Butterfly sad (chapter 18)
"Kakak kau bilang aku adalah kupu-kupu, apakah itu benar kak? Kakak bilang kalau aku akan membawa kebahagian pada setiap orang. Kakak selalu bilang, aku adalah kupu-kupu yang cantik, yang bahkan setiap orang tidak memilikinya. Apakah itu benar? Kakak selalu bilang kalau aku istimewa, lebih tepatnya kupu-kupu yang istimewa. Awalnya aku tidak percaya kak, tapi kakak selalu mengatakannya dengan mantab dan aku mempercayainya, aku merasa diriku adalah kupu-kupu yang baik. Aku selalu bersikap baik pada siapapun, aku selalu tersenyum, dan aku tak sedikitpun menyimpan dendam pada siapapun. Tapi... kenapa kak? Dunia kejam padaku, hanya kekuranganku. Apakah aku kupu-kupu yang cacat, cantik dari luar tapi rusak di dalam... aku sadar kak, aku sangat sadar akan kekuranganku.... kakak, apakah aku pantas dibenci?"
-Jeon Jungkook-
.................
(Flashback **** ON)
2015
"Jungkook... jangan buka matamu dulu...."
Namja tampan dengan mata sipitnya juga sweater hitam di lehernya kini tengah menutupi kelopak mata adiknya dengan kedua tangannya, menuntun adiknya berjalan dari belakang. Sementara Jungkook berjalan sesuai aba-aba sang kakak. Kini keduanya berjalan di halaman belakang yang tertutupi salju, disana ada sesuatu yang sudah disiapkan jauh-jauh hari sebelumnya.....
"Jungkook, bentar ya jangan buka matamu sampai kakak menyuruhmu..."
Jungkook mengangguk dan tetap menutup matanya, mengikuti aba-aba sang kakak. Dengan sabar Jungkook tetap setia dengan posisinya, namun jujur dalam benaknya dia penasaran dengan apa yang akan ditunjukan kakaknya.
Hingga beberapa menit kemudian, suara namja tampan bermata sipit itu terdengar menyuruh namja yang sedari tadi menutup matanya untuk membuka. Perlahan kelopak namja tampan itu membuka, awalnya penglihatannya buram namun Jungkook mengedipkan perlahan kelopaknya....
Hingga...
Jungkook membulatkan matanya, dengan mulut sedikit menganga. Ketika melihat hal menakjubkan di depannya, diedarkan pandangannya Jungkook melihat banyak bunga, ilalang, dan pohon buatan, oh jangan lupa ada pohon bunga sakura buatan dan beberapa bunga buatan lainnya. Jungkook mengulas senyumnya ia menutup mulutnya merasa terharu,ia tak akan menyangka akan mendapat kejutan seperti ini. kejutan yang tak terduga, padahal hari ini bukan ulang tahunnya. Kini ia melihat kakaknya yang tersenyum kepadanya dan membenarkan topi favoritnya.
'Ini apa kak?' tanya Jungkook dengan isyaratnya.
"Musim semi..." ucap Suga santai tak lupa dengan senyum yang ia arahkan ke arah adiknya.
Jungkook menggerakan kepalanya ke kanan tak lupa wajah penuh tanya, yang justru memberi kesan imut pada siapapun yang melihatnya. Saat mendengar ucapan kakaknya, Jungkook mengedarkan pandangannya yang ia lihat hanyalah salju, dan hawa dingin. Dan juga hal-hal yang disiapkan sang kakak.
Karena Jungkook sibuk dengan pikirannya sendiri, tanpa sadar ada sesuatu yang hangat melingkari lehernya. Dan itu ternyata sang kakak yang memasang rajutan syal berwarna putih di leher sang adik.
"Aigoo, Jungkook kenapa kau tidak memakai syalmu? Apa kau mau sakit hem?"
Jungkook hanya menatap datar ke arah sang kakak, dan memberikan tatapan seakan-akan mempunyai makna 'kakak aku masih bingung, tolong jelaskan semua ini...'
Suga mengulas senyumnya dan mengusap rambut hitam sang adik membuat rambut hitam Jungkook yang tadinya rapi harus berantakan karena ulah kakaknya. Sehingga Jungkook mempoutkan bibirnya melihat wajah imut adiknya membuat Suga terkekeh dan merasa gemas dengan adiknya, hingga... tanganya menarik pipi tembem sang adik membuat Jungkook menampakan ekspresi kesakitannya.
Jungkook merasa kesal dan malah berpura-pura merajuk dan melipat lengannya tak lupa mengembungkan pipinya. Suga malah merasa semakin gemas, ia tak akan menyangka si bungsu akan begitu menggemaskan. Bahkan Tae kalah menggemaskan dengannya.
"Jungkook, apa kau tahu kakak sengaja membuatkan semua ini untukmu.... karena kakak tahu kau sangat suka musim semi. Dan kau tahu kan kalau tepat di musim semi besok kakak akan kemah selama seminggu, karena kakak tidak mau membuatmu kecewa di musim semi mendatang, makanya kakak membuatkan musim semi buatan untukmu, ya... walaupun hasilnya belum maksimal, tapi hehehe hanya ini yang bisa kakak lakukan..." Suga tersenyum dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Jungkook yang tadinya berpura-pura merajuk kini mengembangkan senyum manisnya menatap sang kakak, tak lama tangannya bergerak.
'Apa kakak, membuat semua ini sendirian?' tanya Jungkook dengan isyaratnya.
Suga hanya tersenyum gaje, dan malah menggaruk tengkuknya kembali.
Jungkook menampakan wajah sedikit kesal dan menggerakan tangannya kembali,
'Kakak, senyummu bukan jawaban...'
Suga tersenyum menampilkan deretan giginya dan ada sedikit semu merah di pipinya.
"Sebenarnya nggak juga sih, kakak memaksa seseorang..."
Jungkook mengangkat sebelah alisnya... menandakan siapakah orang yang dimaksud kakak pertamanya.
"KAKAK!!! AKU TARUH POT INI DIMANA, BERAT TAHU!!? KAKAK KEMANA SAJA SIH, KA-"
Tiba-tiba seorang namja tampan yang masih duduk di bangku kelas tiga SMA itu menghentikan teriakannya saat menyadari keberadaan Jungkook. Taehyung menatap tajam ke arah Jungkook yang justru, Jungkook menundukan kepalanya. Ya... Jungkook takut dengan tatapan sang kakak. Dan suasana menjadi tegang.
"Taehyung, bisa tidak sih kalau bicara jangan berteriak, bagaimana kalau salju di atas atap rumah kita jatuh karena suaramu... bisa-bisa kau tertimbun..." ucap Suga, yang berusaha mencairkan suasana yang sempat menegang.
Taehyung mengalihkan pandangannya ke arah sang kakak, dan menaruh pot tepat di bawahnya. Kini ia berkacak pinggang di depan sang kakak.
"Kakak, bagaimana aku tidak berteriak.... kakak memaksaku membawa ini itu, dan menanam ini itu, apa kakak tahu aku lelah tahu!!!"
"Aishhh.... kau ini adik yang banyak mengeluh lagi pula tugasmu kan tidak berat hanya mengangkut dan menanam. Kalau kakak banyak harus mendesain, memesan dan juga mengatur posisi, lagi pula kakak juga membantu tugasmu,tugas kakak lebih berat tahu??!"
Taehyung terdiam menampakan wajah kesalnya, mengembungkan pipinya menatap kesal ke arah sang kakak. Memang benar sih apa yang dikatakan kakaknya, tugasnya tidaklah seberat tugas kakaknya. Jika saja ia tidak mempunyai tugas sekolah yang membebaninya, mana sudi ia akan menuruti kakaknya membuat hal gila seperti ini. membaut musim semi rekayasa di musim bersalju musim favoritnya seperti sekarang.Apalagi untuk adik yang ia benci....
"Ayo cepat Taehyung letakan pot itu, di pojok!!!" Suga mengacungkan telunjuknya di salah satu pojok pagar.
Taehyung hanya diam menunjukan wajah kesalnya dan masih mengembungkan pipinya. Dalam hatinya Suga terkekeh kalau dilihat-lihat Tae sangat mirip dengan Jungkook jika sedang mengembungkan pipinya, 'menggemaskan' ya walau masih menggemaskan, adik ketiganya.
"Taehyung, apa kau ingat kata-kata keramat kakak. Kalau kau tidak mau membantu kakak, kakak jamin tugas musikmu akan dapat nol besar, dan kau tidak akan lulus..." Suga mulai mengancam tak lupa dengan kedua alis yang ia naikan dan turunkan.
"Kakak..." rengek Taehyung.
"Terserah, besok kau tinggal bilang maaf bu lagunya belum jadi, bisakah ibu tidak meluluskan saya tahun ini, gampang kan???" ucap Suga dengan enteng tak lupa dengan smirk.
Taehyung mendengus kesal, bahkan mulutnya sempat membuka hendak mengeluarkan protesnya, namun ia urungkan niat itu. Suga tersenyum kemenangan ketika melihat adiknya kalah, lebih tepatnya sang adik mulai tunduk dengan perintahnya. Jarang-jarang sekali Tae tunduk dengan perintahnya kecuali jika ada maunya, seperti sekarang.
Beberapa hari yang lalu Tae mendapatkan tugas rumah untuk membuat sebuah lagu dengan tema bebas, untuk tugas akhir kelulusannya. Karena Taehyung mempunyai kakak yang cukup pandai membuat lagu, dengan semangat 2015 Taehyung meminta pada sang kakak untuk membuatkannya. Namun, ternyata tidak semudah yang ia pikirkan, ternyata kakak pertamanya tidak kalah cerdas, lebih tepatnya licik....
Ya... Suga akan membuatkan tugas akhir adik keduanya asalkan Taehyung mau membantunya membuatkan musim semi buatan, dan menuruti apa yang dikatakan sang kakak selama proses pembuatan musim semi rekayasa itu. Awalnya Taehyung menolak, bahkan ia tak sudi membuat hal gila itu untuk adik yang tak ia anggap, bahkan tak akan pernah ia anggap.
Maka mau tidak mau, ikhlas tidak ikhlas Taehyung harus mau menuruti perintah kakaknya. Agar tugas sekolahnya bisa selesai.
Dengan wajah kesal Taehyung mengangkat pot yang berukuran cukup besar itu, namun...
"Kenapa kau membantuku, hah?" Taehyung meninggikan suaranya, saat adiknya Jungkook membantunya mengangkat pot itu.
"Taehyung....!"
Taehyung menoleh saat Suga menekuk lengannya dan menatap tajam ke arahnya. Taehyung menghela nafasnya ia tahu, kakaknya mengancamnya. Jungkook mengulas senyum tipisnya dan membantu kakaknya membawa potnya.
........
"hahaha Jungkook, kau lucu dik... ada salju di rambutmu..."
Suga melempar bola salju ke arah adiknya dan mengulas senyumnya gelak tawa dan keriuahn terdengar dan terasa di sana.
Jungkook tersenyum dan membalas lemparan sang kakak. Hati Jungkook merasa bahagia saat ini bermain dan mendapatkan kejutan yang tak terduga dari sang kakak. Keceriaan dan kebahagiaan terasa di antara mereka, namun dari balik jendela rumah seorang namja tampan menatap keduanya dengan kebencian. Ah... bukan namun hanya satu orang yang ia tatap dengan penuh emosi yang menggebu dan kebencian. Dan selamanya akan begitu, hatinya tak akan pernah sayang dan akan tetap menyimpan benci itu untuk adiknya yang tak dapat bicara, bahkan ia akan selalu benci...
"Aku benci melihatmu tertawa, bisu..."
(Flashback **** OFF)
....................
2017
Angin berhembus menerbangkan daun yang berguguran. Seakan membawa pesan dari dua namja yang duduk di bangku taman rumah sakit yang masih setia dengan posisinya, Jungkook dengan duduk tegapnya membiarkan bahunya digunakan sang kakak sebagai tempat bersandar. Bahkan ia tak keberatan asal kakaknya nyaman, ia rela.
Hingga tanpa diketahui Jungkook, kelopak namja yang bersandar pada bahunya semakin berat. Berkali-kali kelopak itu ingin menutup, berkali-kali juga si pemilik kelopak membuka matanya, ia ingin masih melihat bersama sang adik. Tapi, kepalanya sakit nyeri pada perut yang ia tahan semakin sakit, Suga tak mampu mengeluarkan suaranya tubuhnya semakin lemas. Kelopak itu makin berat, penglihatan Suga makin buram, hingga akhirnya kelopak itu menutup kelopak itu merasa lelah membuka....
Jungkook menitikan air matanya, menahan isak dalam hatinya membiarkan sang kakak bersandar pada bahunya. Ia takut menoleh, ia takut melihat wajah sang kakak saat ini, entah kenapa hatinya takut... bersamaan dengan itu, tangan Suga yang sedari tadi memegang erat daun kering tadi, mulai melemas hingga...
....
Daun itu jatuh ke tanah....
Bersamaan dengan itu, Jungkook dapat mendengar suara berat dan lirih dari sang kakak... bahkan kelopaknya telah menutup sempurna.
"Jungkook, kakak menyayangimu...."
Tes...
Tes...
Tes...
Air mata itu jatuh kembali dari kelopak Jungkook, namja tampan itu tak mampu membendung isakannya. Tubuhnya bergetar, Jungkook menundukan kepalanya menutup matanya ia tak mampu melihat wajah sang kakak, Jungkook takut.... takut melihat kakaknya yang menutupkan kelopak matanya. tubuh Jungkook semakin bergetar, membuat bahunya bergerak sehingga.
Brukkkk...
Kepala Suga jatuh tepat di paha sang adik, tubuhnya tak bergerak. Tubuhnya kaku, wajah dan bibirnya memucat. Air mata Jungkook jatuh tepat di pipi Suga yang telah munutup kelopaknya.
"Kakak, jangan bercanda kak... tolong bangun hiksss hiksssss... kakak... hikkssss..."
Jungkook mengguncang-guncang tubuh sang kakak, bahkan ia melihat wajah kakaknya yang memucat dari bawah air matanya turun dengan deras. Saat kakaknya enggan membuka matanya apalagi meresponnya. Jungkook terus mengguncang-guncangkan tubuh sang kakak dan air matanya makin deras menetas.
"Kakak kenapa kakak jahat pada Jungkook? hiksss.... hiksss...kenapa kakak meninggalkan Jungkook, hikkksss... apa kakak tidak menyayangiku lagi hiksss... kumohon kak hikkksss... kakak jangan menutup matamu hiksssss... kakak... kakak... kum hikkksss... kumohon hikkksss...." Jungkook berteriak dalam hatinya.
Greppp...
Jungkook memeluk kepala kakaknya, membuka mulutnya berteriak memanggil nama kakaknya Suga, meski suaranya enggan keluar, air mata Jungkook keluar dengan deras mendekap tubuh kakaknya yang kaku dalam pelukannya. Jungkook dapat merasakan wajah sang kakak yang mulai mendingin, Jungkook menggeleng-gelengkan kepalanya. Meminta sang kakak untuk jangan bercanda padanya.
"Kakak, Kakak bercanda kan? Hiksss... aku tahu kakak bercanda... hikksss... kakak kumohon hiksss.. kenapa kakak membuatku menangis... hikkssss..." Lagi-lagi hatinya yang berbicara.
Jungkook mendekap erat tubuh sang kakak, isakan dan tubuh bergetarnya sangat terlihat. Berkali-kali dalam hatinya menyebut nama kakaknya yang kini ia dekap. Dengan segera Jungkook mengusap kasar air matanya, dengan segera ia menggendong tubuh tak bernyawa itu dalam gendongannya.
Jungkook berlari melewati lorong rumah sakit, air mata jatuh dari pelupuknya. Berkali-kali dalam hatinya ia memanggil nama sang kakak yang ia gendong di punggungnya. Banyak tatapan heran sekaligus iba melihat Jungkook yang lari tergopoh-gopoh membawa tubuh namja tak bernyawa itu. Jungkook terus berlari membawa sang kakak ke dalam ruang perawatan air mata terus berjatuhan, beban berat di punggungnya tak ia rasa. Yang terpenting baginya sang kakak baik-baik saja.
"Kakak tenang ya... kakak tidak akan tidur kan? Kakak akan bangun kan? Tenang kak... kita akan sampai di ruang perawatan... dan kakak akan bangun..."
Jungkook bermonolog dalam hatinya, kakinya terus berlari melewati lorong rumah sakit itu. air mata semakin deras, kakinya terus berlari. Namja tampan ini ingin segera sampai di ruang perawatan sang kakak, dalam hatinya ia berharap jika kakaknya di bawa ke ruangan kakaknya akan bangun, namun...
Brukkk.....
Beberapa orang menoleh ke sumber suara itu.
Jungkook merasa sakit di tubuhnya saat ia jatuh tersungkur, sakit dan perih di lutut ia rasakan. Tapi kedua bola matanya membulat saat ia melihat tubuh kakaknya yang tergeletak yang jatuh dari gendongannya. Dengan segera Jungkook mendekati kakaknya, dan menyentuh wajah sang kakak.
"Oh... tidak!? Apa yang aku lakukan, kakak... apakah sakit? Maafkan Jungkook kak..."
Dengan segera Jungkook merangkul tubuh sang kakak, mengangkat tubuh sang kakak dalam rangkulannya. Namun....
Brukkk...
Jungkook gagal justru lututnya kembali menyentuh lantai rumah sakit, tubuh Suga kembali tergeletak di atas lantai. Jungkook menyentuh tubuh kakaknya yang sudah tak bernyawa, kembali ia guncang-guncangkan tubuh tak bergerak itu. Jungkook menitikan air matanya, entah sudah berapa banyak air mata yang ia keluarkan sehingga kelopaknya sembab. Mulutnya membuka, mencoba mengeluarkan suara yang mustahil tidak akan terjadi.
"Kakak... hikkssss... kumohon kak hiksss... kakak, jangan pergi hikksss... kenapa kakak jahat pada jungkook hikksss... kenapa kakak, tidur? Hikksss... aku tidak suka kakak tidur hikksss... kumohon kakak hikkksss.. kakak, apa kakak membuat mataku sembab hikkss... kumohon kakak... ayo buka matamu, kakak... hikksss..."
Jungkook berteriak dalam hatinya, beberapa pasien dan pengunjung menatap iba ke arah Jungkook, yang berusaha membangunkan seseorang yang terbaring tak bernyawa di atas lantai. Air mata terus keluar dari kelopaknya, tak ia pedulikan jika air matanya kering. Jika itu membuat kakaknya bangun dari tidurnya.
Hingga....
Brukkk....
"JUNGKOOK!!!"
Jungkook jatuh tak sadarkan diri di samping sang kakak, bersamaan dengan hal itu terdengar teriakan seorang gadis yang memanggil namanya. Dan gadis itu adalah Kim Sohyun.
................................
................................
Hari berikutnya...
Brukkkk.....
"KELUAR KAU BISU, AKU BILANG KELUAR!!!"
Terdengar suara makian dari seorang wanita paruh baya, yang memakai pakaian hitamnya. Setelah dengan teganya ia mendorong tubuh anak ketiganya hingga jatuh tersungkur di atas lantai, air mata jatuh dari pelupuk namja dengan wajah manisnya itu. bahkan rasa sakit ditubuhnya karena dorongan sang ibu ia rasakan.
"SOO RIN, APA YANG KAU LAKUKAN!!!"
Suara Jung Myun menggema dalam ruangan itu, tak lupa ia membantu sang anak berdiri dan memeluk Jungkook yang terisak dalam pelukan sang ayah.
"DASAR ANAK SIALAN HIKKSSS... AKU BENAR-BENAR MENYESAL, TELAH MEMBIARKANMU HIDUP, KAU SIALAN, SIALAN !!!!" Soo Rin berteriak kesetanan tak lupa dengan isakannya. Bahkan tubuhnya hampir jatuh lemas jika saja anak keduanya Taehyung tidak menangkapnya.
Jungkook merasakan sakit itu kembali dalam hatinya, tapi hatinya jauh lebih sakit mendengar caci maki sang ibu. Di saat seorang ibu memberikan penuturan halus juga lembut pada semua anaknya, tapi Jungkook mendapat caci maki dan juga hinaan dari sang ibu. Hati Jungkook merasa sesak, bahkan hancur seperti ditimpa beribu batu, Jungkook hanya mampu menangis dalam pelukan ayahnya.
"SOO RIN!!! SUDAH CUKUP KAU KETERLALUAN..."
Soo Rin menghapus air matanya dan menatap tajam ke arah suaminya.
"Kau bilang aku keterlaluan? Apa kau tahu Yoongi tiada karena dia, seharusnya dia tak pernah aku lahirkan dia... jika saja aku tahu tentang semua ini, lebih baik aku menggugurkanmu dari dulu..." Soo Rin berteriak bahkan jemarinya menunjuk ke arah Jungkook yang ketakutan dalam pelukan sang kakak.
"SOO RIN!!!" Jung Myun membentak sang istri apa yang diucapkan sang istri sungguh keterlaluan, ia tak akan menyangka wanita yang ia cintai dan menjadi istrinya bertahun-tahun tega mengatakan hal itu pada Jungkook, yang merupakan anak kandung mereka.
"Soo Rin, kenapa kau tega.... dia anakmu, dia bukan penjahat dia bukan orang lain kau sendiri yang melahirkannya. Dan ini semua bukan salah Jungkook, Yoongi pergi karena Tuhan menyayanginya, ini semua takdir dan kita harus menerimanya..."
Soo Rin tersenyum kecut saat suaminya malah berceramah di depannya, bahkan kini ia menatap tajam ke arah Jungkook, tatapan penuh dengan kebencian dan amarah.
"AKU TIDAK MAU MELIHAT WAJAH SIALANMU!!!"
Dengan segera, Soo Rin meninggalkan Jungkook dan suaminya. Begitu juga namja tampan dengan pakaian hitamnya siapa lagi kalau bukan Taehyung yang sedari tadi mematung di belakang ibunya melihat sang ibu murka.
Jungkook memeluk ayahnya, ia benar-benar takut melihat ibunya yang murka. Baru pertama kali ini ia sangat takut, bahkan Jung Myun memeluk sang anak. Jujur Jung Myun merasa menjadi ayah sekaligus kepala rumah tangga yang gagal melindungi anak dan keluarganya. Apalagi pria berkepala empat ini telah kehilangan anak pertamanya, rasa duka masih menyelimuti hatinya, dan kini rasa kecewa kembali menderanya melihat sang istri dengan teganya memperlakukan Jungkook lebih kasar.
Jungkook hanya mampu menangis terisak, ia berpikir kapankah ibunya berhenti membencinya. Dalam hatinya ia hanya bisa memanggil ayahnya dalam pelukannya, tubuhnya bergetar. Jungkook baru saja kehilangan sang kakak yang begitu ia sayang, air matanya belum berhenti semenjak kejadian itu, dan kini air matanya kembali jatuh saat ibunya murka dan mencaci maki dirinya seakan-akan dia dalah sampah. Jungkook menangis, menangis karena ditinggal sang kakak untuk selamanya, dan menangis karena ibunya membencinya.
Jung Myun memeluk erat tubuh anaknya, ia tidak tahu harus apa. yang bisa ia lakukan memeluk anaknya. Hingga kemeja hitam yang ia pakai basah karena air mata si bungsu.
....................
"Sohyun?" aku sedih melihat sahabatku Sohyun bersedih.
Jieun tahu apa yang ada dipikirannya saat ini, ia pasti sedang memikirkan bagaimana keadaan Jungkook. apalagi Jieun juga tahu kalau kini pastinya Jungkook sedang berduka karena ia kehilangan sang kakak. Jieun tidak menyangka Tuhan begitu cepat memiasahkan mereka berdua.
"Jieun, aku khawatir dengan Jungkook, apakah dia baik-baik saja? Melihat ia menangis di pemakaman tadi membuatku khawatir..." Sohyun mulai angkat bicara tak terasa air matanya jatuh.
Jieun mendekap tubuh sahabatnya itu, ia tahu dan sangat tahu kalau Sohyun menangisi takdir namja baik itu. Jieun tahu kalau Sohyun juga menyukai Jungkook, karena ia dapat melihat pancaran mata Sohyun.
"Jieun, aku bingung kenapa orang sebaik dia harus begitu menderita... apa kau tahu? aku melihat isyaratnya saat ia berkomunikasi dengan kakaknya terakhir kali. Apa kau tahu apa isyaratnya?" Sohyun menoleh ke arah Jieun yang kini menatap sendu ke arahnya.
"Apa...?" tanya Jieun yang kini menitikan air matanya.
"Dia tidak ingin dibenci, ia ingin dianggap ada... dia ingin, selalu bersama kakaknya..." Sohyun menitikan air matanya dan menangis dalam pelukan sang kakak. Jujur baru pertama kali ini Sohyun terharu, dengan seorang Jeon Jungkook. ia tak menyangka kehidupannya begitu rumit.
"Aku pikir hikksss.... hidupnya baik-baik saja Jieun hikkssss... tapi, ternyata dia menderita...hiksss dan sekarang dia harus menderita..."
Jieun memeluk erat tubuh Sohyun yang terisak dalam pelukannya, ia sangat tahu dan paham apa yang dimaksud Sohyun.
"Sohyun, aku tahu bagaimana kehilangan seorang saudara aku juga pernah merasakannya. Dan rasanya sangat sedih dan sakit.... aku tahu kalau kau menyukai Jungkook kan? Makanya kau seperti ini, tapi percayalah kalau Jungkook orang yang kuat, karena aku yakin. Kita tidak tahu seberapa besar penderitaannya, tapi percayalah Jungkook akan baik-baik saja..." Jieun mengulas senyumnya, bahkan air matanya juga menetes.
"Tapi kenapa? Orang baik seperti dia harus menerima seperti ini, dia juga manusia Jieun hikksss..." Sohyun terisak entah kenapa dia juga ikut menangis, menangisi namja yang telah membuat ia mengenal namanya jatuh cinta, dan ia akui itu.
Jieun mengulas senyumnya, dan menutup matanya membuat setetes air mata jatuh dari kelopaknya.
"Karena Tuhan menyayanginya, mungkin Tuhan sedang memberikan cobaan padanya, untuk melihat sampai mana hambanya kuat..."
Sohyun melepaskan pelukannya, terlihat kelopak sembab di wajah cantiknya.
"Tapi ini semua tidak adil Jieun, dia sudah menderita, apalagi sekarang ia kehilangan pelindungnya, dan siapa yang akan melindunginya...?"
Jieun tersenyum ke arah Sohyun dan mengusap rambut panjang Sohyun, ia tak akan menyangka cinta Sohyun pada namja itu begitu besar, padahal mereka belum memiliki hubungan.
"Masih ada orang yang menyayanginya, termasuk kau. Bukankah kau mencintainya, aku juga menganggap Jungkook sebagai sahabatku, kita bisa membantunya. Percayalah dia orang kuat, selama masih ada orang yang menganggapnya ia tak akan merasa sendirian."
Sohyun mengulas senyumnya, saat mendengar apa yang dikatakan sahabatnya, memang benar apa yang dikatakan Jieun. Tak lama ia memeluk sahabatnya Sohyun sungguh beruntung memiliki sahabat seperti Jieun. Kini kedua sahabat itu saling berpelukan menguatkan diri mereka. Entah kenapa melihat persaudaraan Jungkook dengan kakaknya, membuat mereka ikut membuat hubungan yang kuat seperti mereka.
..................
(Taehyung **** POV)
"Apakah benar, kalau kakak pergi? Aku masih belum mempercayainya, heh... kakak bukankah kau orang kuat? Kenapa kakak meninggalkanku bahkan kakak tak mengucapkan salam perpisahan padaku..."
Kini aku berada di atas atap rumahku menikmati langit yang mulai mendung. Sudah satu jam aku disini duduk menatap langit, aku hanya bisa bermonolog sendiri.
"Kakak... apa kau membenciku? Bahkan waktu itu kau memukulku... hanya karena dia. Apa arti diriku bagimu kak... aku bahkan masih tidak percaya, kalau kakak benar-benar pergi jauh."
Tak terasa air mataku jatuh namun, tetap saja aku memasang wajah dinginku. Menatap ke atas langit. Ingatanku dengan kak Suga dulu berputar dalam otakku, bahkan ingatan yang sempat aku lupakan kembali dengan jelas dalam otakku. Ingatan dimana ia menggendongku, menyuapiku, mengajakku bermain, membantuku mengerjakan PR, ingatan saat dia merawatku ketika sakit, ingatan dimana aku bertaruh sebuah nama untuk si bisu, dan yang terakhir pertengkaran hebat itu...
Cih... sungguh memalukan, aku tidak menyangka ia akan benar-benar pergi jauh disaat hubunganku dengannya tidak baik. Dan ini semua karena dia, orang yang paling di benci ibu...
"Bisu.... aku tidak akan pernah berhenti membencimu, pantang untuk diriku menyayangimu..."
Aku menatap lurus ke depan, rasa benci dalam hatiku terhadapnya begitu kuat. Karena sampai kapanpun rasa benci ini tidak akan hilang, karena dia aku kehilangan kakakku pertamaku, kakak yang pernah menyayangiku, kak Suga. Dan aku akan selalu menyalahkannya dan selamanya akan tetap begitu.
...................
(Author **** POV)
Kini di sebuah atap gedung tepatnya berada di kota yang terkenal dengan sebutan negeri Gingseng itu, berdiri seorang namja tampan dengan kemeja coklatnya menatap langit yang mulai mendung, dia adalah Jungkook, namja tampan yang tengah diselimuti duka. karena ditinggal oleh kakaknya, kakak yang sangat ia sayangi dan kakak yang menyayanginya, Yoongi Suga.
Air mata itu kembali jatuh mengingat kenangan sang kakak, kebersamaannya bersama sang kakak membuat ia menangis karena sekarang kakak kesayangannya tak berdiri disampingnya lagi. Kini kakaknya berada jauh darinya, sehingga ia tak mampu menjangkaunya.
"Hiksss... kakak, aku merindukanmu hikksss... apakah kakak merindukanku?"
Jungkook kini membalikan badannya, menatap ke atas langit. Namun, hanya saja kini posisinya duduk bersandarkan pagar kawat di belakangnya, disinilah ia ingin menangis, disinilah ia ingin mencurahkan kesedihannya. Dan disinilah ia...
Jungkook menutup kelopak matanya yang sembab, terlihat jelas dari kantung matanya yang sedikit menghitam, karena sejak kematian kakaknya Jungkook tak dapat tidur dan terus menangisi kakaknya. Bahkan sedari tadi ia tidak mengisi perutnya yang kosong meski ayahnya mencoba membujuknya beberapa kali untuk makan.
"Kakak, Jungkook ingin ikut kakak.... disini tidak ada yang menyayangi Jungkook kak. Ibu semakin membenciku, kak Tae bahkan tak mau berbicara dan melihatku... aku kasihan dengan ayah yang selalu bertengkar dengan ibu. Dan semua ini karena aku kak...Kakak, ijinkan Jungkook ikut kakak, beri tahu Tuhan agar Jungkook boleh menyusul kakak..."
Air mata itu jatuh kembali dari pelupuknya, Jungkook tak peduli dengan kelopaknya yang semakin sembab. Bahkan ia tak peduli dengan dirinya, ia berharap Tuhan segera mencabut nyawanya memisahkan dari raganya. Jungkook tahu ini gila, disaat setiap orang ingin umurnya panjang Jungkook malah ingin sebaliknya. Ia ingin pergi bersama sang kakak, menemuinya di sana.
Bahkan Jungkook selalu ingat dengan janji kakaknya waktu itu, Jungkook mengangkat tangannya mengadah ke atas langit. Menatap langit dengan air mata yang keluar dari pelupuknya, dalam hatinyaia berdoa. Agar hujan segera turun membasahi tubuhnya, agar ia sakit dengan begitu ia bisa menyusul kakaknya.
"Kakak.... hiksss..."
Kini Jungkook sendiri, benar-benar sendiri. Di saat semua orang membencinya, kini tidak ada benteng yang membuat ia kuat, Jungkook telah kehilangan pondasinya, kehilangan penyemangatnya dan kehilangan sebuah kasih sayang kakaknya. Jungkook tidak bisa membenci Tuhan, dia juga tidak bisa membenci takdir.... karena ia yakin dan percaya kalau setiap yang hidup pasti tiada. Hanya saja Jungkook belum siap, bahkan tak akan pernah siap...
"Kakak, Jungkook adalah kupu-kupu yang benar-benar cacat sekarang ini kak..."
Satu ungkapan yang diucapkan dalam hati oleh namja berambut hitam ini. setetes demi setetes air mata kembali jatuh, Jungkook benar-benar hancur baik fisik maupun rohani. Ia sadar kalau kini ia sendiri, ia sadar. Dan selamanya akan begitu karena ia adalah si bisu, si bisu yang dibenci oleh ibu dan kakak keduanya Taehyung.
Hari ini adalah hari paling kelam dan pukulan bagi Jungkook, disaat dia kehilangan orang yang begitu menyayanginya sepenuh hati. Orang yang meninggalkannya begitu jauh, dan tak dapat ia jangkau. Jungkook tidak tahu dan tak ingin tahu apa yang akan terjadi esok, apakah dia akan mendapat perlakuan kasar dan hina dari ibu dan kakak keduanya. Apakah ia akan mendapatkan pelukan dan kekuatan seperti biasanya, apakah ada orang yang mau atau peduli menampung air matanya, apakah ada orang yang akan melindunginya di saat ia tersakiti? Jungkook tidak tahu, karena hanya Tuhan yang tahu.
Kini Jungkook berbaring di atas atap yang cukup hangat karena panas matahari yang tadinya menyengat berkurang karena mendung yang menutupinya. Jungkook memeluk dirinya sendiri dengan posisi tubuh berbaring yang menghadap ke kanan, menutup matanya meski air mata masih jatuh dari kelopaknya. Jungkook tersenyum dalam tangisnya saat ia membayangkan dirinya tengah di peluk sang kakak, di dekap sang kakak. Kata-kata dari sang kakak masih ia ingat jelas di pikirannya, yang mana menjadi mantra untuknya menjadi kuat.
Hingga...
'Jungkook, hiduplah dengan bahagia....'
Jungkook terisak bahkan air mata semakin banjir keluar dari kelopaknya. Kata-kata terakhir dimana sang kakak memintanya bahagia merupakan sebuah mantar yang mungkin tidak akan terjadi mengingat dirinya saat ini. ia berpikir apakah mungkin ia bisa bahagia, apakah ia sanggup. Tapi...
"Kakak, Jungkook akan berusaha bahagia demi kakak, Jungkook janji kak, Jungkook janji...."
Jungkook ingin kakaknya tenang setidaknya dia harus berusaha lebih keras lagi, dan keras lagi untuk mendapatkan yang namanya kebahagiaan. Ia bertekad untuk tidak menyerah, ia harus bisa mendapatkan kasih sayang dari ibu dan kakak keduanya yang mungkin sulit ia dapatkan. Jungkook masih memejamkan matanya, namun hatinya masih berbicara bermonolog dengan dirinya.
"Kakak, tunggu Jungkook... di saat hal itu tiba, tunggulah aku dan kita bisa melihat musim semi..."
Jungkook mengulas senyum sendunya, menitikan air matanya. ia berharap ia masih bisa melihat musim semi, musim yang menjadi favoritnya. Musim yang ia tunggu kedatangannya...
Ya... kini Jungkook bagaikan seekor kupu-kupu, kupu-kupu yang bersedih dan sedang berduka... kupu-kupu yang kehilangan sayapnya...
.........................
TBC...
Hai semua author kembali dengan chap ini. Oh ya btw semoga nih chap feelnya dapat ya.. jujur nih author benar-benar gak punya ide, tapi buat nepatin janji karena vomment dah sampai target akhirnya author memutuskan untuk updete cepat...
Disini author udah usaha yang terbaik buat bikin chap ini. dan author gak mau bikin kalian kecewa.
Maaf kalau typo yang masih bertebaran dan jalan cerita tambah gaje
Jangan lupa vommentnya ya, makin banyak vommentnya makin cepat saya updetenya, oke... ^^
Btw, jangan timpuk author kalau akhirnya author bikin bias kesayangan author semakin menderita dan ternista di dunia ff yang saya buat, author terpaksa karena menurut author ceritanya akan semakin berjalan... ^^
oh ya maaf kalau author banyak ngomong :v
Salam cinta dan sayang untuk kalian semua....
#el
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro