Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

3

Happy reading!

Author POV

Malam Minggu adalah malam yang paling ditunggu hampir seluruh manusia yang memiliki pasangan, seharusnya begitu. Lain halnya dengan Viola, gadis jomblo itu terlihat berpenampilan rapi, ia tengah menunggu Arsen menjemputnya. Rencananya mereka akan merayakan malam minggu bersama.

"Mau ke mana?"

Viola mengalihkan perhatiannya dari ponsel, lalu menatap pria yang tengah duduk di depannya.

"Mau malmingan lah," balas Viola.

"Emangnya kamu punya pacar?"

"Kan malmingan nggak harus sama pacar, Kak. Lagian masih ada Arsen yang bisa dijadiin partner," ucap Viola.

"Dari TK sampai SMA Arsen terus yang kamu ajak ke mana-mana. Kamu nggak kasihan sama Arsen yang harus nurutin kemauan kamu?" ucap Delon, kakak kedua Viola.

"Arsen-nya aja nggak masalah," ucap Viola cuek. Sebenarnya ia berpikur demikian, tapi ia tak rela jika Arsen jauh darinya. Viola sudah ketergantungan dengan Arsen.

"Ati-ati, nanti kamu kejebak friendzone," ucap Delon.

"Nggak bakalan," ucap Viola. Ucapan dan kenyataan adalah hal yang sangat bertolak belakang. Untuk saat ini ia hanya perlu merahasiakan perasaannya pada siapa pun.

TIN TIN

"Kayaknya itu suara motornya Arsen, aku pergi dulu," ucap Viola. Dengan gerakan cepat gadis itu beranjak dari sofa, meninggalkan sang kakak sendirian di rumah.

Viola mendekat ke motor Arsen. "Lama banget sih, katanya mau jemput jam tujuh."

"Cuma telat lima menit doang," ucap Arsen.

"Gue aja kalau telat dua menit langsung lo semprot," ucap Viola seraya memasang helm di kepalanya.

"Itu beda kali, Vi. Posisinya itu mau berangkat sekolah, lah ini mau main," ucap Arsen.

"Beda dari mana? Sama-sama telat kan?" ucap Viola.

"Terserah, cewek emang selalu paling bener," ucap Arsen.

"Itu tau." Selanjutnya gadis enam belas tahunan itu naik ke motor Arsen.

"Ayo bang berangkat," ucap Viola seraya menepuk pundak Arsen.

"Lo kira gue abang-abang ojol?" ucap Arsen. Tapi ia tak urung menyalakan motornya, mengemudikan motor itu menjauh dari rumah Viola.

*****

Motor Arsen berhenti di parkiran yang tak jauh dari pasar malam. Mereka memutuskan untuk ke pasar malam setelah mampir di sebuah restoran.

Menurut Arsen, pasar malam adalah tempat yang cocok untuk mereka. Banyaknya wahana dengan lampu kerlap-kerlip dapat memanjakan mata. Juga berbagai macam makanan dan minuman yang pastinya akan disukai oleh Viola, mengingat gadis itu sangat suka makan.

"Sen, beli boba dulu ya," ucap Viola.

"Yang lain aja deh. Lo itu udah keseringan minum boba," tolak Arsen.

"Tapi gue lagi pengen banget," ucap Viola. Gadis itu menatap Arsen dengan puppy eyes-nya, berharap Arsen mau menuruti permintaannya.

"Jangan ngeyel, Vi. Lo mau gue tinggal di sini?" ucap Arsen. Suaranya terdengar tegas.

Seketika Viola memasang wajah kesal. "Arsen mah gitu."

Mau tidak mau Viola harus menuruti ucapan Arsen, kalau tidak ia bisa ditinggal di sini. Mengingat ia tak pernah naik kendaraan umum sendirian.

"Kita beli jus buah aja, biar sehat," ucap Arsen.

"Ya udah deh," balas Viola pasrah.

Viola hanya menurut saat tangannya digenggam oleh Arsen. Cowok yang lebih tua satu bulan dari Viola itu berjalan menuju penjual jus buah.

"Jus alpukat satu sama jus nanas satu," ucap Arsen pada pedagang jus itu.

"Oke. Silahkan duduk dulu, Kak," ucap sang pedagang. Pedagang jus itu memang masih muda, mungkin usianya sekitar 20 tahunan.

Tanpa diminta dua kali Viola dan Arsen duduk di bangku yang telah disediakan, ada beberapa orang yang ikut duduk di sana.

"Lo mau naik wahana apa?" tanya Arsen.

"Gue lagi males banget, kayaknya nggak naik deh," ucap Viola.

"Masa kita udah ke sini nggak naik apapun."

"Lo mau naik apa? Gue ngikut aja," ucap Viola.

"Kayaknya gue pengen naik kora-kora deh," ucap Arsen.

"Lo yakin?" tanya Viola memastikan.

"Yakin lah. Udah lama banget gue nggak naik kora-kora," ucap Arsen.

"Tapi serem banget, kalau kapalnya jatuh gimana?" tanya Viola polos.

"Kalau jatuh ke tanah lah," balas Arsen.

"Arsen gue serius," ucap Viola.

"Gue juga kali, Vi."

"Ini jusnya, Kak." Ucapan penjual jus menghentikan perdebatan mereka.

Dengan sigap Arsen berdiri dari duduknya, ia membayar jus itu. Viola hanya melihat Arsen yang sedang membayar jus itu dengan uang dua puluh ribuan.

"Nih punya lo," ucap Arsen seraya menyodorkan jus nanas. Dengan cepat Viola mengambil jus itu dari tangan Arsen, tanpa mengucap terima kasih ia langsung menyeruput jusnya. Tak perlu menunggu lama jus itu telah tandas, hanya menyisakan es batu dan cup-nya.

Arsen hanya menggeleng ringan kala melihat cara minum Viola yang terlihat brutal untuk ukuran perempuan. Dirinya saja yang cowok tulen tidak bisa minum banyak sekaligus. Sungguh, sahabatnya adalah satu-satunya gadis aneh.

"Yuk naik kora-kora," ucap Viola setelah membuang wadah bekas jusnya.

"Sekarang?"

"Iya lah. Mumpung sepi tuh," ucap Viola. Dagunya menunjuk arah kora-kora yang lumanyan sepi jika dibanding wahana yang lain.

"Yuk," ajak Arsen. Cowok itu meraih tangan Viola, lalu menggenggamnya dengan erat.

Viola hanya bisa menahan debaran jantungnya saat tangan Arsen menggenggam tangannya. Ini adalah salah satu bagian tersulit, berpura-pura tidak merasakan efek apapun dari genggaman Arsen.

Antrean wahana ini tak sebanyak wahana lain, maka dari itu mereka mendapat tiket dengan cepat.

Lima menit setelahnya mereka telah berada di kora-kora. Viola memegang besi di depannya dengan erat, sebenarnya ia cukup takut untuk menaiki wahana yang cukup menantang nyawa ini.

"AAAAA!" teriak Viola saat wahana itu mulai bergerak dengan cepat.

Arsen hanya tertawa melihat ekspresi Viola. Ekspresi Viola sangatlah lucu, mulut terbuka dengan mata terjepam. Sesekali gadis itu berteriak karena kecepatan wahana ini bertambah.

Untung saja wahana ini tidaklah lama, hanya lima menit dengan kecepatan acak. Viola terlihat memegangi kepalanya, sepertinya gadis itu pusing.

"Lo nggak papa, Vi?" tanya Arsen saat Viola beberapa kali menggelengkan kepalanya.

"Kepala gue pusing, gara-gara kora-kora sialan itu," gerutu Viola.

"Pulang aja ya," ucap Arsen.

"Iya. Gue pengen cepet-cepet rebahan," ucap Viola. Tangannya masih berada di kepala, sesekali gadis itu memijatnya.

Seperti biasa, Arsen menggenggam tangan Viola, membawanya menuju motornya yang terparkir rapi.

"Vi, kayaknya mau hujan deh," ucap Arsen.

Viola menatap langit yang tampak kemerahan akibat mendung menutupinya. Bisa dipastikan tak lama lagi hujan pasti akan turun dengan deras.

"Pulang aja, Sen. Kalau pun di perjalanan hujan nggak usah berhenti. Gue pengen cepetan pulang," ucap Viola.

Viola hanya mengernyit heran saat melihat Arsen melepaskan jaket yang dikenakan.

Arsen menyodorkan jaketnya pada Viola. "Nih pakai."

Tanpa basa-basi Viola memakai jaket Arsen, tak ada basa-basi untuk menolak, karena ia memakai baju dengan lengan pendek.

Arsen tersenyum kecil saat melihat jaketnya yang terlihat kebesaran di tubuh Viola. Maklum, tubuh Viola bisa dikatakan mungil untuk gadis seusianya.

"Ayo naik," ucap Arsen. Viola langsung naik ke motor Arsen saat telah mendapat aba-aba dari cowok itu.

Motor hitam milik Arsen mulai berjalan, meninggalkan pasar malam dengan rintik hujan yang menyertainya.

________________________________________

Update lagi. Jangan bosen ya dapet notif cerita ini, karena Please Be Mine bakalan fast update. Oh iya, kalau udah baca jangan lupa vote ya, biar aku tambah semangat buat nulis.

Purwodadi, 14 Juli 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro