Dear God (Chapter 9)
"Aku bilang kau tunggu di sini.. apa kau tidak dengar, hah?"
Kini seorang namja kecil berusia 12 tahun tengah memarahi seorang namja kecil yang berusia 7 tahun. Siapa lagi kalau bukan Tae Hyung. Namja dengan wajah tampan nya, anak kedua dari tiga bersaudara.
"Aisshhh.... aku bilang tunggu di sini, bisu!!" kini Tae Hyung berteriak sedikit kencang, di sebuah taman bermain yang selalu di adakan setiap tahunnya. Tanpa ia sadari semua orang menatap ke arahnya.
Tae Hyung mengedarkan pandangan nya, bahkan sesekali berusaha melepaskan pegangan sang adik. Jeon Jungkook.
"Kenapa kau tidak mendengarkan ku, aku bilang tunggu di sini!!" kini Tae Hyung membentak sang adik, membuat namja kecil dengan wajah manisnya itu menundukan kepalanya. Karena takut akan bentakan sang kakak.
Tak lama dengan raut dingin Tae Hyung, mengambil ransel nya dan meninggalkan Jungkook kecil di tengah lapangan yang ramai akan para pengunjung yang menghabiskan waktu di taman bermain itu. sementara Jungkook kecil hanya bisa menundukan kepalanya, tidak berani mengejar sang kakak yang sudah pergi meninggalkannya.
Tak lama air mata itu keluar dari pelupuk mata kecilnya, namun isakan tidak terdengar karena kekurangannya.
>>>
"Dimana Jungkook?"
"Aku tidak tahu?"
"Aku tanya di mana Jungkook, Tae..." kini seorang namja berusia 15 tahun, memegang lengan sang adik dengan raut kesal.
"Aku bilang, aku tidak tahu..."
"Tae Hyung jangan bohong dengan kakak, tadi kau bersama Jungkook kan?"
"Aku bilang aku tidak tahu kak!!!"
"Tae Hyung!!!"
Kini namja dengan mata sipitnya itu memijat keningnya, merasa pusing dengan sikap sang adik. Yang membawa Jungkook entah kemana.
"Ada apa, Nak?"
"Ayah... Jungkook hilang..." adu Suga pada sang ayah.
"Apa? bagaimana bisa? Bukankah ia bersama kalian berdua."
terlihat raut khawatir dari wajah pria paruh baya itu.
"Iya ayah, tadi aku membelikan minuman untuk Tae dan Jungkook. Tapi ketika aku kembali ke sini, Jungkook tidak ada." Jelas Suga.
"Dasar, anak yang merepotkan!!" tiba-tiba suara seorang wanita mendominasi susana tersebut.
"Soo Rin jangan berkata begitu, kita harus cari Jungkook." Ucap Jung Myun pada sang istri.
Soo Rin hanya menampakan wajah meremehkan, dengan segera ia menarik pergelangan tangan Tae Hyung kecil.
"Ayo nak, kita pulang!! Dari pada kita mencari anak tak berguna itu."
"Soo Rin!!" ucap Jung Myun.
Tanpa menghiraukan ucapan sang suami, Soo Rin menarik tangan Tae Hyung membawanya pergi keluar dari Carnaval tersebut. Sementara Jung Myun hanya menatap sang istri kecewa, kecewa dengan sikap Soo Rin.
Tiba-tiba pandangan pria paruh baya itu teralihkan ke arah sang anak. Yang menarik-narik jasnya.
"Ayah... ayo kita cari Jungkook, ayah... aku takut terjadi sesuatu."
"Ayo Suga..."
Dengan segera ayah dan anak itu melangkahkan kakinya mengedarkan pandangan mereka untuk mencari seorang namja kecil berwajah manis itu.
>..>
"Hikkssss.... hikssss.... hikssss...."
Seorang namja kecil dengan rambut hitamnya duduk meringkuk, menyembunyikan wajahnya di balik lipatan kakinya. Ia tidak peduli dengan sekitar, karena saat ini dia sedang menangis, ia takut. Sangat takut, apalagi ia tidak tahu harus kemana.
Jungkook kecil hanya bisa menangis bersandar di dinding samping salah satu rumah hantu.
"Kak Tae Hyung, Kak Suga, Ayah... Ibu... Jungkook takut." Batin namja kecil itu.
Tak henti-hentinya ia menangis, bahkan dalam hatinya ia terus menangis memanggil sang kakak.
...>>>
"JUNGKOOK, KAU DI MANA?"
"Jungkook, nak??"
"Jungkook, ini kakak..."
Suga sangat bingung bahkan hatinya tidak tenang, lantaran tidak mengetahui di mana keberadaan sang adik.
Berkali-kali ia memanggil nama sang adik, dan terus mengitari wahana berharap Jungkook dapat ia temukan.
"Jungkook?" teriak Suga.
Sementara Jung Myun juga sama khawatirnya terhadap putra ketiganya. Mengingat putra ketiganya yang tidak dapat berbicara, pastilah sulit untuk menemukannya.
"Jungkook!!??" pekik Suga, saat melihat adik yang sedari ia cari tengah meringkuk di sudut dinding luar rumah hantu. Dengan segera Suga menghampiri sang adik.
"Jungkook?"
Jungkook kecil menoleh, melihat sang kakak pertama yang berlari menghampirinya membuat ia semakin menangis dan berlari ke pelukan sang kakak.
"Jungkook? Kau dari mana saja? Kakak khawatir.." ucap Suga yang kini mendekap Jungkook erat, seakan enggan melepaskan Jungkook.
"Hikksss....hikssss....hiksss..." Jungkook hanya bisa menangis, memeluk erat pinggang sang kakak.
Jung Myun segera menghampiri kedua putranya, ada perasaan lega di hati laki-laki paruh baya itu. Melihat Jungkook sudah kembali di temukan.
"Hiksss... hiksss.... hikkssss..."
"Cup...cupp..cuppp... tenanglah dik, kakak di sini." Ujar Suga lembut mengusap kepala sang adik yang kini menangis di pelukannya, menenangkan sang adik yang kini sedang ketakutan.
Jungkook terus menangis, ia sangat takut tadi. Sangat... bahkan ia memeluk kakaknya erat, sangat erat...
............
(Author **** POV)
Ceklek....
Suara pintu terbuka, tak lama seorang namja dengan mata sipitnya yang masuk ke dalam rumahnya.
"Aku pu-" baru saja Suga, mengucapkan salam. Matanya membelalak seakan ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
"JUNGKOOK?" teriak Suga.
"DASAR ANAK SIALAN, APA KAU INGIN MEMBUNUH IBU MU, HAH?"
"NYONYA, SAYA MOHON INI BUKAN SALAH TUAN MUDA. INI SALAH SAYA, SAYA YANG TIDAK MEMPERHATIKANNYA NYONYA."
"DIAM KAU!!! AKAN AKU BERI PELAJARAN, PADA ANAK SIALAN INI!!"
"NYONYA, KASIHAN NYONYA. KUMOHON BERHENTI NYONYA!!"
Berkali-kali bibi Lee meminta pada majikannya ini untuk berhenti, berhenti mencekik leher namja dengan wajah manisnya, Jeon Jungkook.
Dengan brutalnya Soo Rin, yang notabene adalah ibu kandung namja manis itu. dengan teganya mencekik leher sang anak dengan sangat maniak. Bukan hanya itu saja, makian dan cacian terlontar di mulutnya.
Sementara Jungkook, hanya bisa membuka mulutnya. Berusaha mengambil oksigen yang mulai habis, menahan rasa sakit. Juga berusaha melepaskan cengkraman tangan sang ibu dari lehernya. Air mata tak dapat ia bendung, apalagi kini sang ibu mencekik lehernya. Seakan-akan dirinya adalah penjahat yang pantas mati.
"IBU? APA YANG IBU LAKUKAN?! BERHENTI BU!!!"
Seorang namja tampan dengan mata sipitnya. kini, berusaha melerai sang ibu yang mencekik adik kesayangannya.
"JANGAN MENCAMPURI URUSANKU YOONGI, AKU MAU MEMBERI PELAJARAN PADA ANAK SIALAN INI!!"
"IBU, STOP... JANGAN LAKUKAN ITU, IBU BISA MEMBUNUH JUNGKOOK!!"
"IBU TIDAK PEDULI, BIAR DIA MATI SEKALIAN!!"
Dengan susah payah Suga membujuk sang ibu, tak lupa ia berusaha melepaskan tangan kuat sang ibu dari leher adiknya. Sementara Jungkook hanya bisa membuka mulutnya, menghirup oksigen yang semakin menipis. Bahkan dalam hatinya ia berteriak memohon sang ibu berhenti untuk mencekiknya, karena rasanya sangat sakit.
"IBU, STOPPP..."
"NYONYA, KUMOHON NYONYA.."
Suasana semakin ricuh, bahkan bibi Lee yang bekerja sebagai pembantu di rumah itu. Yang juga berusaha memisahkan majikannya dengan sang anak. Dengan susah payah Suga mencoba melepaskan tangan sang ibu dari leher adiknya. Ia tidak tega melihat Jungkook yang kesakitan.
"DASAR BISU, KAU TAK PANTAS MENJADI ANAK KU, BAHKAN KAU TAK PANTAS HIDUP!!"
"IBU, KUMOHON IBU!!"
"NYONYA..."
"I..ib..ibu, ku...kumohon rasanya sakit ibu." Batin Jungkook dalam hatinya, yang kini merasakan sesak dan sakit di tenggorokkannya.
Karena kesal dengan sekuat tenaga Soo Rin mendorong namja berwajah manis itu, hingga membentur dinding. Membuat Jungkook merasakan sakit di kepala dan lehernya secara bersamaan.
"Jungkook!!" ucap Suga, yang kini berlari menghampiri sang adik. Bahkan ia melempar tasnya asal. Dan memeluk Jungkook dalam dekapannya. Sementara Jungkook menangis dalam pelukan sang kakak, menaha sakit baik fisik maupun hati.
"DASAR ANAK TIDAK BERGUNA, KAU INGIN MEMBUNUH IBUMU IYA?" emosi Soo Rin tidak terbendung lagi, amarah ia lampiaskan pada anak ketiganya yang tidak tahu apa-apa.
"Ibu, apa yang ibu katakan. Kenapa ibu tega mengatakan hal itu?" ucap Suga yang kini menahan emosinya, tidak mungkin dia membentak sang ibu.
Jungkook hanya bisa menangis menyemunyikan wajahnya di dada sang kakak, sungguh ia tidak sengaja. Ia tidak tahu tentang hal itu.
"Yoongi apa kau tahu? adik mu yang bisu ini baru saja memberikan susu kedelai pada ibu. Kau tahu kan kalau ibu, alergi susu kedelai. Hei Jungkook, apa kau ingin membunuh ibumu iya?"
"Cukup!! Ibu... cukup.. jangan lakukan hal ini pada Jungkook. Aku yakin dia tidak sengaja, mungkin dia hanya kurang hati-hati."
"Yoongi kenapa kau membelanya? Apa kau tahu? dia hampir saja membunuhku."
"Ibu kumohon, ibu. Jangan menyalahkan Jungkook, pasti ini semua ada kekeliruan."
Suga berusaha menyakinkan sang ibu, tak lupa ia menahan kekecewaan dan kesal terhadap sang ibu yang telah melakukan hal yang sangat kejam pada adiknya.
"Terserah kau saja Yoongi, kau dan ayahmu sama saja, berpihak pada anak sialan ini." ucap Soo Rin dengan penuh emosi, tak lupa telunjuknya menunjuk ke arah Jungkook.
Jungkook hanya bisa menangis dengan tubuh bergetar, merasa takut pada ibunya. Ia tak menyangka ibunya tega melakukan hal itu semua pada dirinya.
"Ibu... kenapa ibu tega?" ucap Suga lirih, yang kini masih setia dengan posisi memeluk Jungkook.
"Tuan..." ucap bibi Lee menundukan kepalanya.
Suga menoleh ke arah bibi Lee.
"Sebenarnya ini salah saya, karena tidak menaruh susu itu dengan benar. Seharusnya susu yang boleh di minum nyonya aku taruh di kulkas, tapi... bibi teledor menaruh susu kedelai kesukaan tuan muda Tae Hyung di kulkas, bukannya di laci meja dapur. Karena itu tuan muda Jungkook tidak sengaja mengambil susu kedelai itu di kulkas. Dan memberikannya pada nyonya." Jelas bibi Lee, bahkan terpancar jelas wajah penuh penyesalannya.
"Ne... gwenchana bibi, aku mengerti. Lebih baik bibi kembali ke dapur, nanti biar saya menjelaskan semuanya pada ibu." Ucap Suga dengan senyumnya.
"Terima kasih tuan muda, maafkan bibi tuan..."
Dengan segera bibi Lee kembali masuk ke dalam dapur, melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
Suga mengusap lembut punggung sang adik, namun ada yang aneh...
"Jungkook?"
Suga memanggil adiknya dengan rasa khawatir, lantaran ia tidak merasakan pergerakan sang adik.
"Jungkook?" panggil Suga kembali. Bahkan ia tidak merasakan tangan Jungkook yang memeluknya erat.
"Jungkook? Kau kenapa? Jungkook?"
Suga mulai panik bahkan ia mengguncang-guncangkah tubuh adinya yang tak sadarkan diri dari pelukannya.
Karena khawatir dengan keadaan Jungkook yang tak sadarkan diri, dengan segera Suga membopong tubuh kurus adiknya.
"Jungkook, kumohon jangan buat kakak takut.." dengan panik luar biasa, Suga membawa Jungkook ke dalam mobilnya. Hendak membawa adiknya ke rumah sakit. Ia takut terjadi sesuatu pada adiknya.
Dengan hati-hati Suga mendudukan Jungkook di dalam mobilnya, dan memasang sabuk pengaman di tubuh adiknya. Terlihat raut khawatir di wajah tampannya. Dengan segera ia duduk di bangku supirnya, dan menghidupkan mobilnya, namun....
Tes...
Tes...
Tes...
"Ah... kenapa darah sialan ini keluar, di saat seperti ini?" runtuk Suga.
Baru saja ia hendak menjalankan mobilnya, mimisannya kambuh kembali. Dengan segera ia mengambil tisu dalam laci mobilnya.
"Aishh... kenapa belum berhenti?"
Dengan kesal Suga memasukan tisu itu ke dalam lubang hidungnya, mendongakan kepalanya. Memijat tengkuk lehernya berharap darah berhenti keluar.
Berkali-kali ia mengganti tisu itu, berharap darah berhenti keluar dari lubang hidungnya.
Tiga menit berlalu, Suga dapat bernafas lega. karena akhirnya mimisan itu berhenti. Dengan segera ia membuang tisu yang sudah kotor dengan darah dari hidungnya dan memasukannya ke dalam plastik yang sudah ia sediakan.
"Jungkook, kuharap kau baik-baik saja." Ucap Suga yang kini memegang setir mobilnya, melajukan mobilnya menuju ke rumah sakit terdekat. Terlihat raut wajah khawatir sang kakak kepada adiknya.
..........
Sebuah kelopak mata bergerak, membuat seorang namja yang sudah menunggunya dengan raut khawatir datang menghampiri namja manis yang terbaring lemah.
"Jungkook? Kau sudah sadar?" tanya Suga dengan raut bahagianya yang terpancar di wajah tampannya.
Sesekali Jungkook mengedipkan kelopak matanya, seperti seorang anak kecil yang baru bangun dari tidur siangnya.
Jungkook sedikit terkejut melihat sekeliling.
"Kakak, dimana aku?" Jungkook menggerakan tangannya, membuat isyarat pada sang kakak.
Suga tersenyum, mengusap rambut hitam adiknya dengan lembut.
"Kau ada di rumah sakit, dik..."
Jungkook hanya diam, menatap ke arah sang kakak. Dia tidak tahu apa yang terjadi dengannya, yang ia ingat terakhir kali saat ibunya mencekiknya. Dia ingat tubuhnya bergetar ketakutan di pelukan sang kakak.
Suga, mengulas senyum tipisnya. Namun senyum kesedihan yang terlihat. Ia sedih melihat adinya seperti ini, terbaring lagi di tempat yang paling ia benci 'Rumah Sakit.'
Mengingat Jungkook tak sadarkan diri, membuat Suga menjadi gila setengah mati. Saat dalam perjalanan menuju ke rumah sakit pun ia merasa tidak tenang, nyaris saja ia mengalami kecelakaan. Untungnya Tuhan masih menyayangi mereka berdua.
"Kakak, Jungkook ngantuk." Jungkook menggerakan tangan nya kembali.
Suga tersenyum, ia merasa gemas dengan tingkah adik kesayangannya itu.
"Ne... tidurlah."
Jungkook menggelengkan kepalanya.
"Kenapa? Katanya kau ngantuk?" Suga merasa heran dengan tingkah adiknya.
Jungkook mengulas senyumnya, senyum kelincinya. Tak lama ia menggerakan tangannya.
"Nyanyikan untuk ku, agar aku bisa tidur..."
Suga terkekeh, ia tak menyangka adiknya bersikap sangat manja padanya saat ini.
"Kakak tidak bisa menyanyi, Jungkook."
Jungkook mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil yang tengah merajuk pada ibunya, membuat wajah manisnya menjadi gemas saat melihatnya.
"Aigoo... adik ku tengah merajuk rupanya."
Suga mengulas senyumnya, tak lama ia menarik nafasnya. Berdehem untuk menghilangkan serak di tenggorokannya. Jungkook mengulas senyumnya dengan semangat ia siap mendengarkan suara sang kakak.
(Hai aku Cuma ambil lirik lagu nya Avanged Safenfold yang 'Dear God' tapi hanya setengah .Entah kenapa author cocok ajjah makai lagu ini. bayangin ajjah kalau yang nyanyi abang Suga. Kalau yang punya lagunya bisa denger sendiri di hp kalian ^_^)
A lonely road, crossed another cold state line
Miles away from those I love purpose undefined
While I recall all the words you spoke to me
Can't help but wish that I was there
Back where I'd love to be, oh yeah
Dear God the only thing I ask of you is
To hold her when I'm not around
When I'm much too far away
We all need that person who can be true to you
But I left her when I found her
And now I wish I'd stayed
'Cause I'm lonely and I'm tired
I'm missing you again oh no
Once again
There's nothing here for me on this barren road
There's no one here while the city sleeps
And all the shops are closed
Can't help but think of the times I've had with you
Pictures and some memories will have to help me through, oh yeah
Dear God the only thing I ask of you is
To hold her when I'm not around
When I'm much too far away
We all need that person who can be true to you
I left her when I found her
And now I wish I'd stayed
'Cause I'm lonely and I'm tired
I'm missing you again oh no
Once again
Dan ini terjemahannya...
Jalan yang senyap melintasi batas antar negara yang dingin
Jauh dari orang-orang yang kucinta, terasa sulit kutemukan tujuan hidup ini
Saat kuingat semua kata-katamu kepadaku
Tak ada yang kuinginkan selain berada di sana
Kembali ke tempat yang kusuka dulu, oh yeah
Tuhan, satu-satunya yang kupinta dari-Mu adalah,
Tolong dekap dia saat aku tak di sisinya, saat aku sangat jauh darinya
Kita semua butuh seseorang yang bisa jujur pada kita
Tapi saat kutemukan hal itu dalam dirinya, dia malah kutinggalkan
Dan kini kuberharap tetap berada di sana
Karena aku kesepian dan aku lelah
Aku merindukanmu lagi, oh tidak..
Sekali lagi
Tak ada apa-apa lagi bagiku di jalan yang gersang ini
Tak ada orang lagi di sini, saat seisi kota terlelap dan semua toko telah ditutup
Aku selalu terkenang saat-saat kita masih bersama
Gambaran dan kenangan pasti akan membuatku bertahan, oh yeah
Tuhan, satu-satunya yang kupinta dari-Mu adalah,
Tolong dekap dia saat aku tak di sisinya, saat aku sangat jauh darinya
Kita semua butuh seseorang yang bisa jujur pada kita
Tapi saat kutemukan hal itu dalam dirinya, dia malah kutinggalkan
Dan kini kuberharap tetap berada di sana
Karena aku kesepian dan aku lelah
Aku merindukanmu lagi, oh tidak..
Sekali lagi
http://musikdanlyrics.blogspot.co.id/2013/06/lirik-lagu-dear-god-avenged-sevenfold.html
Hanya beberapa menit saja, suara merdu sang kakak membuat wajah namja manis itu lelap dalam tidurnya. Suga mengulas senyumnya, membelai rambut adik nya dengan sayang. Suga juga tidak tahu kenapa dia menyanyi lagu itu, ya... lagu yang ia sukai dan yang selalu ia dengarkan setiap waktu.
"Kakak, menyayangimu Jungkook." Batin Suga, menatap wajah damai sang adik yang tengah terlelap. Karena suara nya.
"Akhhhh..... shhhh..."
Suga meringis kesakitan, tak lupa ia memegang perut nya, merasakan nyeri yang luar biasa. Dengan susah payah ia menahan erangan kesakitan yang keluar dari mulutnya. Ia tidak ingin mengganggu tidur sang adik.
Rasa sakit yang mendera di perutnya semakin menjadi, dengan segera ia keluar takut membangungkan sang adik. Dengan langkah sempoyongan Suga berjalan menutup pintunya pelan. Bersandar di lorong rumah sakit yang cukup sepi, ia semakin menggigit bibir bawahnya.
"Akhh... kenapa sakit sekali?"
Suga tidak tahu kenapa perutnya bisa sesakit ini, padahal ia tidak makan yang aneh-aneh. Dengan segera ia merogoh sakunya mengambil sebuah obat yang ia beli. Kebetulan ia membeli obat sakit perut, obat yang ia beli kemarin saat perutnya juga merasa sakit.
Dengan segera ia menelan obat itu tanpa meminum airnya, berharap rasa sakit segera hilang.
Tak lama....
Suga dapat bernafas lega, karena rasa sakit di perutnya berkurang. Kini ia duduk di bangku lorong rumah sakit. Memandang ke bawah lantai.
"Ada apa dengan ku? Kenapa perutku sering sakit? Dan kenapa aku sering mimisan?"
Kini Suga bertanya pada batinnya. Tak lama ia menggelengkan kepalanya....
"Apakah aku kelelahan ya? Ah.. mungkin saja. Apalagi aku kurang istirahat akhir-akhir ini."
Suga berusaha positif thingking, yakin kalau dirinya hanya kelelahan, mengingat kesibukannya dengan tugas sekolah, juga tugas ia untuk menjaga Jungkook.
Namun, kini hatinya merasa tidak tenang mengingat di mana sang ibu melakukan hal buruk pada anaknya. Ia takut, saat ia tidak ada di dekat Jungkook ibunya akan melakukan hal yang lebih buruk lagi.
Suga menghela nafasnya, menutup matanya.
"Tuhan... ku mohon, lindungilah Jungkook, adik ku karena aku menyayanginya." Doa Suga dalam hati. Menundukan kepalanya pasrah.
.................
(Flashback **** ON)
"Kak Suga?"
"Ne, ada apa Tae?"
"Kakak, Tae ingin membuat permainan."
"Permainan apa?"
Tae Hyung kecil mengulas senyumnya, menatap ke arah sang kakak pertamanya.
"Ayo kita cari nama untuk adik... "
"Apa?"
"Iya kak, ayo..." rengek Tae, menarik tangan kakaknya dengan manja.
Suga tersenyum dan mengulas surai rambut adiknya.
"Lalu, apa hadiahnya?"
Tae Hyung tersenyum, menampakan deretan giginya.
"Nanti Tae kasih mainan Tae kalau kakak yang menang."
"Benarkah, aku boleh memilikinya?"
"Ehem..." ucap Tae Hyung penuh semangat.
"Baik, tapi kalau kakak yang kalah. Kakak akan membelikan mu apa yang kamu mau."
"Benarkah, kak? Benarkah?" tanya Tae penuh antusias, bahkan ia tersenyum girang.
"Ne... kakak janji." Ucap Suga, tak lupa mengusap rambut adiknya.
"Oke, kalau begitu Tae akan cari nama yang bagus, biar di pakai adik..."
"Hahaha oke, kakak juga. Kita buktikan nama mana yang akan di pakai adik saat lahir."
Kini Suga berjongkok hendak menggendong sang adik, dengan senang hati Tae Hyung naik ke punggung sang kakak. Canda dan tawa terlihat di wajah mereka, ya... canda dan tawa antara kakak dan adik.
(Flashback **** OFF)
...............
"Ck...."
Dengan asal Tae Hyung membuang sebuah mainan mobil-mobilan berwarna hitamnya, mainan yang tak sengaja ia temukan di bawah tempat tidurnya.
Mainan mobil-mobilan pemberian sang kakak pertama, Suga. Karena berhasil memberikan nama yang terbaik untuk sang adik.
"Heh, aku menyesal memenangkan permainan bodoh itu, aku juga menyesal mengusulkan nama itu..." ucap Tae Hyung dengan wajah dingin nya. Menatap ke arah mainan mobil nya yang sudah rusak akibat perbuatannya.
"Sampai kapanpun, aku tidak akan memanggil namamu. Cukup bisu saja sudah bagus untukmu, ya... cukup bagus. Karena aku tidak rela memberikan nama itu untuk mu, bisu!!" batin Tae Hyung.
Drttt....drttt...drtttt
Dering telefon berbunyi, membuat si pemilik segera merogoh sakunya. Mambaca siapa yang menghubunginya dari layar ponselnya.
"Ya... Halo?"
"..."
"Ah... ne tunggu di sana, aku akan segera menyusul mu Jin."
"..."
Dengan segera Tae Hyung menutup telfonnya, senyum terulas di wajah tampannya. Mendengar kabar baik dari sahabatnya. Kabar sangat baik malah...
"Kim Sohyun..." ucap Tae dengan senyum nya.
..........
Tbc...
hai semua author kembali dengan chap ini, semoga kalian suka. dan gak tambah aneh ya hahahaha....
oh ya nih chap aku dapet inspirasi saat dengerin lagunya, Avanged safenfold yang dear good. tiba-tiba ajjah nih ide nongol kaya jin saat mendengar lagu ini...
oh ya harap dimaklum kalau banyak typo, makin gaje atau apalah...
gomawo untuk vomment kalian selama ini, vomment kalian adalah semangat saya. ^_^
oh ya jangan lupa vommentnya ya, biar author semangat dan cepat updetenya...
bye, sampai jumpa... reader's kece...
salam cinta untuk kalian... :)
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro