di samping ke dua putranya. Jungkook yang awalnya memberontak kini hanya bisa mematung merasakan sakit pada pipinya, menyentuh pipinya yang memerah. Sementara Suga dia menitikan air matanya, setelah dia terpaksa menampar adik kesayangannya untuk pertama kali.

"Hiksss.... hikssss..."

Isak tangis keluar dari mulut Jungkook, sementara kedua suster tersebut hanya bisa menutup mulut mereka dengan tangan mereka. Melihat kejadian di depannya.

GREEEPPPPP....

"Jungkook, hikssss.... hiksssss maafkan kakak... hikssss..."

Air mata Suga keluar, memeluk sang adik dan mendekapnya erat. Ya... dia menyesal telah menampar sang adik, adik yang paling ia sayangi, Jeon Jungkook.

"Hiksssss.... hiksssss.... hiksssss...." isak Jungkook dalam dekapan sang kakak, namun tangan kirinya masih memegang pipinya yang terkena tamparan Suga. Dengan segera Jung Myun meraih pisau tersebut dari tangan Jungkook agar tidaka ada orang yang terluka.

"Jungkook... jangan lakukan itu, kumohon...hiksss." ucap Suga dengan isaknya. Mengeratkan pelukannya pada sang adik, berusaha menenangkan sang adik.

Tak terasa Jieun suster cantik tersebut menitikan air matanya, begitu juga dengan Hana. Ya... kedua suster cantik itu merasakan hawa persaudaraan yang begitu kuat dari kakak adik tersebut.

"Hikssss....hikssss....hiksssss..." Jungkook terisak memeluk pinggang kakaknya menenggelamkan wajahnya pada sang kakak.

Entah kenapa semua orang di dalam sana menitikan air mata mereka, begitu kuat perasaan sang kakak terhadap adiknya membuat suasana semakin haru.

"Aku menyayangimu dik... jangan lakukan itu... apa kau mau membuat kakak gila, hem?" ucap Suga pelan, namun masih setia dengan posisi memeluk Jungkook.

Jujur Jungkook menangis, entah kenapa terbesit rasa bersalah terhadap sang kakak.

"Kumohon Jungkook, jangan lakukan itu.. ada yang masih menyayangimu, kakak dan ayah akan selalu bersamamu." Ucap Suga kemudian mengusap air matanya.

"ma..maaf kakak... maafkan Jungkook." Ucap Jungkook dalam hati. Ingin sekali ia brekata seperti, ingin sekali...

......................

"Ibu, aku pulang!!"

Terlihat seorang namja tampan dengan surai coklatnya membuka pintu kediamannya memanggil ibunya.

"Oh... Tae kau sudah pulang rupanya.."

Terlihat seorang wanita berusia 31-an namun wajahnya masih terlihat muda seperti berumur 20 tahun memeluk anak yang selalu ia sayangi, dan ia banggakan Kim Tae Hyung.

"Ibu... Tae bawakan sesuatu untuk, Ibu." Ucap Tae Hyung dengan senyum manisnya menyembunyikan sesuatu di balik punggungnya.

"Apa itu nak?" tanya Soo Rin dengan penasaran tak lupa dengan senyumnya.

"tadaaa.... selamat ulang tahun Ibu..." ucap Tae Hyung dengan senyumnya, tak lupa memamerkan sebuah tas bermerek yang baru saja ia beli, dari hasil tabungannya. Ya... tidak sepenuhnya sih, lebih tepatnya uang saku yang diberikan ayahnya.

"Omo... cantik sekali nak.." terlihat air mata Soo Rin keluar dari pelupuknya merasa terharu dengan pemberian putra kedua kebanggaannya. Dengan segera Soo Rin memeluk putra tampannya mencium puncak kepala putranya. Bagi Soo Rin Tae Hyung adalah putra terbaik baginya, putra yang sangat ia banggakan dan yang paling ia sayangi.

"Terima kasih sayang, kau putra ibu yang terbaik."

Tae Hyun tersenyum memeluk ibunya, ya dia senang karena ibunya selalu membelanya dan selalu berada di sampingnya.

"Bisu, kau tak akan pernah mendapatkan cinta ibu. Hanya aku yang boleh. Hanya aku!!"

Dalam pelukan sang ibu diam-diam Tae Hyung tersenyum, senyum penuh kemenangan.

..............

Taman rumah sakit...

"Jungkook, buka mulutmu."

Dengan segera Jungkook membuka mulutnya mengunya sesendok bubur nasi yang baru saja ia dapatkan saat kakaknya suga dengan penuh sayang menyuapinya.

Suga tersenyum saat melihat adiknya yang manis mau memakan bubur buatannya.

"Bagaimana enak?" tanya Suga penuh antusias.

Jungkook mengangguk tak lupa dengan senyumnya. Ya... kini kedua kakak adik tersebut berada di taman menikmati cuaca siang. Sekaligus menghilangkan kepenatan.

"Ayo, buka mulutmu... aaaaaa..." ucap Suga dengan senyum manisnya, menyuapi adik kesayangannya.

Dengan antusias Jungkook menerima suapan sang kakak, dan mengulas senyumnya. Tak terasa semangkuk bubur itu telah habis tak bersisa. Suga menaruh mangkuk yang kosong itu di samping bangku taman.

"Kakak.."

Akhirnya Jungkook menggerakan tangannya memulai suatu perbincangan dengan kakaknya.

"iya.." balas Suga menatap wajah sang adik.

"Maafkan Jungkook." Jungkook menggerakan tangannya terlihat raut penyesalan di wajahnya.

Suga tersenyum, ya... dia tahu apa yang di rasakan sang adik.

"kakak memaafkanmu."

Jungkook tersenyum namun setelah itu menundukan kepalanya. Tak lama air mata yang sempat kering jatuh kembali, Suga yang melihat hal itu langsung mengusap air mata sang adik dan mendorong Jungkoom dalam pelukannya.

"shhhttttt.... jangan menangis lagi, apa kau tak lelah menangis, hem?" canda Suga bermaksud menghibur sang adik.

Jungkook hanya diam enggan menggerakan tangannya membalas ucapan sang kakak, membiarkan tubuhnya yang terbalut baju rumah sakit merasakan kehangatan dan kasih sayang kakaknya, Yoongi Suga.

"Berjanjilah, jangan melakukan hal bodoh itu. Kakak bisa gila... apa kau mau kakak gila, hem?"

Jungkook menggeleng pelan, entah kenapa dia merasa bersalah pada sang kakak, menyesal melakukan hal bodoh itu.

Jungkook sadar, ternyata masih ada orang yang begitu menyayanginya, mencintainya menganggapnya ada. Siapa lagi kalau bukan kakaknya dan ayahnya. Dua orang yang sangat berarti di hidup Jungkook, dua orang yang mau dengan senang hati membagi kasih sayangnya tanpa melihat kekurangannya.

Tak jauh disana, terlihat seorang gadis cantik dengan seragam perawatnya menatap dua namja yang kini saling berpelukan, dua orang yang saling menyayangi satu sama lain sebagai saudara.

"Jieun? Kenapa kau menangis?"

Tiba-tiba seorang gadis cantik berambut panjang dengan poninya datang menghampiri Jieun yang tengah terdiam menatap ke arah taman, tak lupa dengan setetes air mata yang mengalir.

"ah... Sohyun tidak, aku tidak menangis. Tadi ada debu yang masuk." Ucap Jieun, dengan buru- buru ia mengusap air matanya.

Sohyun hanya diam, tak lama ia mengedarkan pandangannya. Kedua bola matanya mengikuti kemana arah Jieun melihat. Ya... gadis cantik bermarga Kim itu tengah melihat dua orang kakak beradik yang saling berpelukan, pelukan saling menguatkan.

"persaudaraan mereka begitu kuat, entah kenapa aku ingin menangis ketika melihat mereka." Batin Jieun dengan senyumnya, menahan air matanya. Tatapannya tak lepas dari kakak beradik itu.

............

TBC....

Hai semua author kembali dengan chap ini semoga suka ya.. oh ya btw author lagi semangat bikin sad chap jadi ngebut deh hehehe...

Author sangat berterima kasih pada reader's tercinta karena dengan senang hati masih mau membaca dan setia dengan ff author yang masih banyak kekurangan dan butuh perbaikan.

Maaf jika ini chap masih banyak typo, tambah gaje, aneh atau malah parah... karena author hanyalah manusia biasa yang masih membutuhkan kritik dan saran.

Tolong beri author vote dan comment, agar author tetap semangat melanjutkan chap ini hingga akhir.

Terima kasih... ^_^

Salam cinta author untuk kalian...

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro