Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14

Happy reading!

Author POV

Minggu adalah hari yang ditunggu oleh Viola, karena ia akan pergi bersama Arsen. Sebenarnya ada rasa tak suka saat ia ingat jika Khaila akan pergi bersama mereka. Tapi bagaimana lagi? Ia tak mungkin memperlihatkan rasa tak sukanya secara terang-terangan.

Cowok dengan kaus hitam itu menyeruput mocca latte ice-nya. "Habis ini kita mau ke mana?"

"Gimana kalau langsung nonton?" usul Viola.

"Beli novel dulu aja, lagian Gramedia deket dari sini kok," ucap Khaila.

"Kayaknya Khaila bener deh, Vi. Mendingan kita ke Gramedia dulu. Habis itu baru nonton," ucap Arsen.

"Ya udah deh gue ngikut aja," putus Viola. Biarlah ia menahan kekesalannya dalam hati.

Setelahnya mereka beranjak dari restoran China itu. Sesuai kesepakatan sebelumnya, mereka bertiga akan menuju Gramedia untuk membeli novel. Bukan mereka yang akan membeli, tepatnya Viola dan Khaila.

Suasana mall terlihat ramai. Mungkin saja karena hari ini termasuk awal bulan. Karena kebanyakan orang akan berbelanja dan jalan-jalan di awal bulan.

Entah mengapa Viola merasa jika hangout-nya kali ini terasa membosankan. Biasanya ia akan begitu bahagia jika pergi ke mall, apalagi bersama Arsen. Apa mungkin gara-gara ada kehadiran Khaila? Karena Viola merasa jika Khaila sengaja mendekati sosok Arsen.

Viola tersentak saat tangannya ditarik seseorang. Ia langsung menoleh ke arah pelaku penarikan tangannya. Viola hanya menghembuskan napas kesal saat melihat jika Arsen lah yang menarik tangannya.

"Apa? Mau marah?" ucap Arsen.

"Gimana nggak marah coba. Lo narik tangan orang sembarangan," sungut Viola.

"Gini ya Viola Margareta. Gue narik tangan lo karena lo hampir keblabasan. Gramedia ada di sana, dan lo malah ke sini," ucap Arsen. Untung saja ia memiliki kesabaran lebih. Jika tidak ia pasti sudah menganiaya gadis yang menjadi sahabatnya sedari TK itu.

"Ha?" Viola mengedarkan tatapannya ke sekitar, ternyata yang diucapkan Arsen tidaklah salah. Ia memang telah berjalan melewati Gramedia.

"Makanya kalau jalan jangan sambil ngelamun. Kebiasaan lo buruk banget tau nggak," ucap Arssn menasihati Viola.

"Iya-iya," balas Viola seraya memutar bola matanya jengah.

"Gue serius, Vi," ucap Arsen. Raut wajahnya berubah serius saat mengatakan kalimat itu.

"Iya, Sen. Gue paham," balas Viola.

"Kalian kenapa masih di sini? Banyak yang ngelihatin kalian loh," ucap Khaila.

Viola mengedarkan pandangannya ke sekitar. Dan benar, beberapa orang sedang menatap ke arah Viola dan Arsen. Mungkin saja mereka mengira jika ia dan Arsen adalah sepasang kekasih. Padahal kenyataannya ia dan Arsen hanya sebatas sahabat.

"Ayo masuk, Vi. Gue malu dilihatin banyak orang," ucap Arsen seraya menarik tangannya pelan. Viola tak memberontak saat Arsen membawanya masuk ke toko terlenal itu. Karena diam-diam ia menikmati perlakuan Arsen.

*****

Teriakan para penikmat film horor terdengar nyaring di bioskop. Adegan-adegan menyeramkan berseliweran di layar lebar itu.

Dalam hati Viola menyumpah serapahi Khaila. Bukan tanpa sebab, Khaila yang memilih untuk menonton film horor. Padahal sudah jelas-jelas Viola menolaknya, tapi Khaila tetap saja memaksa.

Dan seperti ini lah kondisinya sekarang. Viola fokus memejamkan mata karena takut dengan hantu berwajah menyeramkan yang tiba-tiba muncul di layar. Ditambah posisi duduknya yang kurang nyaman membuat dirinya sangat-sangat membenci situasi ini.

Khaila duduk di antara Viola dan Arsen. Itu artinya ia duduk di antara Khaila dan orang asing. Jika sebelumnya ia bisa memeluk Arsen saat ketakutan, kini ia hanya bisa memeluk dirinya sendiri. Karena saat ini Khaila yang menggantikan posisinya. Gadis itu berulang kali memeluk Arsen saat hantu berwajah seram muncul.

Sepertinya Khaila memang sengaja melakukan hal ini padanya. Karena Khaila memaksa akan membeli tiketnya, sedangkan Khaila menyuruh Viola dan Arsen membeli pop corn dan minuman.

Melihat Khaila memeluk Arsen membuat hatinya panas. Jika saja Khaila tidak ikut pasti ia yang berada di posisi itu. Untung saja ia memiliki hati baja, masih kuat dengan adegan di sampingnya.

"Arsen, gue takut banget," ucap Khaila. Ia memeluk lengan Arsen untuk mengurangi rasa takutnya.

"Kenapa takut? Itu cuma film," balas Arsen.

Viola melampiaskan kekesalannya dengan memakan pop corn dengan jumlah lumayan banyak dalam satu kunyahan. Dalam hati ia menyumpah serapahi Khaila dengan kata-kata mutiaranya.

"Tumben banget lo nggak takut," ucap Arsen.

"Lo tanya sama gue?" ucap Viola seraya menunjuk dirinya sendiri.

"Iya lah. Nggak mungkin gue tanya sama orang di sebelah lo," balas Arsen.

"Sebenernya gue takut. Tapi gue lagi nggak mau lebay," ucap Viola. Jika orang cerdas pasti bisa menangkap sindiran dalam perkataannya.

"Sok banget sih, lo. Biasanya juga takutnya kayak orang kesetanan," cibir Arsen.

"Bodo amat gue budek," ucap Viola.

"Aaa! Serem banget."

Viola melirik sekilas ke arah Khaila. Lalu gadis itu membuang pandangannya seraya berkata, "Ratu drama."

"Bilang apa, Mbak?"

Viola langsung menatap orang di sampingnya. Seorang wanita berumur dua puluh tahunan yang menatapnya dengan tatapan kurang menyenangkan.

"Oh itu, si hantunya ratu drama banget," ucap Viola. Tak ada keraguan saat mengatakan hal demikian. Karena ia tidak menyindir wanita di sebelahnya.

"Mbaknya nggak lagi nyindir saya, kan?" ucap wanita itu. Matanya memincing curiga ke arah Viola.

"Nggak sama sekali kok, Mbak. Maaf kalau ada kata-kata saya yang kurang enak. Saya nggak bermaksud," ucap Viola. Ia memilih mengalah daripada memperpanjang masalah. Karena mood buruknya bisa mengacaukan segalanya.

"Ya udah Mbak. Kita damai ya," ucap wanita itu.

"Iya."

Untung gue sabar pakai banget batin Viola. Diapit dua cewek menyebalkan membuat emosinya sedikit terpancing. Untung saja ia memiliki kontrol yang baik.

________________________________________

Setelah beberapa hari nggak muncul akhirnya muncul juga. Nggak tahu kenapa mood nulis akhir-akhir ini menurun, padahal masih banyak yang harus ditulis.

Purwodadi, 12 Agustus 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro