Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

33

Happy reading!

Author POV

Suasana kelas XI IPS 3 begitu gaduh, dikarenakan guru-guru sedang ta'ziah di tempat mantan kepala sekolah RSHS. Bukan hanya di kelas mereka, hampir semua kelas di RSHS melakukan hal yang sama.

Jika sudah jam kosong seperti ini, para siswa seakan mengadakan perayaan untuk kebahagiaan mereka. Seperti yang dilakukan siswa XI IPS 3, hampir seluruh siswa bernyanyi, mengikuti irama lagu yang diputar oleh Adnan dengan volume keras.

Tapi hal itu tak berlaku pada Arsen dan Khaila. Sepasang manusia itu memilih duduk di bangku belakang, menikmati waktu berdua. Arsen hanya menurut saat Khaila mengajaknya berfoto dan membuat snapgram.

Bagi Arsen, kebahagiaan Khaila adalah hal yang paling utama. Sebisa mungkin ia menjaga kekasihnya agar tidak merasa sedih ataupun tertekan. Karena hal tersebut dapat menyebabkan Khaila drop.

"Sen."

Arsen langsung menoleh ke arah orang yang memanggil namanya, yang tak lain adalah Kristo.

"Kenapa, Kris?"

"Lo tahu Viola di mana?" tanya Kristo seraya duduk di bangku yang berada di depan Arsen.

"Viola? Gue nggak tahu, Kris," balas Arsen seadanya.

"Lo gimana sih, Sen? Sahabat lo udah nggak masuk lima hari, dan lo nggak tahu apapun tentang dia," ucap Kristo.

Ucapan Kristo membuat Arsen sedikit tertohok. Ia baru sadar jika Viola tak berangkat sekolah lima hari ini.

"Kan Arsen bukan ibunya Viola, Kris. Jadi, Arsen nggak harus tau semua tentang Viola," ucap Khaila. Ia sedikit tak terima saat mendengar ucapan Kristo yang seakan menyalahkan Arsen.

"Gue bilang kayak gitu karena biasanya Arsen tahu semua tentang Viola. Mereka itu udah kayak upin-upin," balas Kristo.

"Gue nggak tahu kenapa Viola nggak berangkat, Kris. Udah beberapa hari ini gue nggak ke rumah Viola," balas Arsen.

"Ya udah kalau lo nggak tahu."

Tanpa menunggu balasan dari Arsen, Kristo beranjak dari sana. Ia kembali bergabung dengan teman-teman yang lain.

Ucapan Kristo berputar-putar di kepalanya. Ia tak tahu mengapa Viola tidak berangkat sekolah selama hampir seminggu ini. Arsen begitu disibukkan dengan Khaila, sampai-sampai ia melupakan Viola.

"Sen."

"Kenapa, La?"

"Kantin yuk, aku laper banget," ucap Khaila seraya mengusap-usap perutnya.

Arsen melirik jam di pergelangan tangannya. Jam istirahat dua puluh menit lagi, artinya ia bisa pergi ke kantin. Mengingat jam istirahat hanya kurang sebentar lagi, juga guru-guru sedang tidak berada di sekolah.

"Yuk."

Arsen segera beranjak dari duduknya, tak perlu menunggu lama Khaila ikut menyusul. Arsen tersenyum kecil saat merasakan tangan Khaila menggenggam tangannya. Ia tak mempermasalahkan hal itu, toh ia dan Khaila sudah resmi berpacaran. Jadi, genggaman tangan bukan sesuatu yang harus dipermasalahkan.

Hening, mereka berjalan tanpa membuka obrolan. Selalu seperti ini, Arsen merasa jika ia dan Khaila memiliki kecanggungan satu sama lain.

Mereka ke kantin hanya berdua. Semenjak ia berpacaran dengan Khaila, Arsen merasa teman-temannya yang lain sedikit menghindarinya. Ia tak paham mengapa sikap teman-temannya berubah begitu saja.

"Sen, aku mau nasi goreng," ucap Khaila seraya duduk di salah satu bangku kantin.

"Kamu tunggu di sini," ucap Arsen. Cowok itu berjalan menuju stand makanan di ujung kantin.

"Bu, nasgor dua, air mineralnya dua botol," ujar Arsen pada penjual makanan di kantin itu.

"Meja mana, Mas?"

Arsen menunjuk sebuah bangku yang terletak tak jauh dari pintu masuk kantin. "Meja yang deket sama pintu masuk, ada ceweknya."

"Ditunggu, Mas."

"Sekalian bayar, Bu. Kembaliannya antar sama makanannya," balas Arsen seraya meletakkan selembar uang lima puluh ribuan.

Setelah mendapat respon dari penjual itu, Arsen berbalik arah dan berjalan menuju mejanya dan Khaila kembali.

Arsen kembali duduk di hadapan Khaila. Sepertinya gadis itu tak menyadari kedatangannya, mungkin karena Khaila terlalu asik dengan ponselnya.

Tiba-tiba ia teringat dengan sosok sahabatnya. Sebenarnya ada apa dengan Viola? Mengapa ia tak berangkat sekolah hingga beberapa hari lamanya. Arsen mengambil ponsel yang berada di sakunya. Ia ingin menghubungi Viola, memastikan keadaan sang sahabat.

Arsen mengerutkan dahinya saat melihat nomor WhatsApp milik Viola sudah tidak aktif sejak satu minggu yang lalu. Arsen beralih ke instagram, lalu memgecek akun milik Viola. Tidak ada snapgram atau pun postingan terbaru milik Viola. Ia semakin kebingungan saat melihat foto profil dan postingan Viola menghilang, sangat bukan tipe Viola sekali.

Sepertinya sepulang sekolah ia harus pergi ke rumah Viola. Ia sangat penasaran dengan keanehan yang ia lihat. Secuil rasa bersalah muncul di hati Arsen, beberapa hari belakangan ini ia tak memperdulikan Viola.

Ia sudah beberapa kali menolak ajakan Viola demi Khaila. Ia juga rela tak berkunjung ke makam Bram karena mengantar Khaila check up bulanan. Sepertinya sepulang sekolah adalah waktu yang tepat untuk berkunjung ke rumah Viola. Ia juga sudah berjanji pada Tante Dita akan mengunjungi beliau berminggu-minggu yang lalu.

"Sen, sepulang sekolah kamu ada acara nggak?"

Arsen langsung mengalihkan tatapannya dari handphone. Lantas tatapannya beralih pada sosok gadis yang berstatus menjadi pacarnya.

"Emangnya kenapa?"

"Kamu mau kan anterin aku ke salon? Rambut aku udah waktunya dipangkas," ucap Khaila dengan tatapan permohonannya.

"Nanti aku anter," balas Arsen.

Sepertinya ia harus menunda kunjungannya ke rumah Viola. Karena ia tak bisa menolak permintaan Khaila. Ia bisa berkunjung ke rumah Viola besok atau lusa.

________________________________________

Update lagi nih, seneng banget bisa up. Karena ngumpulin niat buat nulis susahnya minta ampun.

Purwodadi, 7 September 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro