29
Happy reading!
Author POV
Arsen
Sorry, Vi. Gue nggak bisa ke rumah lo. Gue sama Khaila mau ke dufan.
Viola melempar ponselnya ke atas ranjang. Kenapa selalu seperti ini? Semua hal yang ia rencanakan bersama Arsen berakhir gagal.
Setelah kemarin mereka tidak jadi ke mall, Arsen menghubunginya berkali-kali dan meminta maaf padanya. Cowok itu berjanji akan datang ke rumah Viola sebagai gantinya. Juga karena permintaan Mama Dita lebih dari satu bulan lalu.
Entah mengapa Viola menjadi muak terhadap sikap Arsen. Apa ia tak memikirkan perasaan Mama Dita? Mamanya sudah sangat bahagia mendengar Arsen akan datang. Dan dengan gampangnya Arsen membatalkan kunjungannya hanya karena akan pergi persama Khaila.
Viola paham jika Khaila adalah kekasih Arsen. Tapi apa tidak bisa Arsen berkunjung ke rumahnya walau hanya sebentar? Setidaknya kedatangan Arsen sudah mengobati rasa rindu Mama Dita.
Viola meraih ponselnya kembali, lalu ia mengetikkan balasan untuk Arsen. Viola memang muak, tapi bukan berarti ia membiarkan pesan Arsen begitu saja.
Viola
Gpp, Sen. Have Fun!
Tanpa menunggu balasan dari Arsen, Viola kembali meletakkan ponselnya. Ia merapikan rambutnya yang berantakan karena hairdryer. Dengan langkah lebar ia berjalan menuju lantai bawah.
Dari jarak lebih dari enam meter Viola dapat melihat aktivitas mamanya di dapur. Tubuh Mama Dita begitu lincah, padahal usianya hampir setengah abad.
Dengan langkah pelan ia mendekat ke arah Mama Dita. Ia dapat melihat jika mamanya tengah menggoreng udang yang dilapisi tepung roti.
"Viola, kok Arsen belum datang. Bukannya dia mau datang ke sini jam sepuluh?" tanya Mama Dita seraya mengangkat udah yang sudah matang.
Melihat wajah Mama Dita yang terlihat bahagia membuat Viola ragu untuk mengatakan yang sebenarnya. Viola meneguk ludahnya susah payah sebelum berkata, "Ma, sebenarnya Arsen nggak jadi ke sini. Katanya, dia mau pergi."
Seketika raut wajah Mama Dita berubah sedikit sedih. "Loh kenapa nggak jadi? Padahal mama udah masakin makanan kesukaan Arsen, loh."
Viola menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Melihat ekspresi sang mama yang berubah membuat Viola tak tega. Dalam hati ia merutuki kelakuan Arsen yang sama sekali tidak memiliki akhlak.
"Viola juga baru dikabari sama Arsen, Ma," balas Viola.
"Ada apa, Ma?" ucap Delon mengisntruksi obrolan Viola dan Arsen.
"Arsen nggak jadi ke sini, Lon. Padahal mama udah masak lumayan banyak," ucap Mama Dita.
"Gimana kalau kita undang Bang Ervan aja. Kan Kak Tania juga ada di rumah mereka," usul Delon.
Seketika Viola tersenyum cerah. Ia bersyukur karena Delon memberikan solusi yang sangat bagus. Viola tak ingin melihat sang mama bersedih.
"Ide yang bagus," balas Mama Dita.
"Viola telpon Bang Ervan dulu," ucap Viola.
"Jangan langsung telpon. Kirim pesan dulu, siapa tahu Bang Ervan baru rapat," ucap Mama Dita.
Viola mengangkat tangannya, lalu membentuk gerakan hormat. "Siap laksanakan."
Setelah berkata demikian Viola berbalik arah, dengan langkah cepat ia berjalan menuju lantai dua, di mana kamarnya berada.
Viola menyambar ponsel miliknya yang tergeletak di atas ranjang. Setelah ponsel itu berada di tangannya, ia memutuskan untuk duduk di tepi ranjang. Jari-jari lentiknya bergerak lincah di atas benda berlogo apel itu.
Viola mencari nomor milik Ervan. Tanpa berlama-lama ia melakukan panggilan pada nomor Ervan. Ia tak peduli jika abangnya sedang menghadiri rapat, sekarang yang terpenting adalah kehadiran mereka. Viola tak ingin mamanya bersedih. Cukup Arsen yang mengacaukan kebahagiaan mamanya.
"Halo. Ada apa, Vi?
"Bang Ervan udah makan atau belum? Kalau belum makan di rumah ya. Jangan lupa ajak Mbak Shakila sama Kak Tania, Ryzard-nya sekalian."
"Emangnya ada acara apa? Kok kamu nggak bilang dari kemarin."
"Nggak ada acara apa-apa kok, Bang. Kebetulan hari ini mama masak banyak. Makanya mama minta kalian buat datang."
"Abang bakal ke sana. Mungkin kami datangnya telat. Pokoknya tunggu aja, kamu bakalan datang."
"Oke, Bang. Viola tunggu."
Tanpa menunggu sahutan dari Ervan, Viola mematikan sambungan telepon mereka. Untung saja Ervan punya kesabaran yang lebih untuk menghadapi adik bungsunya yang menjengkelkan.
Viola berniat ingin mematikan layar ponselnya, tapi tatapannya tertuju pada aplikasi berwarna pink. Sudah dua hari ini ia tak berselancar di instagram. Alasannya, ia tak ingin melihat berita tentang Khaila dan Arsen jadian. Karena berita sejenis itu akan diposting oleh salah satu akun yang dibuat oleh salah satu siswa RSHS.
Layar ponsel Viola menampilkan beranda instagram. Ia menggeleng tak percaya saat melihat notifikasi hingga seribu lebih. Melihat banyaknya notifikasi itu membuat Viola takut.
Tatapan Viola tertuju pada snapgram dengan username : mkhla_. Ragu-ragu ia membukanya. Semuanya sama dengan dugaannya. Khaila memposting kebersamaannya dengan Arsen di dufan.
Hatinya memang sesak melihat itu. Tapi rasa ingin tahu mengalahkannya. Ia melihat semua snapgram milik Khaila yang semuanya berisi kebersamaan gadis itu dengan sang pacar. Mereka terlihat sangat bahagia.
Ia juga melihat snapgram milik Arsen. Hanya satu, tapi perihnya tidak ada obat. Snapgram itu hanya berupa foto selfi mereka berdua, tetapi caption yang ada di foto itu sangat terasa untuk Viola.
"Kalau nggak kuat jangan dilihat."
Dengan cepat Viola mematikan layar ponselnya saat mendengar suara Delon. Lagi-lagi ia tertangkap basah oleh sang kakak.
"Vio nggak sengaja," balas Viola tanpa menatap Delon.
Viola dapat merasakan ranjangnya bergerak. Mungkin saja Delon ikut duduk di sebelahnya.
"Kakak tahu ini berat buat kamu. Tapi kamu harus bisa lupain perasaan kamu ke Arsen. Kakak nggak pengen kamu terus mengharap cinta Arsen. Iya kalau Arsen cinta sama kamu. Kalau nggak gimana? Karena cinta itu nggak bisa dipaksakan," ucap Delon.
"Vio juga sedang berusaha, Kak. Tapi bakal susah," ucap Viola seraya mendongak, menatap sang Kakak dengan mata berair.
Delon mengusap rambut Viola. "Yang penting kamu udah berusaha. Sekarang kamu turun ke bawah, gih. Temeni mama."
Viola menyeka air matanya yang akan tumpah. "Iya, Kak."
Delon tersenyum pada Viola. Setelahnya ia beranjak dari kamar sang adik. Viola hanya menatap kepergian Delon dengan tatapan sendu.
_________________________________________
Up lagi dong. Masih ngebut, karena masih ada sekitar 5 part lagi. Semoga bisa selesai, Aminn paling serius.
Purwodadi, 4 September 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro