Pray (Chapter 5)
Hai chap ini aku dapat inspirasi setelah mendengar lagu Pray, Ost. School 2015. Semoga kalian menyukainya ya... oh ya tolong dengarkan sambil baca agar feelnya dapat.
"Tuhan, setiap malam... setiap waktu aku selalu berdoa. Agar suatu hari nanti apa yang menjadi impianku, terjadi... hanya satu doa dan harapan yang ku inginkan darimu Tuhan. Bukan uang, harta, wanita, emas atau segala kemewahan. Yang kumau hanyalah sebuah harapan sederhana, yang mungkin sulit kudapatkan, sebuah cinta dan kasih sayang dari orang kusayangi. Ibu dan kakak-ku.... Aku selalu bersyukur walau masih ada yang menyayangi dan mencintaiku meski dalam kekuranganku. Tapi, ijinkan aku Tuhan... kabulkanlah doaku agar mendapatkan kasih sayang dari mereka berdua, orang yang kusayang meski hanya sekali, dan meski hanya untuk nafas terakhir."
- Jeon Jungkook –
...............
(Author **** POV)
11 April 2017
Sebuah mobil hitam berhenti di depan halaman rumah yang sederhana namun terlihat luas, tak lama sebuah pintu terbuka nampak seorang pria paruh baya dengan jas kerjanya keluar dan membukakan pintu mobil bagian belakang untuk seseorang.
Kini terlihat seorang namja berwajah tampan dan manis dengan rambut hitam, juga seorang namja lainnya yang memiliki mata sipit dan rambut agak kecoklatan. Namja yang lebih tua itu membantu namja berwajah manis itu berjalan. Ya... mereka adalah Yoongi Suga sang kakak, dan adiknya Jeon Jungkook.
Dengan hati-hati Suga menuntun sang adik memegang lengannya penuh sayang, membantu sang adik masuk ke rumah mereka. Saat ini seluruh badan Jungkook merasa lemah karena efek obat yang ia minum beberapa hari ini.
"Jungkook, hati-hati." Ucap Suga membantu adik tersayang berjalan.
Jungkook mengangguk tak lupa menunjukan senyum termanisnya, dengan langkah pelan dan tubuh masih lemah Jungkook berjalan menaiki tangga. Tak lupa Jung Myun sang ayah selalu setia berada di belakang anak ketiganya. Ya... pria berkepala empat ini takut jika terjadi sesuatu pada Jungkook.
Mengingat beberapa hari yang lalu sebelum kepulangan mereka, Jungkook sempat pingsan di dalam toilet rumah sakit. Karena pengaruh efek obat yang membuat badannya melemah.
(Flashback ***** POV)
10 April 2017
"Jungkook... apa kau sudah selesai nak??"
Terdengar ketukan pintu dari seorang pria paruh baya, terlihat raut wajah khawatir padanya. Dia adalah Jung Myun, ayah dari Suga, Tae Hyung, dan Jungkook.
"Jungkook???"
Entah kenapa Jung Myun merasa khawatir lantaran sang anak belum membuka pintu, berkali-kali ia mengetuk namun tetap saja hasilnya nihil...
Karena khawatir akhirnya Jung Myun menelfon anak pertamanya Yoongi Suga.
"Halo... Suga kau dimana?" ucap Jung Myun dari telefon.
"...."
"bisakah kau kesini??"
"...."
"Aku khawatir dengan Jungkook, dari tadi dia tidak keluar dari toilet."
"..."
"Ne... baiklah, ayah akan tetap disini."
PIP!!!!!
Setelah pembicaraan selesai, Jung Myun memasukan ponselnya ke sakunya.
TOKKK.... TOOKKKKKK....
"Jungkook, nak???"
Tetap saja kenop pintu itu enggan berputar membuat ayah tiga anak itu merasa khawatir dengan putra bungsunya.
"Tuhan, jangan terjadi sesuatu pada anak-ku." Doa Jung Myun berharap anak ketiganya baik-baik saja.
"AYAHH!!!"
"SUGA???"
Ya... akhirnya namja bermata sipit itu datang menghampiri sang ayah dengan raut khawatir.
"Apa yang terjadi ayah?"
"Suga, Jungkook tak mau keluar, ayah takut terjadi sesuatu dengannya."
Mendengar hal itu, dengan segera Suga memutar kenop pintu dan menarik serta mengguncangnya dengan keras. Tapi... tetap saja pintu itu tidak mau membuka membuat hati Suga khawatir. Takut kejadian itu terulang kali, kejadian dimana ia hampir kehilangan adiknya Jeon Jungkook.
"Ayah minggir, aku akan mendobraknya."
Suga mempersiapkan posisinya memasang kuda-kudanya, mencoba mendobrak pintunya.
BRAKKKKKKK!!!!!!
Suara dobrakan pintu yang keras terdengar, dengan segera Suga memasuki toilet tersebut. Seketika mata Suga membelalak hampir keluar, ketika melihat sang adik yang jatuh pingsan dengan wajah pucat dan bibir agak biru.
"JUNGKOOKKK??? KAU KENAPA??? JUNGKOOK??"
"JUNGKOOKK, NAK?? BANGUN, JUNGKOOK???"
Terlihat wajah ketakutan dan raut khawatir dari mereka, melihat Jungkook yang enggan sadar Suga langsung menggendong tubuh yang semakin kurus adiknya. Dan berlari keluar menuju ke ruangan perawatan sang adik, berteriak seperti orang gila memanggil dokter atau suster yang dapat menolong sang adik.
Jung Myun sang ayah berlari dari belakang, berusaha menyusul lankah cepat putra pertamnya. Ya... mereka ketakutan setengah mati. Apalagi, Suga dia sangat menyayangi adiknya melihat adiknya terbaring tak berdaya dan tak sadarkan diri membuat ia ingin mati saja.
(Flashback **** OFF)
Dengan langkah pelan namun pasti, Jungkook berjalan melewati tangga dibantu sang kakak. Yang kini merangkul tubuh lemah adiknya.
"KU KIRA KAU SUDAH MATI BISU!!!"
Jungkook menghentikan langkahnya begitu juga dengan kakak dan ayahnya. Setelah mendengar suara yang mereka kenal, suara dari seorang namja berambut coklat dan suka berkata pedas. Namja yang merupakan bagian keluarganya, Kim Tae Hyung.
Jungkook membalikan posisinya di atas deretan tangga kedua, dengan bantuan sang kakak tentunya.
Disana terlihat namja tampan yang di panggil Tae itu, mengulas senyum tipisnya namun terdapat kesan meremehkan. Tak lupa kedua lengan tangannya ditekukan ke dadanya.
"Apa yang kau katakan Tae??!!!" tanya Suga menatap tajam ke arah sang adik, mencoba menahan emosinya.
"Ku kira, dia mati.... ternyata tidak. Heh... sayang sekali, kalau kau mati aku pasti bahagia."
"TAE, JAGA UCAPAN MU NAK??!!!" kini Jung Myun angkat bicara, emosinya kini mulai tersulut mendengar sang anak kedua yang begitu menyakitkan di setiap katanya terhadap sang adik.
Jungkook? Jangan ditanya hatinya kini sakit dan menahan air matanya, mendengar ucapan sang kakak yang menginginkan ia mati.
"Segitu senangkah kakak, jika aku mati?" ucap Jungkook dalam hatinya, menahan air matanya yang mulai jatuh, menundukan kepalanya.
Suga yang menyadari hal itu segera membawa Jungkook menuju ke kamar, dia tidak ingin melihat Jungkook menangis di hari kepulangannya.
Jung Myun, kini menarik tangan sang anak kedua, membawanya ke ruang kerjanya. Sudah cukup ia bersabar dengan sikap sang anak. Kini dia mencoba menjadi ayah yang tegas.
.........
Di kamar...
Dengan hati-hati Suga membantu sang adik, mendudukan sang adik dengan pelan di atas ranjang. Juga membantu membaringkan kaki Jungkook yang lemah di atas ranjang.
"Jungkook, sekarang kau beristirahatlah, agar kau cepat sembuh." Ucap Suga dengan senyum malaikatnya, tak lupa ia memakaikan selimut di tubuh adik tersayangnya. Agar tubuh sang adik merasa hangat.
Jungkook menganggukan kepalanya, dan mengulas senyumnya.
Suga mengulas senyumnya, ketika melihat sang adik kini baik-baik saja. Ketika namja tampan bermata sipit itu, hendak melangkahkan kakinya. Tiba-tiba...
Sebuah tangan halus memegang lengan sang kakak, membuat Suga berhenti dan menoleh.
"Ada apa dik?" tanya Suga yang kini duduk di samping ranjang sang adik.
"Apa kau butuh sesuatu?" lanjutnya.
Jungkook meraih sebuah kotak yang di letakan di dekat ranjangnya, dan membuka tutupnya. Suga hanya memperhatikan apa yang di lakukan sang adik. Ketika pintu kotak tersebut terbuka, terlihat sebuah syal berwarna merah yang cantik dan bagus.
Jungkook memberikannya kepada sang kakak.
"Apa ini dik?" tanya Suga kebingungan, mentapa syal berwarna merah di tangannya.
Jungkook mengulas senyumnya, menggerakan tangannya membuat sebuah isyarat.
"Kakak, kemarin ulang tahun ibu... aku ingin memberikan syal itu untuk ibu. Sebagai hadiah ulang tahunnya."
Suga mengulas senyumnya, namun senyum yang sulit di artikan. Jujur, ia tak menyangka begitu baik hati adiknya kepada sang ibu, meski ibunya enggan menganggapnya dan tak pernah sedikit pun memperhatikan dan memberikan kasih sayang untuk Jungkook.
"Jungkook, apakah ini kau sendiri yang buat?"
Jungkook mengulas senyumnya, dan mengangguk penuh semangat.
"Kakak? Jika kakak berkenan, tolong berikan syal itu untuk ibu... aku sering lihat ibu kedinginan, makanya Jungkook sengaja buatkan syal untuk ibu."
Suga mengulas senyumnya, namun entah kenapa air matanya jatuh ketika mendengar isyarat dari sang adik yang begitu tulus.
"Baik, kakak akan memberikannya. Apa kau senang, hem?" tanya Suga, tak lupa mengulas surai hitam sang adik berwajah kelinci itu.
"Terima kasih kakak."
Jungkook tersenyum, ya... hatinya begitu bahagia. Saat syal buatannya akan di berikan kepada wanita yang telah melahirkannya ibunya.
"Terbuat dari apa hatimu dik? Kenapa kau bisa tahan, dan bisa melupakan apa yang selalu di lakukan ibu terhadapmu. Bahkan kau tak benci sedikitpun pada Tae Hyung, kakak tak menyangka kau sering tersenyum. Seakan-akan tak terjadi apapun, meski kakak tahu kau selalu tersakiti oleh ibu dan Tae."
Tanpa sadar Suga meneteskan air matanya.
Menyadari hal itu, Jungkook membulatkan matanya bingung mengusap air mata sang kakak.
"Kakak, kenapa kakak menangis?" dengan khawatir Jungkook menggerakan tangannya.
"Ah... tidak tadi ada debu yang masuk." Suga mengusap air matanya, ya... dia bohong terhadap adiknya.
Jungkook diam, meski kakaknya berkata demikian. Tapi namja berwajah manis itu tahu kalau sang kakak berbohong.
............
"TAE HYUNG... JAGA SIKAPMU. KAU TIDAK BOLEH BERKATA SEPERTI ITU PADA ADIKMU!!!"
"Bela terus ayah, bela si bisu!!! Ayah memang seperti itu, pilih kasih!!!"
"Tae... apa yang kau katakan? Ayah tidak pernah pilih kasih terhadapmu, kakakmu dan adikmu."
Tae Hyung memutar bola matanya malas, ya... ia jengah mendengar penuturan sang ayah.
"Ayah sama saja, dengan kak Suga. Selalu membela si bisu.."
Jung Myun menghela nafasnya mencoba bersabar dengan sikap anak keduanya.
"Tae... apa kau lupa? Kau pernah berjanji menjaga Jungkook."
"Aku melupakannya, dan aku tidak pernah sudi menjaga nya."
Jung Myun memijat kepalanya frustasi, entah kenapa sikap Tae begitu keras kepala.
"Tae... tolong, jangan bersikap, jangan membenci adikmu. Jangan-"
"Sudah lah ayah... aku tidak mau mendengarnya. Lebih baik aku pergi, kalau ayah mau menjaganya, mengurusnya, atau apapun. Masa bodoh!!! Sampai kapan pun Tae tak akan menganggap dia adik."
Degan segera namja tampan yang di panggil Tae itu pergi keluar dari ruangan sang ayah dan mengambil kunci mobilnya.
Jung Myun mendudukan dirinya, memijat keninganya. Ya... pria paruh baya ini merasa sakit di bagian kepalanya. Memikirkan nasib sang anak dan sikap Tae pada Jungkook.
...........
(Sohyun **** POV)
Aku melangkahkan kakiku, menuju kamar sahabat ku Jieun.
TOKK.... TOKKKK...
"Jieun?"
"Ne... masuk Sohyun, aku ada di dalam!!!"
Ku buka pintu kamarnya saat kudengar sang pemilik kamar mengijinkan aku masuk.
"Jieun, ayo jalan-jalan." Ucapku dengan senyumku, namun...
Aku mengubah ekspresiku, saat kulihat ada raut kesedihan di wajah cantiknya.
"Jieun, kau kenapa?" tanyaku menghampiri sahabatku, yang kini menggenggam sebuah bingaki foto.
Kulirik foto itu, ya... aku sangat mengenal foto itu. foto dua orang gadis cantik yang kecil dan manis tengah berangkulan bersama. Aku sangat mengenal mereka berdua, foto itu adalah foto masa lalu Jieun dan adiknya Eun Bi.
"Jieun???" panggilku, mencoba memeluk sahabatku.
Jieun mengulas senyumnya,
"Sohyun, aku merindukan Eun Bi."
Ku lihat Jieun menahan air matanya, aku mengusap pundaknya mencoba menguatkannya.
"Jieun."
Dia hanya tersenyum miris, hingga air matanya keluar. Dengan segera aku memeluk sahabatku, sahabat yang begitu aku sayangi dan sahabat yang sudah ku anggap kakak-ku sendiri.
"Hiksss....hikssss....hikssss"
Terdengar isakan dari mulutnya, dapat kurasakan isakan penuh penyesalan dan kerinduan.
"Jieun, tenanglah aku di sini. Eun Bi pasti bahagia disana."
Entah kenapa aku mentikan air mata terlarut dengan kesedihan. Aku dapat merasakan kedihan dari Jieun. Aku menepuk pelan punggungnya, memeluknya.
Hingga kami menangis bersama, saling memeluk untuk saling menguatkan.
.............
(Jungkook **** POV)
Kini aku hanya bisa memandang wajah wanita yang begitu kusayangi, dan wajah namja tampan yang begitu aku sayangi dan hormati. Ibu dan kakak-ku... aku hanya bisa mengusap foto mereka, foto yang diam-diam di ambil kak Suga sesuai permintaanku.
Hanya ini yang bisa kulakukan. Agar aku bisa melihat wajah bahagia mereka, terkadang aku membayangkan aku berada di tengah mereka mendapat pelukan dan senyuman itu. sebuah pelukan dan senyuman penuh cinta dan kasih sayang.
"Ibu, Kak Tae..."
Aku mengulas senyum tipisku, hingga tanpa sadar air mataku jatuh mengenai bingkai foto mereka.
............
TBC...
Hai semua author kembali dengan chap ini semoga suka ya..
Author sangat berterima kasih pada reader's tercinta karena dengan senang hati masih mau membaca dan setia dengan ff author yang masih banyak kekurangan dan butuh perbaikan.
Maaf jika ini chap masih banyak typo, tambah gaje, atau apalah....
Tolong beri author vote dan comment, agar author tetap semangat menulis dan melanjutkan chap ini :)
Terima kasih... ^_^
Salam cinta author untuk kalian semua, bye...
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro