27
Happy reading!
Author POV
Sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan salah satu mall besar di Jakarta. Di dalam mobil itu hanya ada sepasang kakak adik.
"Kamu mau dijemput jam berapa?" tanya seorang cowok dengan kaca mata hitam menutupi matanya.
"Belum tahu, Kak. Tapi kayaknya bakalan lama, deh," balas sang adik.
"Ya udah kalau gitu. Soalnya kakak nggak bisa jemput kamu dua jam ke depan," balas cowok yang tak lain adalah Delon.
"Iya nggak papa. Mungkin Vio bakalan lama di mall-nya," balas Viola.
"Kamu turun, gih. Kasihan kalau temen kamu udah nunggu," ucap Delon.
"Vio ke dalam dulu, Kak," pamit Viola.
Setelah mendapat respon dari Delon, Viola memilih keluar dari mobil Delon. Gadis dengan dress selutut berwarna ungu itu mulai berjalan memasuki area mall.
Viola mengecek handphone miliknya sebelum masuk ke dalam. Belum ada pesan dari Arsen atau pun Khaila. Viola menghembuskan napas kasar sebelum kembali melanjutkan langkahnya.
Viola, Khaila, dan Arsen memang merencanakan hangout di mall di hari ini. Bukan hanya sekedar jalan-jalan, rencananya Arsen akan mentraktir Viola untuk merayakan hari jadian Arsen dan Khaila. Dan mereka memutuskan untuk bertemu di salah satu kafe yang sudah menjadi tempat favorit Arsen dan Viola.
Lovely Café, itu lah nama kafe tempat mereka bertemu. Tanpa pikir panjang Viola masuk ke dalam, ia memilih duduk di salah satu meja yang berada tak jauh dari pintu. Ia melakukan hal itu agar bisa melihat ke arah luar.
"Permisi, Kak. Kakak mau order apa?"
Seketika Viola langsung mengalihkan pandangannya saat mendengar suara seorang wanita. Gadis itu langsung merubah ekspresinya menjadi lebih bersahabat saat tatapannya bertemu dengan waiter itu.
"Strawberry smooth sama kentang goreng," ucap Viola. Tanpa melihat buku menu Viola lancar mengucapkan pesanannya. Mungkin efek sering berkunjung ke sini membuat Viola tanpa sadar menghafal menu-menu yang ada di sini.
"Ada tambahan, Kak?"
"Nggak. Itu aja," balas Viola.
"Ditunggu pesanannya, Kak," balas waiter itu dengan ramah.
Viola memilih mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kafe ini. Kebanyakan yang datang ke sini adalah sepasang kekasih, ada juga beberapa gerombol orang. Viola mengerucutkan bibirnya saat menyadari jika ia adalah satu-satunya pengunjung yang duduk sendirian.
Ini pertama kalianya Viola pergi tanpa ditemani oleh siapa pun. Biasanya ia akan pergi bersama Arsen. Tapi semuanya telah berbeda, kini sahabatnya telah memiliki kekasih yang harus diprioritaskan.
Viola mengecek handphone miliknya, siapa tahu Arsen telah menghubunginya kembali. Tapi tetap sama, pesan terakhir dari Arsen sekitar tiga puluh menit yang lalu. Cowok itu mengatakan akan otw ke rumah Khaila.
Hembusan napas gusar terdengar, Viola sangat tak sabar menunggu kehadiran Arsen dan Khaila. Ia tak suka menunggu mereka di tempat ramai seperti ini, apalagi ia sendirian. Rasanya sungguh tidak nyaman, tatapan orang-orang ke arah Viola membuat gadis itu menjadi sedikit risih.
Viola menutup layar handphone-nya saat seorang pelayan mengantarkan pesanan miliknya. Ia memutuskan untuk sekalian membayar pesanannya.
Gadis itu mulai memakan kentang gorengnya dengan pelan, ia berharap Arsen dan Khaila datang bertepatan dengan habisnya kentang goreng miliknya.
Ting!
Viola cepat-cepat membuka handphone-nya saat mendengar suara notifikasi. Ia membuang napas kasar saat mengetahui jika group chat lah yang memberikan notifikasi.
Ia memilih mematikan layar benda persegi panjang itu. Lalu melanjutkan memakan kentang goreng yang masih banyak. Bahkan strawberry smooth miliknya belum tersentuh sama sekali.
Tak berselang lama handphone milik Viola kembali berbunyi, sepertinya ada orang yang menelponnya. Viola menyerutup minumannya sebelum mengangkat panggilan itu.
"Arsen, lo di mana sih? Gue udah di sini."
Viola langsung berceloteh setelah panggilan itu mulai tersambung dengan Arsen.
"Vi, sebelumnya gue minta maaf banget. Gue sama Khaila nggak jadi pergi ke sana. Khaila tiba-tiba drop."
Lagi-lagi rasa kecewa yang didapat Viola. Mati-matian ia menguatkan hatinya agar bisa pergi dengan Arsen dan Khaila. Viola merasa apa yang dilakukannya sia-sia.
"Viola, lo masih di sana?"
"Gimana keadaan Khaila, Sen? Gue datang ke sana ya."
"Kayaknya udah mendingan. Dia lagi tidur sekarang. Lo nggak usah datang ke sini, Vi. Khaila bakal baik-baik aja kok."
"Ya udah kalau gitu. Gue tutup telponnya."
Tanpa menunggu balasan Arsen, Viola mematikan secara sepihak panggilan itu. Perasaannya begitu campur aduk. Ingin rasanya ia melampiaskan kekecewaannya. Tapi pada siapa?
Viola membereskan beberapa barangnya yang ada di meja. Ia memilih untuk meninggakan kafe ini. Toh tidak ada yang ia tunggu kehadirannya.
Kakinya melangkah mengikuti kata hatinya, kemana pun asal meninggalkan mall ini. Berada di dalam mall ini membuat dadanya semakin sesak. Apalagi bayangan kebersamaannya dengan Arsen kembali berputar di kepalanya.
Ia menambah kecepatan langkahnya saat matanya menangkap sebuah tempat yang sepertinya nyaman. Dengan penuh kehati-hatian Viola menyeberangi jalan yang penuh dengan kendaraan.
Ucapan syukur Viola lantunkan saat ia berhasil menyeberangi jalan yang penuh dengan kendaraan sedang berlalu lalang dengan selamat.
Viola memberhentikan langkahnya saat telah berada di depan sebuah bangku putih yang berada di bawah pohon rindang. Saat ini ia tengah berada di sebuah taman yang berada di seberang mall.
Sebenarnya rasa takut menyelimuti Viola saat mengetahui jika tempat ini lumayan sepi. Tapi keinginan untuk menyendiri lebih besar. Viola ingin sendiri, ia ingin merenungkan semuanya. Terutma tentang perasaannya.
________________________________________
Ngebut buat ngejar deadline. Semoga bisa tamat tepat waktu. Makasih buat kalian yang udah mau baca cerita recehku ini. Luv luv deh buat kalian.
Purwodadi, 1 September 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro