Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7

Happy reading!

Author POV

Di sini lah Viola sekarang, di UKS dengan minyak kayu putih melumuri perutnya. Ia tak menyangka jika satu buah bakso bisa menimbulkan efek separah ini.

Viola hanya sendirian di sini, karena petugas UKS sedang mengikuti rapat di kantor PMI. Arsen juga tak menemaninya. Cowok itu sedang mengikuti pelajaran di kelas. Sebenarnya ada keuntungan ia berada di sini, ia bisa menghindari pelajaran Bu Rita, guru yang terkadang berubah menjadi siluman.

Perutnya juga sedikit membaik, mungkin karena ia telah mengkonsumsi obat diare. Sejak satu jam lalu ia telah bolak-balik ke kamar mandi lebih dari tiga kali.

Hanya karena kekesalannya, ia berakhir seperti ini. Sepertinya ia harus mengurangi rasa kesalnya pada Khaila. Ia sudah tak mau lagi mengalami hal serupa.

Sejujurnya Viola bingung harus melakukan apa. Handphone-nya ia tinggal di kelas. Dan di sini tidak ada satu pun orong yang bisa ia ajak ngobrol.

Viola memilih memejamkan mata, membayangkan Arsen memintanya menjadi kekasih. Tanpa sadar bayangan itu mulai memudar, digantikan oleh kegelapan.

*****

Mimpi indahnya harus terhenti saat seseorang mengguncang tubuhnya dengan kasar. Padahal ia sedang memimpikan Arsen.

"Vi, bangun! Kebo banget sih."

Samar-samar Viola mendengar suara seseorang yang mirip dengan Arsen. Tanpa menunggu lama, mata cantik Viola terbuka. Ia berkedip beberapa kali demi beradaptasi dengan cahaya yang masuk.

"Akhirnya putri kodok bangun juga," cibir Arsen.

"Arsen," ucap Viola dengan suara parau, khas bangun tidur.

"Bangun, Vi. Lo mau pulang nggak?" ucap Arsen.

Viola mengernyit heran. Apa ini sudah jam pulang sekolah? Bukankah ia baru saja tidur.

Viola bangkut dari ranjang, lalu duduk di salah satu sisinya. "Pulang?"

"Iya. Udah jam empat," ucap Arsen.

"Jam empat? Efek obat emang luar biasa," ucap Viola.

"Obat diare nggak ada efek samping ngantuk. Lo-nya aja yang kayak kebo," ucap Arsen.

"Gue bukan hewan kali. Cantik-cantik gini disamain kebo," ucap Viola.

"Ck! Jadi pulang nggak?" ucap Arsen kesal. Sebab jika mereka telah debat pasti tidak akan ada ujungnya. Kecuali salah satu dari mereka mengalah.

"Tas gue masih di kelas," ucap Viola saat menyadari jika tasnya tidak berada di UKS.

"Udah gue bawa," ucap Arsen.

Viola turun dari ranjang UKS, lalu berjalan menuju Arsen. Tangannya terangkat untuk mecubit pipi Arsen. "Arsen baik banget, deh."

"Apaan sih, Vi. Gue bukan anak kecil lagi," ucap Arsen seraya mengusap kedua pipinya.

"Maaf deh," ucap Viola.

"Iya gue maafin."

"Terus tas gue mana, Sen? Katanya lo yang bawa," ucap Viola. Sebab Viola hanya melihat tas cowok itu berada di punggunggnya.

"Ada di depan," ucap Arsen.

Viola hanya ber-oh ria. Ia berjalan keluar dari UKS guna mengambil tasnya. Kekesalan Viola memuncak kala melihat pemandangan di depannya.

"Arsen! Kenapa tas gue ditaruh deket tempat sampah, sih," ucap Viola kesal.

Sedangkan sang pelaku hanya tertawa jahat. Arsen memang sengaja melakukan hal itu karena ia kesal dengan Viola.

"Gue sengaja, salah sendiri lo enak tidur di UKS. Lah gue harus ikut pelajarannya Bu Rita," ucap Arsen.

"Astaga! Childish banget sih," cibir Viola.

"Bodo amat lah. Yuk pulang," ucap Arsen.

Viola mengambil tas miliknya dengan gerakan cepat. Sebenarnya ada rasa jijik saat mengambilnya, tapi mau bagaimana lagi. Isi tasnya sangat penting. Selanjutnya ia menggendong tas berwarna ungu itu, tak peduli jika ada beberapa bagian yang kotor.

"Sen, jangan lupa mampir beli bakso," ucap Viola.

Arsen menghentikan langkahnya. Ia menampilkan ekspresi yang tidak bisa diartikan.

"Astagaaa! Viona Margareta yang cantik rupawan, lo ini habis sakit perut gara-gara makan bakso. Dan sekarang lo mau makan bakso lagi? Aneh tau nggak," ucap Arsen.

"Gue sakit perut karena sambalnya, bukan baksonya. Jadi nggak ada yang aneh dong," bantah Viola.

"Terserah."

Kemudian Arsen memilih melanjutkan langkahnya. Kepalanya seakan mau pecah karena harus menuruti permintaan Viola. Apa gadis itu tidak takut jika perutnya sakit kembali? Padahal baru beberapa jam yang lalu Viola sembuh dari sakit perutnya.

Viola mengejar Arsen dengan langkah cepat. "Lo marah sama gue, ya?"

"Nggak."

"Kok jawabnya singkat banget. Gue cuma mau nagih janji lo buat beli bakso sepulang sekolah. Gue nggak mau lo lupa," celoteh Viola.

"Vi lo bisa diem nggak sih? Oke gue bakal beliin lo bakso. Tapi nggak usah ngoceh mulu, kepala gue mau pecah tau nggak," ucap Arsen.

"Iya-iya ini diem. Lagian jadi orang baperan amat sih," gerutu Viola.

*****

Motor Arsen berhenti di sebuah warung bakso sederhana. Warung tenda ini berada tak jauh dari sekolah.

Viola tak menolak saat Arsen membawanya ke sini, karena mereka sudah beberapa kali singgah di tempat yang sama. Bakso di sini cukup enak, harganya pun sangat terjangkau.

"Mang, bakso dua, es tehnya juga dua," ucap Arsen pada Mang Iwan, si penjual bakso.

Setelah memesan, mereka segera duduk di salah bangku yang tersedia di sana.

"Tumben sepi, biasanya ramai," ucap Viola setelah mengamati sekitar. Hanya ada beberapa orang yang singgah di sini.

"Mungkin aja pas makan siang ramai," ucap Arsen.

"Mungkin juga, sih," ucap Viola.

Mata Viola berbinar karena tak berselang lama Mang Iwan mengantarkan pesanan mereka. Dengan cepat Viola mendekatkan mangkuk yang berisi bakso ke arahnya. Ia juga mendekatkan mangkuk sambal ke mangkuk bakso miliknya.

Bibirnya mengerucut sebal saat mangkuk yang berisi sambal diambil alih oleh Arsen.

"Nggak boleh pakai sambal," ucap Arsen.

"Dikiiit aja," ucap Viola sembari menyatukan ibu jari dan telunjuknyan.

"Jangan ngeyel, Vi. Kalau masih ngeyel gue tinggal di sini," ancam Arsen.

Viola menghembuskan napas kesal. "Iya-iya."

Sepertinya Viola harus membuang jauh-jauh bayangan bakso dengan cita rasa pedas kesukaannya.

________________________________________

Balik lagi guys. Harus tetep semangat pokoknya! Walaupun sebenernya pengen nangis karena tugas.

Purwodadi, 25 Juli 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro