Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Please Don't (chapter 3)

(Suga **** POV)

"JUNGKOOK??? JUNGKOOK??"

TOKK...TOKKK...

"JUNGKOOK... INI KAKAK, AYO BUKA PINTUNYA, JUNGKOOK??"

Sudah beberapa kali aku mengetuk pintu kamarnya, namun adik kesayanganku enggan membukanya.

TOKKK... TOKKK

"JUNGKOOK??!"

Aku tetap mengetuk pintu, memanggilnya berkali-kali.

"Yoongi ada apa nak?"

Tiba-tiba ayahku datang, tak lupa membawa tas kerjanya. Sepertinya ayahku baru pulang.

"entahlah ayah, sudah lima menit aku memanggil Jungkook. Tapi, dia tak mau membuka pintunya." Ucapku dengan raut khawatir.

TOKK... TOKKK

"JUNGKOOK, BUKALAH PINTUNYA. AYO TURUN, KAKAK SUDAH MENYIAPKAN MAKANAN UNTUKMU."

Aneh, tidak ada sahutan sama sekali.

TOKK.. TOKKK...

"Jungkook, tolong buka pintunya nak. Kakakmu mengkhawatirkanmu, ini ayah Nak." Bahkan ayahku mencoba mengetuk pintu kamar adik-ku berharap adiku membuka pintunya.

"jungkook???!!" panggilku.

"Yoongi, kau tahu kenapa dia tidak mau membuka pintunya?" ayahku nampak khawatir.

"entah, ayah aku juga tidak tahu. Begitu aku pulang dari kuliah, disini sangat sepi. Aku pikir Jungkook tidur, jadi aku memasak untuknya, tapi... saat aku mengetuk pintunya. Dia tak mau membuka, apalagi menjawab panggilanku." Jelasku pada sang ayah.

"Jungkook???!!" panggilku, bahkan aku mengetuk pintu itu berkali-kali.

"ada apa sih? berisik sekali!!!"

Tiba-tiba ibuku muncul.

"Jungkook tidak mau keluar ibu." Ucapku dengan panik.

"mungkin dia mati di dalam sana."

"IBU!!" jujur aku merasa kesal, saat ibu mengucapkan kata itu, apalagi pada adik ketigaku.

"Soo Rin, jangan berkata begitu. Dia-"

"ayah, sudahlah. Mungkin dia memang mati."

"TAE HYUNG!!!" sungguh emosiku semakin meledak saat adik keduaku datang dengan santainya.

"kenapa kak? Bagaimana kalau benar-benar terjadi? Adik kesayangan kakak yang bisu itu M-A-T-I." Ucap Tae Hyung, dengan penekanan di bagian akhir katanya.

"TAE HYUNG!!!!" Emosiku semakin meledak, bahkan aku menatap tajam ke arah adik kedua-ku yang sangat kurang ajar itu. jika saja ayah tidak menahan emosiku, entah mungkin aku sudah memukul Tae Hyung hingga babak belur.

"Yoongi.. tenanglah!!!" ucap ayah yang menahan-ku.

Sementara Tae Hyung mendengus dan memutar bola matanya jengah.

"lebih baik kau pergi, dari pada kakak menghabisimu dengan bogemanku." Ucapku dingin ke arah Tae Hyung.

"heh... terserah." Dengan santainya dia menuruni tangga, disusul ibu dari belakang.

Aku menghempaskan nafasku kesal, mengusap mukaku.

"tenang Yoongi, kau tahu adikmu memang seperti itu."

"tapi dia sudah kurang ajar ayah, apalagi terhadap Jungkook." Ucapku, hatiku sesak saat adik kedua-ku dengan teganya mengatakan kalau Jungkook mati disana.

"tenangkan hatimu, ayah paham. Kau tahu? kau lebih tua di sini. Kau harus tahan emosimu. Jangan biarkan emosi mu meledak, atau tidak semua akan kacau." Ucap ayahku memegang kedua pundak-ku membantuku menahan emosiku.

"kenapa mereka tega dengan Jungkook ayah?" tanyaku.

"Yoongi..."

........................

(Sohyun **** POV)

Aku sangat bosan, ya.. bosan. Bagaimana tidak? Sudah seharian ini aku duduk di rumah membaca majalah, atau menonton televisi yang acaranya luar biasa sangat membosankan.

Karena jenuh aku akhirnya memutuskan untuk menelpon sahabatku.

>>>

"Jieun, kau dimana?"

"oh... Sohyun, aku di rumah sakit."

"apa kau sedang sibuk?"

"iya.. maaf Sohyun ada beberapa pasien yang harus aku bantu."

"baiklah.. maaf mengganggumu."

"ne.. Gwenchana."

PIP..

Akhirnya aku memutuskan telefonku, menghempaskan tubuhku di atas sofa putih yang empuk. Menatap ke atas.

"hem... aku harus kemana aku bosan, apalagi Jieun sibuk."

Aku menghembuskan nafasku bete, ya... sangat bete.

Aku merogoh sakuku, hingga...

Kini aku memegang sebuah note dengan nama seseorang, seseorang yang telah berbaik hati mengembalikan dompetku.

Jeon Jungkook

Itulah namanya, nama yang tertera pada nota yang kupegang. Jujur aku penasaran dengannya, karena dia irit berbicara. Bahkan tidak berbicara sedikitpun. Aku bangun dari sofaku, menatap note yang kupegang.

"manis.."

Gumamku, ya.. itulah kata yang cocok untuknya. Karena, jujur senyumnya sangat manis.

"kuharap kita bisa bertemu lagi Jungkook." Ucapku tak lupa dengan senyumku, menatap ke arah note yang kupegang.

...................

(Author **** POV)

Rumah Sakit...

"DOKTER!!! DOKTER???!!!"

Kini terlihat seorang namja tampan dengan rambut coklatnya berlari melewati lorong rumah sakit, menggendong deorang namja muda dengan wajah manis dan rambut hitamnya. Yang tak sadarkan diri, dengan pergelangan tangannya yang diikat kain berwarna hitam. Bahkan tak dipedulikan akan tatapan orang-orang di sekitar lorong rumah sakit itu, karena khawatirnya begitu besar kepada sang adik yang tak sadarkan diri.

Tak jauh dari sana ada seorang pria paruh baya yang berlari berusaha mengikuti langkah putra pertamanya membawa sang adik dalam gendongannya.

"DOKTER!!! TOLONG ADIK SAYA DONG... TOLONG DIA.."

Yoongi berteriak panik, bahkan seperti orang gila. Saat ia begitu khawatir dengan adik yang ia gendong saat ini.

"cepat... letakan dia disini." Ucap dokter itu.

Dengan segera Yoongi meletakan Jungkook di atas ranjang, dengan segera beberapa suster mendorongnya membawa Jungkook yang terbaring tak sadarkan diri. Ke dalam ruang perawatan.

"Jungkook..." panggil Yoongi, bahkan air matanya keluar. Dia tak sanggup lagi menahan kesedihannya ketika melihat sang adik yang sudah berada di ambang kematian. Dengan langkah lemas Yoongi akhirnya berhenti di pintu ruang perawatan menyandarkan tubuhnya di dinding.

"Jungkook hiksss.... hikss."

Yoongi menangis, isakannya sangat memilukan bagi siapapun yang mendengarnya. Bahkan tak ia pedulikan apa yang di katakan orang dan tatapan akan dirinya. Yang ia khawatirkan adik kesayangannya, bagaimana keadaannya.

"Yoongi??"

"Ayah... hikssss... ayah... hikkssss..."

Yoongi berhambur ke dalam pelukan sang ayah, bahkan ia menangis keras dalam pelukan ayahnya. Sementara Jung Myun meeteskan air matanya, ia merasa sedih mendengar tangis pilu anak tertuanya. Begitu dengan anak ketiganya, dia tak menyangka Jungkook akan mengalami kejadian buruk ini.

"Jungkook... hikkssss... Jungkook hikkssss..." Yoongi memanggil nama adiknya dalam isakannya. Sungguh hatinya belum siap bahkan belum rela kehilangan sang adik.

"tenang Yoongi adikmu pasti baik saja." Ucap Jung Myun menepuk pundak putranya.

"hikkssss.... hikksss.." tangis Yoongi.

Yoongi bahkan menyalahkan dirinya sendiri, ya... dia merasa menjadi kakak yang sangat gagal. Tidak bisa melindungi sang adik dari percobaan bunuh diri.

...............

(Flashback *** ON)

(Suga *** POV)

"Jungkook??? Jungkook tolong buka pintunya dik... ini kakak."

Aku sangat khawatir entah kenapa aku merasakan perasaan tidak enak.

"Jungkook nak, apa kau tidur??? Ini ayah tolong buka pintunya nak?"

Tetap saja hasilnya nihil, Jungkook enggan membuka pintunya meski ayah sudah mengetuk dan memanggil namanya berkali-kali.

"ayah... aku merasa tidak enak."

"tenanglah Yoongi, mungkin adikmu sedang tidur."

Aku menggigit jariku, ya aku sangat gelisah dan khawatir. Lalu... terbesit sebuah ide. Dengan segera aku mengambil sebuah kursi berukuran sedang yang terletak di pojok dinding.

"kau mau apa nak?"

"aku akan mengintip lewat ventilasi ayah, aku ingin memastikan keadaan Jungkook." Jelasku, sambil meletakan kursi berukuran sedang di depan pintu kamar Jungkook.

"ayah... tolong pegang kursinya." Ucapku.

"baik nak."

Dengan hati-hati aku menaiki kursi terebut, tak lupa dengan bantuan ayahku tentunya yang memegang kursi agar tidak bergoyang.

Akhirnya aku dapat menggapai celah ventilasi kamarnya, dengan segera aku mengedarkan pandanganku melalui celah pintu mencari sosok adik-ku.

Namun...

Bagai di sambar petir, aku melihat...

Aku melihat namja yang paling ku sayang dan kubanggakan terbaring di atas lantai, tak sadarkan diri. Dan.. oh.. apa ini? apa aku tidak salah lihat? Kenapa ada banyak darah di dekatnya?

"Jungkook???!!!" ucapku panik.

Dengan segera aku turun dari kursi, dan menyingkirkannya dengan gerakan cepat.

"Yoongi ada apa? kenapa kau panik nak?"

"ayah?!! Jungkook... Jungkook."

"ada apa dengannya??"

"ayah kita harus dobrak pintunya..!!" aku sangat panik saat ini.

"maksudnya???"

"cepat ayah... aku takut Jungkook terluka."

Ayahku langsung mengangguk dengan segera aku menyiapkan diriku memeasang posisi kuda-kuda hendak mendobrak pintu kamar adik-ku begitu juga dengan ayahku yang sudah siap dengan posisinya.

Satu...

Dua..

Tiga..

BRAKKK....

Dobrakan pertama gagal...

Satu...

Dua...

Tiga..

BRAKK...

Dobrakan kedua gagal...

Bahkan aku merasa sakit pada bahuku, begitu juga dengan ayahku dapat kulihat dari raut wajahnya.

"oke sekali lagi... ucapku."

Kini aku menghembuskan nafasku, mengaturnya mempersiapkan posisiku memasang kuda-kudaku.

"sudah siap ayah?" tanyaku ke arah ayahku yang sepertinya siap dengan posisinya.

"hem.." angguk ayahku.

Satu...

Dua...

Tiga...

BRRAAAAAKKKKKK....

Akhirnya kami berhasil mendobraknya.

"JUNGKOOK!!!!???"

Hatiku hancur bahkan remuk saat aku melihat Jungkook, adik kesayanganku tak sadarkan diri dengan. Ya ampun!!!

"Jungkook bangun.. Jungkook..???!!"

Aku mengguncangkan tubuhnya menaruh kepalanya di atas pahaku, kedua bola mataku membulat sempurna saat darah segar keluar dari pergelangan tangannya.

SREEEETTTT...

Aku segera menyobek kaus hitamku, mengikatkan luka di pergelangan adik-ku menahan pendarahannya.

"Yoongi, ayo bawa adikmu ke rumah sakit cepat." Ucap ayahku, yang kini merogoh kunci mobilnya dengan panik.

"baik ayah..."

Dengan segera aku membawa Jungkook dalam gendonganku. Bahkan aku tak merasa berat sedikitpun saat kugendong ia dari belakang. Yang terpenting aku tidak terlambat.

"jungkook bertahanlah... ku mohon jangan pergi tinggalkan kakak." Ucapku penuh kepanikan, berharap ia mendengarnya meski kemungkinan kecil karena kutahu dia tak sadarkan diri.

Dengan langkah cepat aku menuruni tangga, menggendong Jungkook dan segera menuju ke mobil ayah yang sudah di siapkan di depan rumah.

"Jungkook... jangan tinggalkan kakak!!!"

Aku mengguncangkan pipinya. Bahkan aku menyeka air mataku kasar.

"Jungkook hikssss... ayah.. cepat ayah!!!" ucapku panik.

Ayah mengangguk dan menancapkan gasnya, menuju ke rumah sakit.

"Jungkook!!! Kakak sayang padamu.. jangan tinggalkan kakak.."

Aku memeluk kepalanya dalam dekapanku, dapat kurasakan kulitnya semakin dingin. Bibirnya pucat bahkan wajahnya semakin pucat.

Aku merobek beberapa kain kausku saat kulihat darah di pergelangan tangannya enggan berhenti.

"Jungkook... bertahanlah, ne..."

"ayahh... kumohon cepat ayah.."

Aku mengusap air mataku kasar, mengguncang-guncangkan kepala adik-ku sadar. Berharap dia sadar.

Sakit... hancur.. bahkan pedih saat melihat orang yang ku sayangi, yang tak lain adalah adikku sendiri sedang di ujung tanduk.

(Flashback **** OFF)

...........

(Author *** POV)

Terlihat seorang pria tampan dengan mata sipitnya tengah terduduk cemas menunggu keadaan adiknya di luar ruang perawatan, bahkan sesekali dia menggigit jari kukunya. Menyalurkan rasa cemasnya.

"tenanglah Suga, aku yakin adikmu baik saja." Ucap Jung Myun pada anak pertamanya.

"ayah... ini semua salahku.. aku tid-"

"shhhtttt... tenanglah nak, ini bukan salahmu. Lebih baik kita berdoa semoga Jungkook baik saja."

Ya... ayah berkepala empat, ini juga cemas terhadap putra ketiganya. Namun, dalam lubuk hatinya ia merasa kesal dengan istri dan anak keduanya. Yang tak mau mengangkat telefon, apalagi, datang menemui Jungkook.

............

(Ji Eun **** POV)

"Ji Eun, bagaimana keadaan pasien?"

"ah.. keadaannya mulai membaik dokter. Hanya saja dia hampir kehabisan darah."

"hem... kalau begitu kau pastikan infusnya tetap stabil, biar bagaimanapun pasien tidak boleh mengalami dehidrasi." Jelas dokter cantik pada seorang suster, Lee Jieun namanya.

"ne, dokter."

Dengan cekatan Jieun mengatur infus pasiennya, ya... dia harus memastikan bahwa semuanya baik saja.

Tak lama kini pandangannya mengarah ke arah Jungkook, pasien yang sedang terbaring lemah tak sadarkan diri.

Jieun memandang wajah damai pemuda berambut hitam dan berwajah manis itu.

"sepertinya aku pernah melihatnya. Tapi dimana??"

Jieun mencoba menerka, memastikan apakah ia pernah melihat pemuda itu atau tidak.

"ah... mungkin hanya perasaanku saja."

Jieun menggelengkan kepalanya, menata peralatan rumah sakit dan memstikan semua baik. Lalu, gadis cantik itu keluar dari dalam ruangan menutup pelan ruang perawatan tersebut.

............

BUGGHHHHH...

"SUGA??? APA YANG KAU LAKUKAN NAK??? KENAPA KAU MEMUKUL TAE HYUNG??"

BUGHHHH....

"RASAKAN INI BERANDAL, ADIL KEPARAT!!!"

Suasana rumah sakit semakin rusuh saat namja tampan dengan mata sipitnya menonjok muka sang adik kedua Tae Hyung.

"heh... brengsek!!!" maki Tae Hyung.

"DASAR KAU!!!"

"SUGA... TENANGLAH!!!"

Terdengar ucapan dari Jung Myun begitu juga dengan Soo Rin yang kini menahan tubuh putra pertamanya, menahan dia melayangkan pukulannya ke arah Tae Hyung.

"AAAAAAAAA..... AKU TAK AKAN MEMAAFKANMU, JIKA TERJADI SESUATU PADA JUNGKOOK TAE!!!' teriak Yoongi, membuat seisi rumah sakit mendengarnya. Bahkan air matanya keluar dengan deras. Dia frustasi??? Tentu.. dia sangat menyayangi adiknya Jungkook. Bahkan dia rela melakukan apa saja agar adiknya tidak terluka.

"Kakak memang seperti itu, selalu peduli padanya si bisu!!!"

"TAE..."

PLAKKKK...

Sebuah tamparan keras terdengar, bahkan mendarat di pipi Suga.

"ANAK KURANG AJAR, JANGAN KAU MELUKAI ADIKMU TAE!!!"

"Ibu..."

Suga menatap sang ibu, meski Soo Rin menatap ke arahnya dengan penuh amarah. Sakit... yang ia rasakan saat ibunya menamparnya meninggalkan bekas merah.

"YAAAAAKKKKK!!!!"

Suga menendang kesal, kini ia melangkahkan kakinya menjauh dari ibu dan adiknya mencoba mencari ketenangan.

Sementara Jung Myun, dia hanya menunduk pasrah melihat keluarganya menjadi semakin kacau.

.........

TBC...

Hai semua author updete chap ini... semoga kalian gak kecewa.

juga semoga bikin baper..

author sangat makasih karena kalian dengan senang hati membaca dan memberi dukungan untuk ff ini, hingga akhirnya sampai di chap ini.

oh ya... maaf kalau typo, gaje atau apalah karena author masih banyak belajar..

oh ya jangan lupa vommentnya ya...

gomawo, sampai jumpa. ^_^

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro