Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

I Want Hear (chapter 16)

"Kakak aku ingin mendengar suaraku sendiri, bagaimana suaraku saat keluar dari mulutku. Aku ingin bisa bernyanyi, berteriak, berbicara, tertawa dan juga berceloteh, masih banyak lagi yang ingin aku lakukan. Kakak bukannya aku tidak menerima, aku bersyukur dengan keadaanku sekarang ini, aku sangat bersyukur karena masih punya seseorang yang masih sayang padaku di balik kekuranganku, yaitu kakak dan ayah. Aku janji tidak akan mengecewakan kalian..."

-Jeon Jungkook-

..............................

"Kakak akan menjadi suaramu, apa yang ingin kau katakan kakak akan mengatakannya, apabila kau ingin berteriak kakak akan berteriak untukmu, dan apabila kau ingin berbicara kakak akan berbicara untukmu... karena apa? suara kakak juga suaramu... kau masih ingat dengan janji kakak padamu waktu itu kan?"

-Yoongi Suga-

...............................

(Author **** POV)

"Suga??"

"A...Ayah..."

Kedua bola mata antara anak dan ayah itu saling membulat saat mereka tak sengaja bertemu di sebuah cafe tempat dimana Suga bekerja. Suga tak akan menyangka bertemu sang ayah yang sudah tiga minggu ini ia rindukan, air mata keluar begitu saja saat melihat pria yang begitu ia hormati dan sayangi. Begitu juga dengan Jung Myun, tidak bertemu dengan anaknya membuat dia merasa sangat rindu, bukan hanya pada anak pertamanya ia juga rindu dengan si bungsu, Jungkook.

Greppp...

"Ayah..."

"Yoongi anakku..."

Kini anak dan ayah itu saling berpelukan melepas rasa rindu yang sudah memuncak, air mata Suga lolos begitu saja, air mata kerinduan. Ia sangat rindu pada sang ayah, sangat rindu. Tak lama kini mereka saling melepaskan pelukan, Suga mengulas senyum bahagiannya ketika melihat raut wajah yang sudah mulai berkeriput itu.

"Kau dan adikmu dari mana saja nak? Ayah sangat merindukanmu..." Jung Myun akhirnya membuka suara memegang kedua pundak anaknya.

"Maaf ayah, Suga dan Jungkook tidak memberitahukan keberadaan kami. Maaf kami tidak bilang jika kami pergi." Ucap namja tampan bermata sipit itu dengan raut penyesalan di wajahnya. Bahkan ia menundukan kepalanya.

Jung Myun mengulas senyumnya, ia tahu apa alasan sang anak tidak memberitahukan keberadaannya dan adiknya padanya.

"Suga, ayo kita duduk disana..." Jung Myun mengajak anak pertamanya menuju sebuah bangku kafe dekat dengan jendela.

Dengan senyumnya Suga mengangguk dan mengikuti ayahnya menuju bangku cafe yang akan mereka tuju.

.................

"Hei Sohyun, apakah ini bagus?" tanya Jieun yang kini memarkan pakaian yang ia pilih cocok atau tidak.

"Iya, kau kelihatan cantik memakainya." Sohyun mengulas senyumnya, baginya sahabat sekaligu sauadara yang sudah ia anggap amat cocok memakainya.

"Baiklah kalau menurutmu ini cocok aku akan membelinya."

Sohyun tersenyum dan mengangguk sebagai isyarat bahwa ia setuju dengan apa yang dikatakan sahabatnya. Dengan semangat Jieun memilah beberapa pakaian yang ia sukai. Tak lupa Jieun memilah sebuah kaos cowok yang sengaja ia belikan untuk sepupunya yang berulang tahun. Hingga tak sengaja tangannya menyentuh tangan seorang pria. Ketika menoleh Jieun terkejut karena bertemu dengan namja itu lagi, namja yang pernah menolongnya.

"Jungkook..." ucap Jieun dengan senyum ramahnya.

Mendengar nama Jungkook yang disebutkan sahabatnya itu membuat gadis cantik yang tadinya sibuk memilah pakaian menoleh dan benar saja, ia bertemu dengan namja tampan dan berwajah manis itu.

"Aigoo, aku tak menyangka kita akan bertemu lagi, Jungkook."

Jungkook yang tadinya diam karena terkejut mengulas senyumnya, dan mengangguk sopan. Tak lama Sohyun menghampiri mereka dan tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah Jungkook.

"Jungkook ternyata kau disini?" tanya Sohyun.

"Omo.... Sohyun kau mengenalnya?" tanya Jieun yang terkejut karena tak menyangka jika sahabatnya ternyata sudah tahu siapa namja manis di depannya.

Sohyun mengangguk tak lupa dengan senyum manisnya, Jieun juga ikut tersenyum.

"Oh ya apa kau juga membeli baju?" tanya Jieun pada Jungkook.

Jungkook tersenyum dan mengangguk, sungguh ia tak percaya akan bertemu dengan dua gadis yang pernah ia temui, meski canggung tapi Jungkook berusaha akrab pada mereka.

"Oh ya Jungkook, bagaimana kalau kau ikut kami pergi ke restaurant setelah membeli baju. Bagaimana Jieun jika kita mengajak Jungkook." Tawar Sohyun tak lupa pada sahabat dan namja tampan di depannya.

"Iya, Jungkook bagaimana kau ikut?" tanya Jieun.

Jungkook hanya tersenyum canggung, ia bingung mau menerima tawaran mereka atau tidak. Sebenarnya Jungkook malu, bahkan merasa tidak enak.

"Ayolah, pasti mengasyikan kalau kau ikut.." ucap Jieun dengan puppy eyesnya.

"Iya, pasti akan lebih seru.." ucap Sohyun menambahkan.

Jungkook menggigit bibirnya ia bingung dan ragu, tapi... tidak enak jika ia menolak tawaran baik dari dua gadis cantik di depannya. Tak lama akhirnya namja berwajah manis dengan gigi kelincinya mengangguk sebagai tanda setuju.

"Oke... kalau begitu kita memilih baju.." ucap Jieun dengan semangat, tak lama gadis cantik itu segera melesat memilih beberapa pakaian.

Sohyun dan Jungkook hanya tersenyum melihat tingkah Jieun yang seperti anak kecil, terlihat dari wajah cantiknya yang begitu lucu saat melihat pakaian yang ia pegang.

Sohyun menoleh ke arah Jungkook, begitupun dengan Jungkook yang tak sengaja kedua bolamatanya melihat Sohyun. Debaran aneh muncul di hati mereka, tatapan meraka tidak lepas dan saling menatap dalam waktu yang lama. Seakan dunia milik mereka berdua, entah perasaan aneh apa yang mereka rasakan saat tatapan mereka saling bertemu. Ya sepertinya ada sedikit bumbu cinta di anatara mereka, meski mereke belum menyadari sepenuhnya.

Tak jauh disana dibalik kaca, ada seorang namja berambut coklat dengan kacamatanya menatap dua orang yang sedang saling menatap karena ketidaksengajaan itu. ada senyum sinis di wajah tampannya, lebih tepatnya senyum yang menyimpan kebencian dan kemarahan pada Jungkook. Tangan kanannya terangkat melepas kacamata hitam yang sudah sedari tadi melekat di wajahnya, ada perasaan panas dan tidak suka dengan adegan di depannya.

"Bisu... kau ingin bermain denganku rupanya..."

Kim Taehyung itulah dia namja tampan dengan kata-kata pedas dan menyakitkannya, kakak yang mempunyai tabiat buruk namun disayang ibunya. Anak kedua dari seorang perusahaan terkenal di korea.

....................................

Tak terasa senja sudah datang, malam akan segera menjelang menggantikan sang raja siang yang sedari tadi sudah melakukan tugasnya menyinari bumi. Dan akan digantikan dengan bulan yang akan menyinari malam. Waktu menunjukan pukul 05.00 sore.

Ceklekkk...

"Aku pulang..."

Suara seorang namja tampan bermata sipit itu menggema, kala ia masuk kedalam rumah sederhana yang ia tempati bersama sang adik. Wajah lelah dan agak pucat terlihat di wajah tampannya. Suga itulah dia namja berhati lembut dan akan menjadi pelindung bagi adiknya.

"Jungkook, kakak pulang..."

Suga celingak-celinguk mencari sosok sang adik yang tak mengahampirinya. Karena khawatir Suga menuju kamar sang adik.

Tok...

Tok...

Tok...

"Jungkook, kau di dalam?" tanya Suga, tapi tidaka ada tanda-tanda keberadaan adiknya.

Tok...

Tok...

Tok...

"Jungkook, dik..." tanya Suga kembali. Entah kenapa ia merasa khawatir dengan segera ia memutar kenop pintu kamar sang adik.

Ceklek....

"Jungkook???"

Suga membelalakan matanya saat melihat adik yang amat ia sayangi sedang duduk terpuruk menyembunyikan wajahnya bukan hanya itu saja, ia melihat tepung dan telur juga bau tomat busuk dari tubuh sang adik. Suga berlari menghampiri sang adik memegang bahu Jungkook yang sedang menangis.

"Jungkook, ada apa denganmu? Siapa yang melakukan ini padamu, hah?" Suga mulai panik, dalam hatinya ia tak akan pernah memaafkan orang-orang yang begitu jahat pada adiknya.

Jungkook mendongakan kepalanya dan memeluk sang kakak, hingg kaos putih yang digunakan suga kotor karena tepung yang ada di tubuhnya. Bau tomat busuk dan amis di tubuh sang adik tidak di pedulikan oleh Suga, dalam hatinya ia merasa marah terhadap orang yang telah membuat Jungkook seperti ini.

"Siapapun kau aku tidak akan memaafkanmu..." ucap Suga dalam hatinya, dengan emosi yang menggebu-gebu dan tetap memeluk Jungkook yang terisak.

.............

"Hei Taehyung, apa kau puas mengerjai orang itu.."

"Tentu saja, aku sangat puas..."

"Wah kau ini sangat nekat, ya... kenapa kau mengirim pesan padanya dan menyuruhnya naik di atas panggung. kau kan tahu kalau dia bisu, dan kau lihat tadi? Dia diamuk penonton.."

"Tapi bukankah dia mau?"

"Iya sih... namja itu begitu nekat, padahal dia sadar kalau dia bisu iya kan?"

"tentu... dia begitu bodoh menuruti kataku."

"hahaha kau ini, oh ya ngomong-ngomong kau mengenalnya?"

Taehyung menoleh ke arah sahabatnya Park Jimin dan mengulase senyumnya.

"Aku sangat mengenalnya, yang kutahu dia adalah si bisu." ucap Taehyung santai.

Jimin hanya mengangguk saja, toh... dia tak terlalu mengenal namja yang disebut Taehyung.

"Ayo kita pulang...."

Tak lama Taehyung merangkul Jimin membawa ia pergi, untuk pulang tentunya.

.......................................

Jungkook kini hanya diam terduduk enggan memasukan nasi ke dalam mulutnya, entah kenapa perutnya tidak merasa lapar, bahkan ia tidak mempunyai nafsu makan sama sekali. melihat hal itu membuat Suga yang memasukan beberapa sendok nasi ke dalam mulutnya harus ia hentikan, kakak mana yang tidak khawatir saat melihat adik yang kita sayangi seperti ini. menundukan kepalanya sibuk dengan pikirannya sendiri.

Suga tidak akan memaafkan siapapun yang telah menyakiti adiknya, ia tidak akan pernah. Hingga... otak cerdasnya menemukan sebuah nama, nama yang mungkin tega melakukan hal ini kepada adiknya.

"Kim Taehyung... apa kau ingin mati ditanganku?" batin Suga.

Suga akhirnya menyudahi makanannya dan berdiri, menghampiri sang adik mengusap rambut hitam sang adik dan tersenyum.

"Jungkook tunggu disini ya, makan makananmu. Kakak ingin keluar sebentar..."

Jungkook hanya diam enggan menanggapi apa yang dikatakan sang kakak, dia sibuk dengan pikirannya.Suga tersenyum miris, ia tidak tega melihat adiknya seperti ini. dengan segera ia keluar dari rumahnya dan terdengar suara deru mesin mobil milik namja tampan dengan mata sipitnya. Tak lama deru mesin itu menghilang pertanda mobil telah berjalan.

Jungkook masih terdiam duduk menatap makanan yang sudah mulai mendingin, namja dengan kaus hitamnya ini hanya bisa menundukan kepalanya.

"Kak Taehyung...." bersamaan dengan itu, air mata Jungkook akhirnya lolos.

(Flashback **** ON)

Di sebuah panggung musik yang in door, namun cukup luas yang dekat dengan sebuah kampus dari beberapa blok. Amat ramai dan sibuk, orang-orang berlalu lalang menyiapkan pertunjukan selanjutnya. Bahkan banyak penonton yang sudah berdiri menunggu pertunjukan selanjutnya. Mereka bukanlah penonton biasa, mereka hanya sekumpulan para remaja geng yang doyan dengan musik dan segala jenis pertunjukan. Kebanyakan dari mereka adalah geng motor, atau hanya remaja nakal dan liar.Tak jauh disana datang seorang namja tampan dengan wajah manisnya mengedarkan pandangannya sesekali ia menatap layar ponselnya. Tak lupa ia menaruh jari telunjuknya di bawah bibirnya seperti orang yang memikirkan sesuatu.

Jungkook kini sibuk mencari kakaknya, ya... kakak keduanya yang memintanya datang. Karena Taehyung meminta pertolongan Jungkook, mungkin ini terdengar aneh bagi Jungkook. Mengingat sang kakak amat membencinya, tapi... Jungkook berpikir positive mungkin saja sang kakak memang benar membutuhkan bantuannya. Sebagai adik yang baik Jungkook menyanggupi apa yang diminta sang kakak melalui pesannya.

Ting...

'Temui aku dibalik panggung. Aku menunggumu, cepat datang kesini!!'

Jungkook mengulas senyum tipisnya saat mendapat pesan dari sang kakak, jujur baru hari ini ia mendapat pesan sang kakak dalam tiga tahun terakhir. Itupun terakhir ia dapatkan saat kakaknya Taehyung memintanya mengantar tugas rumah yang tertinngal saat kakak keduanya duduk di bangku SMA.

Dengan segera Jungkook memasukan ponselnya dan segera masuk ke dalam panggung, di balik panggung pastinya.

"Hei, bisu kesini..."

Jungkook menoleh saat mendengar suara kakak keduanya memanggilnya, dengan segera ia menuju ke arah sang kakak. Memang sudah biasa Jungkook mendengar kakaknya dengan sebutan bisu, karena tak pernah satupun kakak keduanya memanggil namanya. Tapi... itu bukan masalah, Jungkook ikhlas.

Hingga kini Jungkook sudah sampai menghadap kepada sang kakak dan menunjukan senyum manisnya yang dibalas tatapan dingin dari kakak keduanya.

"Ini...." ucap Taehyung yang menyodorkan sebuah mic kepada Jungkook.

Jungkook menaikan sebelah alisnya, dia bingung dengan apa yang dimaksudkan kakaknya memberikan sebuah mic padanya.

"kenapa kau hanya diam, aku memintamu memegangnya!!" ucap Taehyung dengan sedikit membentak. Dengan segera Jungkook menerima mic itu.

"Kau duduk disana jangan berdiri sampai aku selesai menyuruhmu..."

Jungkook mengedarkan pandangannya menatap sebuah panggung dengan kursinya yang di depannya masih ditutup dengan tirai panggung.

'Kak untuk apa Jungkook duduk disana?' tanya Jungkook menggerakan tangannya.

"Kenapa masih tanya aku bilang kan duduk, sudah sana cepat. Kau mau aku menganggapmu kan?"

Jungkook membulatkan matanya, senyum bahagianya tercurah dalam benaknya. Ia tak menyakngka kalau sang kakak akan memberi kesempatan padanya.

"Aishhh cepat kau duduk, atau kubatalkan niatku!!" ancam Taehyung.

Dengan sedikit keraguan Jungkook berjalan duduk di kursi yang ada di atas panggung dengan tirai yang masih tertutup.kini ia duduk menghadap tirai terdengar dengan jelas di gendang telinganya teriakan dari penonoton untuk meminta segera memulai acara selanjutnya. Entah kenapa Jungkook merasa tegang, hingga akhirnya ia putuskan untuk menoleh namun...

Nihil...

Kemanakah kakaknya, ia bingung dan gugup. Ingin sekali ia pergi dari kursi ini, tapi ia ingat akan perkataan sang kakak kedua untuk tidak meninggalkan bangku itu agar ia masih bisa dianggap sang adik olehnya. Jungkook menundukan kepalanya memegang mic dengan kedua tangannya yang bergetar ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya. Tak lama sorot lampu menerpa wajahnya, tirai terbuka dan makin lama ia melihat banyak orang di depannya berdiri. Dengan penampilan gengster mereka, juga jangan lupakan rambut mereka dengan berbagai gaya baik pria maupun wanita. Jungkook tidak tahu tempat apa ini, yang ia pikir tempat ini hanya tempat pensi biasa tapi...

"Hei ayo bernyanyi, kami sudah menunggu cukup lama..."

"Hei ayo cepat..."

Terdengar beberapa teriakan dari penonton yang sudah protes sejak tadi, Jungkook menegang ia takut. Apalagi melihat wajah emosi dari orang-orang di depannya.

Musik dihidupkan, pertanda kalau acara sudah dimulai. Jungkook tidak tahu apa yang harus ia lakukan, bernyanyi? Jangankan bernyanyi berbicara saja dia tak sanggup. Musik instrumen terus berputar selama setengah menit namun Jungkook hanya diam menatap tegang ke arah penonotonya. Seperti orang yang demam panggung.

"Hei, kau!!! Ayo menyanyi kami tidak membayarmu dengan melihat kau duduk diam disana.."
"Hei kau, bisakah kau bernyanyi kenapa hanya diam??"

"Huuuuu.... ayo turun..."

Jungkook menutup telinganya, entah kenapa telinganya sakit ketika mendapatkan makian dari para penonton. Ia tidak tahu harus berbuat apa, sementara di bawah panggung kumpulan penonton tersebut berteriak dan memaki Jungkook karena enggan untuk bernyanyi. Mereka tidak tahu kalau Jungkook tak dapat bicara, begitu pun dengan Jungkook ia tidak tahu kalau akan begini jadinya. Hingga....

PLOKK...

PLOKKK...

PLOKK...

Jungkook diam, ketika dirasa sesuatu menghantam kepalanya. Sesuatu yang empuk tapi meninggalkan noda putih di depannya. Jungkook menyentuhnya dan...

'Tepung...' Jungkook menatap serbuk putih nan halus di jemarinya.

PLOKK...

PLOKKK...

PLOKKK...

Bukan hanya sekali, tapi beberapa kali ia dilempar tepung dari para penonoton yang sudah kesal dan marah. Baik itu berupa tepung, telur dan tomat busuk dan jangan lupa dengan botol kosong yang juga mengenai Jungkook beberapa kali meninggalkan sakit meski tidak berarti.

"Huuuu.... ayo turun, dasar..."

"Pecundang kalau kau takut jangan bernyanyi..."

PLOKKK...

PLOKKK....

Lemparan itu terus mengenai Jungkook, Jungkook hanya bisa berdiri melindungi wajahnya dengan lengannya. Bau amis dan tomat busuk tercium di indra penciumannya. Jungkook tidak tahu harus apa, sementara penonton di bawah sana semakin brutal melemparinya. Dalam hatinya ia berteriak nama sang kakak keduanya, berharap Taehyung kakaknya dapat membantunya. Tapi, justru inilah yang diingingkan namja tampan dengan panggilan 'Tae' itu. inilah rencananya membuat sang adik menderita sekaligus malu di depan semua orang. Rencana yang licik dan matang, yang mampu membuat Jungkook terjebak karena kepolosan dan kebaikan hatinya. Sehingga ia percaya dengan apa yang dikatakan sang kakak, menuruti setiap katanya dan itu adalah kesalahan besar Jungkook.

Melihat Jungkook yang tersiksa di atas sana membuat Taehyung tersenyum senang, dimatanya dia melihat sebuah drama, drama dimana seorang namja bagaikan angsa buruk rupa yang tengah menderita. Jungkook duduk lemas, menundukan kepalanya, menangis terisak. Menerima perlakuan penonton yang tak tau aturan di bawah sana. Inilah hidup ada orang yang baik dan ada yang jahat. Dan Jungkook berada di antara orang jahat itu di tempat yang tak ia tahu, tempat dimana sang kakak menyuruhnya datang. Teriakan dan makian yang terdengar di telinganya merupakan jarum yang menyerangnya hingga membuat ulu hatinya sakit.

'Kak Suga, hiksss... Kak Tae.. Hikksss...Tolong Jungkook..." Jungkook menangis tangannya menyentuh lantai panggung dengan bahan kayu itu. tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki sudah kotor dengan tepung, bercampur telur dan tomat. Bukan hanya itu saja bahkan sebuah botol mengenai kepalanya. Jungkook menderita disana tidak ada seorangpun yang berniat menolongnya, hanya makian dan tawa yang ia dapatkan. Jungkook terisak di antara penonton yang kini melemparinya dan membullynya, ia seperti boneka untuk bersenang-senang orang disana.

Taehyung tersenyum dalam hatinya bersorak, namja tampan dengan mulut pedasnya ini senang melihat adiknya yang menderita adiknya yang tersiksa, lebih tepatnya adik yang taka akan pernah ia anggap.

Ya... itulah kejadian dimana seorang namja dengan wajah manisnya mengalami kejadian yang amat menyedihkan. Serasa dunia mempermainkannya di balik kekurangannya di saat semua orang dapat mengeluarkan suara dari mulut mereka, tertawa dan bahagia. Jungkook hanya bisa diam dan menangis. itulah hidup banyak orang yang menganggap sebelah mata ada juga yang tidak dan menghargai kita. Tapi terkadang hidup bisa kejam pada mereka yang kekurangan, hanya orang yang punya hati kuat dan sabar yang mampu menghadapinya.

"Bisu, rasakan itu... kau menderita secara langsung tanpa mengotori tanganku... nikmati penderitaanmu bisu..." ucap Taehyung dalam hati kejinya, menatap sang adik yang menangis bagaikan drama yang pantas ditonton dan tak boleh ditinggalkan barang semenitpun.

Jungkook kini menangis mengharap bantuan dari seseorang, membantunya keluar dari neraka ini, siapakah yang akan menolongnya? Siapakah yang mau menariknya keluar dari neraka itu? siapakah yang mau membantunya?

(Flashback **** OFF)

................

BRUUKKKK....

"Yoongi apa yang kau lakukan nak???"
"Yoongi tenanglah..."

Terlihat dua pasutri yang kini tengah melerai dua namja tampan yang saling memukul, terlihat dengan jelas seorang namja yang lebih tua dengan mata sipitnya menarik kerah namja muda dengan rambut coklatnya yang baru saja jatuh tersungkur dalam sekali bogeman, dia adalah Taehyung. Dan orang yang berhasil membogemnya meninggalkan sedikit darah di sudut bibir Tae adalah Suga, kakak sekaligus anak pertama di keluarga ini.

"Dasar adik brengsek, kenapa kau menyakiti Jungkook, hah?"

BUGH...

BUGHH...

Suga memukul keras adiknya ia tidak peduli dengan orangtuanya yang melerainya, ia tidak peduli ia sudah emosi. Sudah cukup ia membiarkan adiknya bertindak kurang ajar layaknya preman pada Jungkook ia tidak terima. Sementara Jung Myun dan Soo Rin berusaha memisahkan kedua putranya itu melerai perkelahian kedua putranya itu. Suga kini menindih tubuh Taehyung dan memukulnya, raut emosi terlihat jelas di wajahnya, Suga begitu menakutkan saat dia marah, ia bisa saja kalap seperti saat ini.

Taehyung mngernyit kesakitan, namun ia masih bisa tersenyum. Entah dia manusia seperti apa dia, masih bisa tersenyum meski wajahnya kini babak belur akibat kakaknya.

Namun baru saja Suga mau melayangkan pukulannya kembali, tiba-tiba ia merasa pusing. Dan..

Tes...

Tes...

Tes...

Darah menetes keluar dari hidungnya membuat panik ayah dan ibunya, bukan hanya itu saja tiba-tiba Suga merasakan sakit yang luar biasa pada perutnya dan seketika pandangannya buram, dan...

BRUKKK...

"Yoongi!!!"

Semua gelap bersamaan dengan suara benturan keras di lantai, begitu juga dengan teriakan pasutri memanggil anak tertuanya.

.............

.............

PLAKKKKK....

Tamparan keras menggema di lorong rumah sakit, bahkan kini seorang wanita paruh baya mendorong putra ketiganya setelah ia memberikan tamparan keras pada putra ketiganya. Jungkook itulah dia namja yang baru saja terkena tamparan sang ibu.

"Soo Rin, apa yang kau lakukan kenapa kau menampar Jungkook..." ucap Jung Myung yang kini memeluk putra ketiganya.

"INI SEMUA GARA-GARA DIA, KARENA DIA YOONGI JADI SAKIT... DAN KAU ANAK SIALAN, BENAR-BENAR SIALAN PERGI DARI HADAPANKU!!!"

Suara penuh amarah terdengar di lorong rumah sakit, mengundang beberapa pasang mata melihat mereka. Sementara Taehyung hanya duduk diam dengan senyum kotaknya melihat ibunya yang tengah murka dengan adik yang tak pernah ia anggap.

"Soo Rin, jangan salahkan Jungkook. Ini semua bukan salahnya..." ucap Jung Myun tegas kepada istrinya, bahkan kini ia memeluk putranya yang tengah terisak dengan bekas merah di pipinya.

"KAU TAHU, YOONGI JADI SAKIT KARENA KAU ANAK SIALAN, DAN DIA SAKIT PARAH KARENAMU..." Soo Rin kini benar-benar emosi, bahkan ia mulai mendorong putranya yang justru dihalangi sang suami.

Jungkook semakin terisak bahkan tubuhnya bergetar dalam pelukan sang ayah. Jung Myun mati-matian melindungi putranya dari amukan sang istri. Hingga....

PLAKKK.....

Tamparan keras mendarat di pipi Soo Rin, semua mebelalak begitu juga dengan Taehyung dan Jungkook, saat melihat ayah mereka baru saja menampar ibu mereka. Soo Rin memegang pipinya dan tersenyum kecut ke arah suaminya dan putra ketiganya. Ya, baru saja Jung Myun menampar sang istri ia tidak sengaja melakukannya. Mungkin karena insting sang ayahlah yang membuat ia seperti ini.

"Oke, kau tega menamparku karena dia. Dan sekarang akan aku katakan pada anak sialan itu..." kini Soo Rin menunjuk ke arah Jungkook yang masih menatapnya takut.

"Kau tahu apa penyakit kakakmu?"

"Soo Rin..." Jung Myun membentak istrinya mencoba menghentikan apa yang akan dikatakan sang istri.

Seakan tidak peduli dengan bentakan suaminya Soo Rin melanjutkan ucapannya.

"Kanker, kakakmu sakit kanker lambung.... dan itu penyakit yang mematikan. Dan karena kau kakakmu harus menjalani terapi, seharusnya ia harus dioperasi tapi, karena kau dia... dia... hiksss.... hikksss...." tangis Soo Rin pecah, bahkan ia duduk bersimpuh. Bersamaan dengan itu Taehyung sudah siap membantu sang ibu memegang bahu sang ibu dan menenangkannya.

Jungkook ingin telinganya tuli seketika, apakah apa yang baru saja ia dengar benar? Apakah kakaknya benar-benar sakit parah? Jungkook ingin menulikan telinganya. Hatinya belum siap, seketika hatinya hancur mendengar apa yang dikatakan ibunya. Dengan lemah Jungkook membalikan badannya berjalan gontai dengan pandangan kosong, berusaha menenangkan dirinya dengan pergi dari tempat itu.

"Jungkook..."

Bahkan panggilan ayahnya tak ia pedulikan, justru kini Jungkook berjalan dengan tatapan kosong dan air mata yang jatuh di pelupuknya. Semua tatapan kasihan mengarah pada namja manis dengan gigi kelinci itu. Sang ayah hanya bisa menatap sendu putra ketiganya yang pergi menjauh mencari ketenangan.

.......

Jungkook kini berdiri di atap rumah sakit, membuka mulutnya mencoba berteriak menumpahkan beban yang sudah ditanggungnya. Meski ia berusaha berteriak tapi suaranya enggan keluar, hanya air mata dan sakit pada tenggorokannya. Ia mencoba dan memaksa pita suaranya berharap teriakannya keluar. Hingga tenggorokannya sakit... dan serak... bahkan ia memegang lehernya dengan kedua tangannya.

Brukkk....

Jungkook duduk bersimpuh, bersujud menumpahkan air matanya. Tangis sesenggukan dan tubuh bergetar, dalam hatinya ia merutuki kebodohannya. Kebodohannya mengenai tak sadarnya ia tentang sakit yang di derita kakak pertamanya. Sungguh ia merasa dia adalah namja terbodoh.... bodoh... bahkan lebih bodoh.

"Tuhan, ambil nyawaku... jangan beri kakakku sakit hiksss... hiksss... ambil nyawaku Tuhan. Agar orang-orang yang berada hikksss.... di dekatku tidak menderita hikksss... hikkksss kumohon... ambil nyawaku.... hikksss, selamatkan kakakku hikkkssss..." Jungkook berdoa dalam tangisnya, dalam posisi sujudnya.

Hingga akhirnya Jungkook mendongakan kepalanya menatap langit malam yang mendung, hingga ia rasakan....

Tes... tes... tess....

Wajah tampannya merasakan sebuah tetesan air yang turun dari langit, Jungkook hanya bisa menundukan kepalanya memegang dadanya yang sakit, sangat sakit... dan ngilu....

Sepertinya hujan mendukungnya, menangis bersamanya. Membasahi tubuh namja yang malang itu. ya malam ini adalah malam yang terburuk bagi Jungkook, dimana dia mendapat kabar buruk tentang kakaknya.

"Hikssss... kak Suga... Hiksss..."

..............

oh ya disini author kasih musik instrumen  dari echo yang 'every single day' ost i can hear your voice... hehehe kalau mau didengarkan bisa, enggak juga gak papa... tapi kalau mau dapat feelnya dengerin ajjah ya...hehehe maaf ya kalau lagunya menurut kalian gak cocok, oke sekian... kalau mau dengar saat baca bagian bawahnya ya... ^_^

https://youtu.be/XV56BKzSuwA

(Flashback *** ON)

'Kakak?' ucap Jungkook dengan isyaratnya.

"Ya ada apa Jungkook..." jawab Suga dengan senyumnya dan merangkul sang adik.

'Aku ingin mendengar suaraku...'

Suga mengulas senyumnya.

"Kau bisa dik..."

'Bagaimana caranya kak...' tanya Jungkook penasaran tak lupa dengan isyaratnya.

"Kakak akan menjadi suaramu, apa yang ingin kau katakan kakak akan mengatakannya, apabila kau ingin berteriak kakak akan berteriak untukmu, dan apabila kau ingin berbicara kakak akan berbicara untukmu... karena apa? suara kakak juga suaramu... kau masih ingat dengan janji kakak padamu waktu itu kan?" jelas Suga yang kini merangkul adiknya menikmati malam dan menatap bintang.

Jungkook tersenyum dan mengangguk lalu bersenderan kedalam rangkulan sang kakak, dia begitu senang mendengar ucapan sang kakak dan kemudian ia menatap ke atas langit. Dalam batinnya Jungkook berucap dan mengulas senyumnya...

"Kakak aku ingin mendengar suaraku sendiri, bagaimana suaraku saat keluar dari mulutku. Aku ingin bisa bernyanyi, berteriak, berbicara, tertawa dan juga berceloteh, masih banyak lagi yang ingin aku lakukan. Kakak bukannya aku tidak menerima, aku bersyukur dengan keadaanku sekarang ini, aku sangat bersyukur karena masih punya seseorang yang masih sayang padaku di balik kekuranganku, yaitu kakak dan ayah. Aku janji tidak akan mengecewakan kalian..."

............

Tbc...

Hai semua author kembali dengan chap ini, adakah yang sudah siap dengan tisu? hehehe. Oh ya btw semoga nih chap feelnya dapat ya.. author udah usaha yang terbaik buat bikin cerita ini. dan author gak mau bikin kalian kecewa.

Maaf kalau typo, gaje atau apalah...

hehehe btw ini saya ketik sampai hampir 4000 :)

Jangan lupa vommentnya ya, makin banyak vommentnya makin cepat saya updetenya, oke...

Sekian dari saya, bye... sampai jumpa ^_^
#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro