Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Gwenchana, Jungkook (chapter 15)

Hai semua author kasih lagunya kak 'avril lavigne - when you're gone' ya... Soalnya saya buat nih chap sambil dengerin lagu nih... Kalau berkenan bisa di dengarkan, enggak juga gak papa kok 😁😊

https://youtu.be/0G3_kG5FFfQ



(Jungkook **** POV)

"Kakak .... Kakak mau pergi kemana Kakak???"

Aku terus berlari, sampai kakiku pegal. Tak lupa aku memanggil kakakku dalam hatiku karena kutahu suaraku tak akan keluar sampai kapanpun, mungkin sampai mati. Karena aku tetaplah si bisu, ya...Jungkook yang bisu.

"Kakak... jangan tinggalkan Jungkook, Jungkook ikut... kakak??"

Aku terus berlari melewati beberapa padang ilalang yang indah dan luas. Tak lelah aku terus berlari mengejar kakak ku, kak Suga yang entah sejak kapan dan sampai sejauh mana ia berjalan. Hingga rasanya aku sulit untuk menyusulnya. Aku terus meneriakan namanya, berharap kakakku menoleh dan berhenti. Meski kutahu suaraku tidak akan keluar, dan aku sadar itu.

"Hiksss... kakak? Kak Suga... Hikss kenapa kakak sangat jauh??"

Tanpa kusadari air mata jatuh dari pelupukku, sambil berlari aku tetap mengejar kakakku, dengan sekuat tenaga. Tak kupedulikan kakiku yang pegal atau sakit, asalkan aku bisa menyusul kakakku.

"Hikksss.... kak Suga, jangan tinggalkan Jungkook Hiksss...."

Aku harus kuat, aku harus lari, aku bisa ya... pastinya.

Bughhh...

"Akkkkhhh.... shhhh...."

Aku meringis kesakitan saat kurasakan kakiku baru saja tersandung batu, bahkan kulihat celana jeans yang kupakai agak sobek dan ada darah, perih dan sakit aku rasakan. Tapi... saat aku melihat kakakku yang semakin menjauh aku lupakan rasa sakitku, bahkan aku tepis semuanya. Aku tak peduli... yang terpenting aku bisa menyusulnya, kakakku yang sangat berarti bagiku, siapa lagi kalau bukan kak Suga.

Dengan tertatih aku menyusulnya, tapi dia terus berjalan menuju sebuah cahaya putih yang terang, bahkan ia memakai baju serba putih. Aku takut, aku bingung kemana dia akan pergi? Kenapa dia tak memberitahuku? Aku terus menangis, aku terus mencoba berlari menyusulnya dan memanggil namanya dalam batinku.

"Kak Suga, tunggu aku... kakak??"

Oh... Tuhan apa artinya? Kenapa kak Suga tidak mau berhenti dan kenapa dia terus berjalan ke depan mengikuti cahaya aneh itu? apakah dia akan meninggalkanku? Aku tidak mau Tuhan... aku tidak mau. Aku tidak mau ditinggal kakak, aku menyayanginya... tolong Tuhan jangan biarkan ia pergi.

Brukkk....

"Hiksss.... hikkssss.... kak Suga.... hikksss.... kumohon berhenti... hikksss...."

Aku menangis, aku jatuh tersungkur dengan benturan tepat dilututku yang terluka. Aku merasakan perih dan sakit, air mataku kembali mengalir. Aku menangis, memanggil kakakku meski suaraku tidak terdengar. Aku tak berdaya tubuhku rasanya lemah, samar-samar aku melihat kakakku yang menoleh ke arahku dan tersenyum melambaikan tangan ke arahku. aku menggelengkan kepalaku, aku merasa tidak rela ia pergi.

"Hikksss.... kakak.... ku... kumohon, jangan tinggalkan aku... Jungkook ingin ikut kakak hikkksss...."

Aku mencoba berdiri berpegangan dengan ilalang di sekitarku, tapi...

Brukkk....

Tetap saja, aku gagal. Aku tidak bisa berdiri rasanya kakiku lemas, lututku sakit.

"Hiksss.... kakak.... kakak..."

Aku menangis mencoba berteriak, membuka mulutku. Memaksakan tenggorokanku untuk berteriak, kuharap suaraku keluar walau sekali. aku tidak ingin kakak pergi keraha cahaya aneh itu. Aku takut setelah ia pergi kesana ia tidak akan kembali, aku takut.... takut.... sangat takut....

Kulihat kak Suga mengulas senyumnya, senyum ramah dan sayang ke arahku. Tak lama ia membalikan badannya, dan berjalan menuju cahaya itu...

"Kak kumohon jangan pergi.... kakak???!!!" teriakku dalam batinku.

Dengan sedikit gontai aku mencoba berdiri, menyeka air mataku kasar. Dan mencoba berlari meski sakit. Hingga... makin lama aku dekat dengannya, makin dekat kuarahkan tanganku kerahnya mencoba menyentuhnya sebelum ia masuk kecahaya itu...

Hingga....

"Hikssss.... kakakkkkk????!!! Hikkkkssssss...."

Aku terlambat, dia masuk ke dalam cahaya itu, bahkan tanganku masih tetap dengan posisinya mengambang ke udara. Air mata semakin deras, bahkan mungkin kelopakku akan mengering karena stok air mata akan habis. Tapi... aku tidak peduli, aku rela menangis. demi kakakku.... bahkan aku rela menangis darah demi kakakku. Karena aku amat menyayanginya, sangat....

"Kakakkkkkk...... jangan pergiiiiiii.........hiikkkssss..."

Aku menjatuhkan kedua lututku bersimpuh, menundukan kepalaku. Dan menangis...

"Kak Suga hikksss... kak Sugaaa.... hikksss..."

................

20 April 2017

(Suga **** POV)

"Jungkook? Jungkook? Ada apa denganmu, Jungkook???"

Aku mengguncang-guncang tubuh adikku gelisah, bahkan aku sudah melakukannya sedari tadi. Tapi, tetap saja dia enggan bangun dari tidurnya. Aku sangat khawatir melihat wajahnya yang gelisah, dan keringat yang keluar dari pelipisnya.

"Jungkook, kau kenapa... dik kumohon bangun, kau kenapa??"

Aku semakin mengguncang-guncang tubuhnya gelisah. Aku berpikir apakah adikku mimpi buruk? Tapi apa? kenapa dia begitu gelisah?

Kulihat Jungkook menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri, tak lupa menggerak-gerakan bibirnya. Bukan hanya itu yang membuatku gelisah saat kulihat dia mengeluarkan air mata dalam tidurnya.

"Jungkook, bangun... kumohon, Jungkoook?"

Aku memanggil namanya, berharap agar ia bangun. Dengan begitu mimpi buruknya akan hilang.

"Jungkook??? Jungkookk?"

Aku terus memanggilnya, memegang bahunya yang sudah bergerak gelisah. Tak lupa dengan kepala yang ia gerakan ke kanan dan kekiri. Aku terus memanggilnya bahkan aku mengeraskan suaraku, mencoba membantu Jungkook bangun. Aku yakin dia pasti mimpi buruk. Hingga....

Greepppp...

"Jungkook? Kau kenapa Jungkook? Jungkook???"
tiba-tiba saja Jungkook memelukku, bahkan sangat erat. Bukan hanya itu saja, dia menangis tubuhnya bergetar ketakutan. Aku memeluknya erat namun masih ada pikiran bingung dan heran dengan apa yang terjadi dengannya.

"Hiksss.... hiksss..."

Aku mengusap punggungnya, mencoba menenangkannya dalam pelukanku. Aku tahu dia pasti ketakutan, tak lupa aku memeluk tubuh yang masih melekat dengan jaket warna putih yang pernah aku hadiahkan padanya saat ulang tahunnya yang ke enam belas.

Tak lama aku merasakan pelukan yang semula erat kini mengendur. Dan kulihat kelopak sembab milik adikku menatap diriku, oh... Tuhan kenapa aku harus melihat dia seperti ini, kenapa dia selalu menjadi langganan air mata. Dan kenapa kelopaknya harus sembab setiap harinya. Aku sangat tidak tega Tuhan, tidak...

"Jungkook? Kau tak apa? apa yang terjadi denganmu? Apa kau mimpi buruk dik, hem?"

Kini aku memegang kedua bahunya, mencoba menenangkannya dan menatap sayang ke arahnya.

"Kakak jangan tinggalkan Jungkook..." ucapnya dengan isyaratnya.

"Apa? kenapa kau berkata seperti itu? aku tidak pernah meninggalkanmu dik..." tanyaku bingung.

"Tapi kulihat kakak meninggalkanku?"

Aku mengangkat sebelah alisku, aku bingung dengan apa yang dimaksudkan oleh adikku. Kenapa tiba-tiba dia berkata seperti itu? apakah dalam mimpi buruknya aku meninggalkannya tapi kenapa?

"Jungkook, adikku... kakak tidak akan meninggalkanmu. Kakak akan selalu bersamamu, kakak kan sudah janji.." ucapku menangkup kedua pipi adikku tersenyum ke arahnya.

Tak lama Jungkook mengangkat tangannya dan membentuk sebuah isyarat.

"Kakak aku takut... aku takut kakak benar-benar akan meninggalkanku..."

Aku mengulas senyumku, menghela nafasku. Ya untuk adikku aku akan mencoba bersabar, dan terus tersenyum ke arahnya. Lalu aku menangkupkan wajahnya dan melihat kedu bola matanya.

"Hei, kenapa takut? Kakak gak akan kemana-kemana kau lihat kakak bersamamu sekarang."

Tak lama ia menggerakan tangannya kembali.

"Benarkah kakak? Kakak tidak akan meninggalkanku? Karena tadi seperti nyata kakak... Jungkook takut kalau kakak pergi, Jungkook takut..."

Jungkook memelukku kembali, ia sangat ketakutan. Aku hanya bisa mendekapnya erat berharap rasa takutnya berkurang. Aku yakin mimpinya sangat buruk... oh Tuhan mimipi apa dia? Kenapa dia bisa ketakutan seperti ini au tidak tega Tuhan.

"Jungkook..." ucapku lirih dan tetap memeluk adik kesayanganku.

"Kakak akan selalu bersamamu, kemanapun kamu pergi kakak akan ikut. Jadi berhentilah menangis percaya dengan kakak, kakak amat menyayangimu..."

"Hikss.... hikksss...." dia masih menangis tapi, tak apa aku akan menghentikan air matanya yang jatuh dan mengusap punggungnya lembut. Semoga aku berhasil memberinya ketenangan. Tapi... aku kini berpikir apakah karena kemarin waktu aku pingsan? Hingga ia ketakutan seperti ini? jika iya... apakah aku sanggup memberitahukan kebenaran ini? kebenaran bahwa aku sekarat. Kebenaran bahwa aku bisa saja mati karena sakit ini.

...........

Pukul 12.00 siang...

(Author *** POV)

"Apa? apa yang kau katakan Suga dan Jungkook pergi? Kenapa kau tidak melarangnya, Soo Rin?"

Terlihat raut amarah dan kesal dari seorang pria paruh baya dengan jas kerjanya terlihat di menenteng koper kerjanya. Bagaimana tidak baru saja ia menginjakan kakinya masuk ke dalam rumahnya, tak lupa dengan buah tangan di tangannya untuk diberikan kepada keluarganya. Padahal pria paruh baya itu sudah merasa rindu pada tiga anak dan istrinya hingga ia rela melembur pekerjaannya demi cepat pulang. Tapi, semua itu sirna karena baru saja telinganya mendengar penuturan sang istri kalau anak pertama Suga dan si bungsu Jungkook pergi meninggalkan rumah.

"Memangnya kenapa? Mereka yang berniat pergi sendiri...." ucap Soo Rin dengan wajah datarnya menatap sang suami.

Jujur kini Jung Myun merasa pusing dan bingung, terlihat raut gelisah di wajahnya yang kian menua.

"Apa kau terlalu keras dengan Suga dan Jungkook? Hingga mereka pergi dari rumah?" tanya Jung Myun kemudian, tak lupa tatapan menginterogasinya.

Soo Rin hanya terdiam, dan justru memalingkan mukanya enggan melihat wajah sang suami. Jung Myung menampakan raut kesalnya, sudah ia duga ini karena sikap istrinya.

"Kenapa kau tega dengan mereka, aku yakin ini semua karena kau!! Tidak mungkin mereka akan pergi tanpa alasan."

Mendengar penuturan sang suami membuat kedua bola mata Soo Rin membulat. Lalu ia menoleh ke arah suaminya.

"Kenapa kau menyalahkanku?! Seharusnya kau salahkan Yoongi karena apa? karena kemarin dia memukul Taehyung hingga babak belur dan aku tidak menerimanya!!" kini Soo Rin mulai tersulut emosi.

Jung Myun berusaha menjaga emosinya, dan menatap wajah sang istri ya... dia harus bisa bijaksana sebagai kepala rumah tangga.

"Aku yakin pasti Taehyung berbuat salah, sehingga Yoongi memukulnya..."

"Apa!? kenapa kau menyalahkan Tae? Tentu yang salah Yoongi... dia kan yang memukul Tae terlebih dahulu!!"

Jung Myun hanya diam, entah kenapa istrinya begitu keras kepala. Dia sangat tahu bagaimana sikap ketiga anaknya, apalagi sikap Taehyung. Dia sangat tahu kalau Taehyung adalah anak yang paling keras kepala dan juga agak pemberontak, dan kasar terhadap adiknya. berbeda dengan Suga yang memikirkan terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu.

"Apa karena Tae melakukan hal buruk pada Jungkook?"

"heh... kenapa kau begitu membela anak bisu itu, disini yang menjadi korban Tae!!"

"Aku membela Jungkook karena dia juga anakku dan anakmu, disini aku hanya mau membenarkan yang salah. Jangan terlalu memanjakan Taehyung, dia akan menjadi anak keras kepala..." ucap Jung Myun tak lupa dengan nasihatnya pada sang istri mencoba menahan emosinya.

"Terus saja bela, mereka... kau memang pilih kasih pada anak. Heh, seharusnya aku sudah tahu tentang hal ini..."

"Soo Rin..."

"Kau tahu, aku tidak akan pernah menganggap keberadaan Jungkook. Dan... oh ya aku sekarang hanya punya satu anak bukan tiga anak, dulu aku tidak menganggap Jungkook, tapi sekarang aku tidak akan menganggap Yoongi karena dia telah melakukan hal salah pada Taehyung-ku."

Tak lama setelah mengucapkan ucapa itu Soo Rin melangkahkan kakinya meninggalkan sang suami yang masih terdiam mencerna setiap perkataan sang istri. Seperginya Soo Rin Jung Myun meghempaskan diri di kursi, duduk menenangkan pikirannya. Baru saja dia selesai dengan urusan kantor, kini tambah masalah mengenai keberadaan dua anaknya yang pergi entah kemana.

"Tuhan... kenapa keluargaku menjadi seperti ini..." ucapnya lirih tak lupa memijat pelipisnya.

..........

"Kim Taehyung??!! Apa benar kau memukul Jungkook? Hah!!"

"Heh, tahu apa kau kak... kenapa kau begitu peduli dengan urusanku? Urus saja si bisu...!!"

"Semakin hari mulutmu semakin tajam, apa yang kau makan hah? Api neraka, iya? Sehingga kau bisa berkata seperti itu??!"

"Kak Suga, aku malas bicara dengan kakak... bukankah kakak bilang tidak mau mencampuri urusanku, kenapa kakak begitu peduli, hah!!"

Suga mengulas senyum tipis nan meremehkan ke arah adiknya yang kedua.

"Dasar, kau adik brengsek. Terbuat dari apa kau, hah? Kenapa sikapmu seperti ini? mana Taehyung yang kukenal dulu, mana adik yang baik ketika usianya lima tahun, kemanakah Taehyung yang seperti itu?" tanya Suga tak lupa menatap tajam ke arah sang adik.

Taehyung mengulas senyumnya, melipat kedua tangannya di dada dan mendekati kakaknya.

"Kalau iya memangnya kenapa? Apa kau mau memukulku atau membunuhku..." tantang Taehyung yang kini justru menatap nyalang ke arah sang kakak.

"Tanpa kau tanya, aku pasti akan memberikan apa yang kau katakan tadi..."

"Ayo, silahkan... kau bisa memukulku sekalian, mumpung si bisu tidak ada disini ayo cepat..."

"Kau adik paling brengsek...!!"

"Kau pun begitu kakak...!!"

Sudah cukup kesabaran Suga, kini ia mengepalkan kedua tangannya hingga telapaknya memutih menahan emosi yang sudah ada di ubun-ubun. Baru saja ia melangkahkan kakinya, Suga teringat sesuatu akan wajah adiknya. ya... wajah adiknya yang kala menangis saat terakhir kali ia bertengkar dengan Taehyung.

"Kenapa? Kenapa kau diam kakak? Bukankah kau mau memukulku?" tantang Taehyung.

Suga hanya diam justru ia memberikan tatapan tajam ke arah sang adik, sementara Taehyung tersenyum kemenangan melihat kakaknya yang berdiri layaknya pengecut.

.................

(Jungkook **** POV)

Kini aku melangkahkan kakiku, untuk segera menuju ke rumah. Oh... iya hampir saja aku membeli sesuatu, bukankah aku harus memebeli buah kesukaan kak Suga. Akhir-akhir ini aku jarang melihat dia makan buah, dan itu pasti membuat ia mudah sakit seperti kemarin. Dan kebetulan aku melewati seorang penjual buah, kini kuedarkan pandanganku mencari buah kesuakaan kakakku, apel. Ya, dia sangat suka dengan buah bundar berwarna merah dan hijau itu, sejak kecil ia menyukainya. Dengan seksama aku memilih buah yang masih bagus dan segar.

Namun, ketika aku seibuk memilih buah, tiba-tiba indra pendengaranku mendengar.

"Sedang berbelanja bisu!!"

Aku terdiam dan membulat mataku terkejut, suara ini. ya... aku tahu ini suara kakak keduaku, Taehyung. Aku hanya menundukan kepalaku, aku takut melihat wajahnya.

"Hei, kenapa kau diam. Akus sedang bertanya padamu... oh iya aku lupa kau kan bisu..."

Kulirik dia kini berada disampingku, dan mengambil buah apel yang sempat aku pilih dan memakannya tak lama ia merangkulku dan membisikan kata-kata yang menyakitkanku.

"Kenapa orang bisu sepertimu bisa hidup, hah? Kenapa kau lahir sebagai adikku, kenapa kau tidak lahir di rahim orang lain saja, seperti dari rahim pelacur mungkin!!"

Deg...

Sakit, sangat sakit kenapa dia tega mengatakan hal itu. kenapa? Apa dia tidak suka aku menjadi adiknya. hatiku sangat sakit, dari sekian beribu kata pedas yang pernah ia berikan ini adalah kata-kata yang paling menyakitkan yang pernah aku dengar dari mulut kakakku. Kakak yang amat aku sayangi, meski ia membenciku.

"Kau tahu bisu, kenapa kau ditakdirkan dilahirkan di dunia ini? mungkin agar kau bisa menangis dan selalu menderita. Kau tahu? dunia memang kejam, dan akan selalu kejam padamu. Apa kau pikir kau pantas? Aku katakan sekali lagi ya... meski kau lahir dari ibu yang sama denganku tetap saja kita berbeda kau bisu, dan aku tidak. Jadi jangan pernah kau merasa hebat.... apalagi kau dekat dengan gadis incaranku, kau tahu?"

Aku menundukan kepalaku, menahan air mataku agar tidak semakin jatuh. Dengan santai dia memakan apel nya hingga tinggal separuh.

"Ini aku kembalikan apelnya, terima kasih... jangan lupa membayarnya oke. Bye, bisu..."

Aku menundukan kepalaku, hingga terasa setetes air mata lolos dari pelupukku. Tanganlu masih setia memegang apel bekas gigitan kakakku. Aku masih merasa sakit, hatiku sakit aku menepuk dadaku yang ngilu dan sakit. Rasanya sakit... sakit.... apakah kalian merasakan rasa sakit yang kurasakan?

....................................

(Suga **** POV)

"Apa dokter... aku...aku sudah semakin parah?"

"iya, tuan... sakit anda semakin parah. Saya minta untuk melakukan terapi, karena berdasarkan hasil pemeriksaan operasi tidak akan bisa menyembuhkan anda secara total..."

Aku menatap lemah dia atas meja pemeriksaanku saat kudengar dokter Lee mengatakan bahwa penyakitku semakin parah.

"Dokter, memangnya terapi apa yang akan aku lakukan.."

"Dengan kemoterapi, tapi akan menimbulkan efek samping yang berat seperti rambut rontok, dan terkadang akan mengalami beberapa rasa sakit di bagian tertentu..."

Aku duduk sangat lemas, aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku tidak mau dengan adanya penyakit ini, karena aku takut penyakit ini akan membuatku semakin berpisah dengan Jungkook.

"Kalau begitu saya minta resep obatnya dokter, untuk sementara ini saya belum ingin mengikuti terapi..."

"Baiklah kalau kau ingin belum sekarang tidak apa-apa, tapi tolong secepatnya mengikuti terapi karena akan sangat fatal..."

Aku menganggukan kepalaku, dan segera berdiri membungkuk hormat kepada dokter di depanku tak lupa mengucapkan terima kasih. Dengan gontai aku berjalan melewati lorong rumah sakit, rasanya tatapan di depanku kosong, aku tidak peduli dengan keadaan sekitar. Yang ada dipikiranku adalah bagaimana nasib Jungkook adikku, sedangkan diriku saat ini berjuang melawan kematian yang sudah diujung tanduk. Kematianku tepatnya...

..............

(Author **** POV)

Tak terasa waktu menunjukan pukul delapan malam terlihat dua orang namja tampan yang duduk di sebuah ayunan sebuah taman bermain yang sepi, mereka adalah kakak beradik yang saling menyayangi satu sama lain. Mereka adalah Suga dan Jungkook, terlihat Jungkook yang mengulas senyum manisnya bermain-main dengan ayunannya. Duduk disamping ayunan yang sedang di duduki sang kakak Suga.

Jungkook merasa hatinya kini senang menikmati angin malam, namun... ia menunjukan ekspresi bingungnya saat melihat kakaknya yang menatap kosong seperti melakukan sesuatu.

..>..

"iya, tuan... sakit anda semakin parah. Saya minta untuk melakukan terapi, karena berdasarkan hasil pemeriksaan operasi tidak akan bisa menyembuhkan anda secara total..."

....>...

"Dengan kemoterapi, tapi akan menimbulkan efek samping yang berat seperti rambut rontok, dan terkadang akan mengalami beberapa rasa sakit di bagian tertentu..."

...>...

"Baiklah kalau kau ingin belum sekarang tidak apa-apa, tapi tolong secepatnya mengikuti terapi karena akan sangat fatal..."

....>....

Entah kenapa perkataan dokter Lee berputar-putar dalam otaknya, perkataan mengenai keadaannya di rumah sakit.

Jungkook yang sedari tadi menatap sang kakak, akhirnya memberanikan diri menyentuh pundaknya. Membuat Suga sadar dari lamunannya.

"Kakak kenapa, apakah ada sesuatu?" tanya Jungkook pada sang kakak dengan isyaratnya.

Suga mengulas senyumnya menggeleng pelan sembari berkata,

"Kakak tidak apa-apa dik..."

"Benarkah?"

"Ehem... aku tidak apa-apa.."

Sebenarnya apa yang dikatakan Suga adalah kebohongan semata, kini ia berada dalam keadaan yang tidak baik. Ya... Suga tidak mau mebuat sang adik bersedih hati, sebisa mungkin ia harus menyembunyikan penyakitnya. Walaupun kemungkinan besar lama-lama rahasia itu akan terbongkar dengan sendirinya.

Jungkook tersenyum dan mengangguk, ia percaya dengan apa yang dikatakan sang kakak. Karena Jungkook tahu kalau kakaknya tak akan pernah berbohong padanya.

Tak lama Suga mengadahkan kepalanya ke atas, melihat ribuan bintang yang menghiasi malam sembari tersenyum dan berkata.

"Jungkook, berjanjilah pada kakak kalau suatu hari nanti kau akan bahagia..."

Jungkook menoleh menatap ke arah kakaknya, namun dengan tatapan penuh pertanyaan di benaknya. Suga pun menoleh dan tersenyum ke arah sang adik kesayangannya.

"Yakinlah semua akan baik-baik saja, apa kau mau berjanji kalau kau akan bahagia?"

Jungkook hanya diam enggan menggerakan kepalanya sekedar mengangguk atau menggeleng, entah kenapa perkataan kakaknya tersembunyi sebuah makna yang tidak ia ketahui.

Suga mengulas senyumnya, ia tahu kalau sang adik bingung. Tak lama tangannya menggapai puncak kepala sang adik dengan rambut hitamnya dan tersenyum.

"Tidak apa-apa Jungkook, kakak hanya bertanya. Jangan terlalu dipikirkan, oke..."

Jungkook hanya diam, dan menganggukan kepalanya. Dan Suga masih tersenyum tak lupa dengan tangannya. Tak lama Suga merogoh sakunya mengeluarkan slyernya dan memakainya. Jungkook hanya terdiam melihat tingkah kakaknya tak lama kakakanya mengajak Jungkook di sebuah taman dekat dengan tiang lampu. Setibanya di sana Suga merogoh ponselnya dan berfoto bersama dengan Jungkook yang tersenyum malu-malu dibelakang kakaknya yang sudah memasang foto narsis dan...

Ckrikkk...

"Wah... Jungkook, foto kita keren..."

Suga mengulas senyumnya melihat selfienya bersama sang adik. Jungkook yang penasaran dengan hasil foto yang diambil sang kakak mendekat dan juga ikut melihat. Tak lama namja dengan jaket putihnya itu tersenyum, melihat jepretan amatir hasil foto kakaknya.

"Nah Jungkook, kau harus tetap tersenyum seperti ini. kau tahu kan sangat tampan, bahkan kau lebih tampan dari pada Taehyung karena dia selalu berekspresi dingin...." canda Suga.

Jungkook hanya tersenyum, ya canda sang kakak membuat ia tertawa meski suaranya tidak akan keluar.

Suga melirik ke arah sang adik dan tersenyum ke arahnya.

"Jungkook, kuharap kau tersenyum seperti ini saat kakak tidak ada disampingmu... tolong jangan bersedih ya, tetaplah tersenyum. Karena aku ingin selalu melihat wajah ceriamu."

Itulah doa Suga dalam hatinya, doa tulus seorang kakak untuk adiknya.

.........

TBC...

Hai semua mumpun author lagi baik moodnya author updete nih chap semoga kalian suka ya... oh ya btw maaf kalau masih typo, gaje atau apa... dan sekali lagi aku bilang ini ff cuma fiksi cuma ide gesrek dar author hehehehe...

oh ya jangan lupa vote dan commentnya kawan, semakin banyak kalian vomment semakin semangat aku nulisnya, semakin cepat aku updetenya. oh ya btw adakah yang bosan sampai di chap ini???

sekian ocehan dari saya, sampai jumpa. salam cinta untuk kalian ^_^

bye.... gomawo :)

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro