19
Happy reading!
Author POV
Sudah empat hari Viola merasa kebahagiaannya kembali. Empat hari pula Khaila belum kembali ke sekolah. Dan rencananya sepulang sekolah beberapa teman akan membesuk gadis itu.
Sisi jahat Viola berharap semoga Khaila masih diberi sakit untuk beberapa hari ke depan. Tapi sisi baiknya menolak.
Saat ini telah memasuki jam terakhir, guru Bahasa Inggris yang seharusnya mengisi mendadak izin karena putranya kecelakaan. Momen berharga ini digunakan Kristo untuk mendata siapa saja yang akan ikut membesuk Khaila.
"Sepulang sekolah kita bakalan jenguk Khaila. Siapa yang bersedia ikut?" ucap Kristo di depan kelas. Cowok itu didampingi oleh Dio, sekretaris dadakan yang ditunjuk oleh Kristo sendiri.
Tidak ada respon dari seluruh murid. Semuanya hanya diam, beberapa diantaranya pura-pura sibuk dengan kegiatan masing-masing.
"Masa nggak ada yang mau. Kalau nggak ada yang ngajuin gue bakaln tunjuk," ancam Kristo.
Hasilnya tetap sama. Tidak ada yang mengajukan diri untuk membesuk Khaila.
"Gue sama Viola ikut," ucap Arsen seraya mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Dio yang mendengar itu langsung mencatat nama Viola dan Arsen.
"Lo apaan sih, Sen. Gue aja nggak bilang mau," gerutu Viola.
"Nggak papa. Lagian gue nggak enak sama Khaila. Dia kan lumayan deket sama kita, kalau kita nggak besuk dia, kan nggak lucu," ucap Arsen.
"Ya udah deh, gue ngikut aja," pasrah Viola.
"Kalau Vio ikut gue juga ikut, deh," ucap Adnan seraya mengangkat tangannya. Dengan semangat Dio mencatat nama Adnan di bukunya.
"Gue juga deh," ucap Putri, siswi yang menjabat sebagai bendahara kelas.
"Lo pakai ajian apa sih, Vi? Kok orang lain mau ikut kalau ada lo," ucap Arsen.
"Seleb bebas," ucap Viola seraya mengibaskan rambutnya.
"Sombong banget," cibir Arsen.
"Ada yang mau ikut lagi nggak?" tawar Kristo.
Tak ada respon dari teman yang lain. Kristo menghembuskan napas kasar sebelum berkata, "berarti yang ikut gue, Dio, Adnan, Arsen, Viola sama Putri."
*****
"Khaila beneran tinggal di sini, Sen?" ucap Viola. Pasalnya Arsen memarkirkan motornya di basement sebuah apartemen.
"Iya, dulu gue pernah anter Khaila pulang ke sini," ucap Arsen tanpa beban.
Ucapan Arsen membuat denyutan nyeri di hati Viola. Ada rasa tak senang saat mengetahui jika Arsen pernah mengantarkan Khaila pulang. Walaupun sebenarnya ia pernah melihat sendiri Arsen dan Khaila berboncengan.
Dengan menggenggam tangan Viola, Arsen membawanya menuju lift yang terletak tak jauh dari tempat motor Arsen parkir. Kristo dan teman yang lain berjalan di belakangnya, beberapa di antaranya membawa bingkisan untuk diberikan kepada Khaila.
Setelah semua masuk ke dalam kotak baja itu, Arsen menekan tombol bertuliskan angka 5. Tak lama kemudian kotak itu seperti tertarik ke atas.
Suara dentingan lift menandakan jika telah berada di lantai tujuan. Mereka segera keluar dengan dipimpin oleh Arsen. Karena cowok itu yang mengetahui letak apartemen milik Khaila.
Mereka berhenti di depan pintu dengan nomor 512. Arsen menekan bel beberapa kali. Tak berselang lama suara handle terdengar. Sedetik setelahnya pintu terbuka, menampilkan sosok laki-laki yang sepertinya lebih tua dari mereka.
"Kalian temennya Khaila?" tebak laki-laki itu.
"Iya, Kak. Kami temennya Khaila," balas Arsen.
"Silahkan masuk. Khaila-nya ada di kamar," ucap laki-laki itu seraya memberikan akses kepada Arsen dan kawan-kawan.
Laki-laki itu membimbing Arsen dan yang lain menuju sebuah ruangan yang terletak di antara dapur dan ruang tamu. Tanpa ragu laki-laki itu menarik handle pintu.
"Ayo, masuk. Ini kamarnya Khaila," ucap laki-laki itu.
Dengan menggenggam tangan Viola, Arsen mengikuti laki-laki itu. Beberapa langkah berjalan mereka dapat melihat sebuah ranjang di tengah ranjang. Di atasnya terdapat seorang gadis yang tengah terlelap dengan selimut tebal membungkusnya.
Viola memilih mengedarkan pandangan ke arah ruangan yang Viola yakini milik Khaila. Terbukti dari beberapa foto Khaila bersama laki-laki itu yang terpajang di beberapa tempat.
"Loh ada kalian. Kapan datengnya?"
Viola langsung menoleh ke arah Khaila. Gadis itu sudah duduk dengan bersandar di headbed. Wajahnya terlihat pucat, suaranya juga terdengar parau, menandakan jika Khaila benar-benar sakit.
Arsen membawa Viola mendekat ke arah ranjang Khaila, menggantikan posisi laki-laki itu yang entah pergi ke mana.
"Gimana keadaan lo, La?" tanya Arsen.
"Udah mendingan dari sebelumnya. Ngelihat kalian dateng, gue jadi tambah semangat buat sembuh," ucap Khaila.
"Harusnya juga gitu, lo harus semangat buat sembuh. Biar bisa sekolah lagi," ucap Arsen.
"Hai, La. Gimana keadaan lo?" ucap Kristo seraya duduk di tepi ranjang, berhimpitan dengan Viola.
"Udah mendingan," balas Khaila.
"Ini ada bingkisan dari kami, semoga bermanfaat ya," ucap Kristo seraya meletakkan sebuah bingkisan yang berisi buah-buahan.
"Makasih. Seharusnya nggak usah bawa sesuatu segala. Kalian dateng udah bikin gue seneng kok," balas Khaola diakhiri senyum khas miliknya.
"Nggak papa. Kami ikhlas," balas Kristo.
"Semoga lekas sembuh, La," ucap Viola sebum beranjak dari ranjang Khaila.
Viola memilih duduk di sofa yang ada di sana, matanya menatap lurus ke arah depan, menatap gedung-gedung pencakar langit yang seakan-akan berlomba untuk menjadi paling tinggi.
Ia yang tidak terlalu suka dengan Khaila memilih menyingkir, daripada ia kelepasan dan malah membuat suatu kesalahan. Yang ada ketidaksukaannya terhadap Khaila semakin kentara, Viola tak ingin hal itu terjadi.
Reflek Viola menoleh saat mendengar suara decitan pintu. Terlihat laki-laki tadi datang membawa minuman dan beberapa camilan dengan baki.
"Kalau kalian mau minum, ambil sendiri di sini, ya," ucap laki-laki tadi seraya meletakkan makanan dan minuman yang tadi dibawanya di atas meja.
"Khai, Kakak tinggal, dulu," ucap laki-laki itu sebelum beranjak dari kamar Khaila.
Setelahnya laki-laki yang mrnyebut dirinya dengan sebutan 'kakak' itu meninggalkan kamar Khaila. Viola hanya menatap punggung laki-laki itu dengan keheranan. Pasalnya saat meletakkan makanan dan minuman tadi laki-laki itu menatapnya begitu lekat.
________________________________________
Up lagi dong, jangan lupa buat vote. Semoga sukaaa!
Purwodadi, 20 Agustus 2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro