Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10

Happy reading!

Author POV

Viola tampak tergesa-gesa menuruni anak tangga. Sudah lebih dari lima menit Arsen menunggunya di halaman rumah. Padahal jam masih menunjukkan pukul 06.15. Tapi cowok itu menerornya dengan cara mengirim spam chat.

"Vio, pelan-pelan kalau turun dari tangga," tegur Ervan.

"Vio buru-buru, Bang. Arsen udah nunggu aku di depan," ucap Viola.

"Abang tahu. Tapi keselamatan jauh lebih penting," ucap Ervan.

"Setelah ini nggak kok," balas Vio. Ia segera menuju meja makan, dengan cepat ia memakan selembar roti dengan selai blueberry.

"Pelan-pelan, Vi. Nanti keselek loh," tegur Mama Dita. Viola hanya mengangguk, tapi ia tak mengurangi kecepatan kunyahannya. Setelah roti itu habis tak tersisa, ia meneguk segelas susu putih dengan cepat. Tak menunggu lama susu itu telah tandas.

"Vio berangkat," ucap Viola. Tak lupa ia mencium punggung tangan Mama Dita dan kedua kakaknya. Shakila tak berada di meja makan, istri Ervan itu sedang mandi.

Mama Dita ikut bangkit dari duduknya. Ia membuntuti Viola yang berjalan ke luar. Dengan langkah cepat ia menghampiri Arsen yang berada di atas motornya.

Arsen yang melihat sosok mama sahabatnya itu langsung turun dari motornya. Ia mendekat ke arah Mama Dita.

"Selamat pagi, Tan. Tante sehat kan?" sapa Arsen dengan ramah.

"Pagi juga, Sen. Alhamdulillah tante sehat. Tante kangen sama kamu, udah lama kamu nggak main ke sini," ucap Mama Dita.

Arsen tersenyum kikuk. Tangannya sibuk menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Ini lah salah satu alasan mengapa ia tak pernah masuk ke dalam rumah saat menjemput Viola.

Viola hanya menjulurkan lidahnya saat Arsen meminta bantuan lewat kedipan mata.

"Maaf, Tan. Akhir-akhir ini Arsen sibuk banget. Arsen janji kalau udah pelantikan anggota OSIS baru pasti Arsen main," ucap Arsen.

"Iya, Sen. Selesaikan dulu tugas-tugas kamu, biar nanti kalau udah selesai biar tenang kalau main ke sini," ucap Mama Dita.

"Iya, Tan. Eum Arsen pamit berangkat dulu, soalnya Arsen dapat tugas buat jaga gerbang," ucap Arsen.

"Iya, Sen. Jangan ngebut bawa motornya," pesan Mama Dita.

"Siap, Tan! Kalau gitu Arsen berangkat. Assalamualaikum," ucap Arsen. Setelahnya cowok dengan almamater OSIS itu mencium punggung tangan Mama Dita.

Dengan gerakan cepat Arsen menaiki motornya, tak lama Viola ikut menyusul. Ia memberi klakson pada Mama Dita. Setelahnya motor itu meninggalkan halaman rumah Viola. Mulanya dengan kecepatan sedang, lama-kelamaan menjadi cepat. Viola tak berkomentar, ia sibuk menikmati punggung Arsen yang sandar-able.

*****

Jam istirahat telah dimulai sejak sepuluh menit yang lalu. Sama seperti sebelumnya, Arsen dan Viola berada di kantin dengan meja yang sama.

Sejak mereka duduk di bangku itu, belum ada obrolan sama sekali antara mereka berdua. Arsen tengah sibuk dengan game online yang sedang dimainkan olehnya.

Viola sendiri sibuka mengamati wajah kesal Arsen dalam bermain. Ingin rasanya Viola menyentuh kerutan di dahi Arsen. Kerutan yang tercipta karena cowok itu terlalu serius dalam bermain game.

Sebenarnya Arsen bukan tipe player aktif di game itu. Ia hanya memainkannya jika merasa kesal dan badmood. Seperti saat ini misalnya, cowok itu bermain karena merasa badmood, sebab kelas mereka baru saja menyelesaikan ulangan dadakan.

Sudah semalam tidak belajar, ditambah ia telat masuk ke dalam kelas karena urusan OSIS. Yang membuat Arsen kesal adalah ia tak diberi perpanjangan waktu oleh guru itu.

"Sen, udah dulu mainnya. Ini nasi goreng lo udah dianter," ucap Viola.

"Bentar, nanggung banget nih," ucap Arsen. Cowok itu masih saja fokus pada game yang sedang ia mainkan.

Viola hanya mendengkus sebal. Sepertinya ia harus menunda makannya. Ia menatap wajah serius Arsen, sepercik rasa bahagia hinggap di diri Viola. Menatap Arsen saja sudah bahagia, apalagi kalau ia menjadi kekasih cowok itu. Mungkin kebahagiaan Viola tak bisa diterjemahkan lewat kata-kata.

Hanya ada dua kemungkinan jika Arsen mengetahui perasaannya. Yang pertama menerima Viola dan kedua menolak Viola. Ia tak bisa membayangkan jika Arsen menolak Viola.

"Vi, ada gempaaa!"

"Gempa? Ayo lari ke lapangan, Sen!"

"Hahaha! Sana lari ke lapangan," ucap Arsen. Ia begitu menikmati ekspresi Viola. Gadis itu dengan reflek berdiri saat mendengar ucapan Arsen. Bahkan ia memukul meja dengan keras.

"Arsen, ih! Gue malu banget," rengek Viola. Hampir semua penghuni kantin menatap Viola bingung.

"Maaf deh. Gue sengaja banget," ucap Arsen.

Viola menatap Arsen tajam. Ia sangat kesal dengan cowok yang ada di hadapannya itu.

"Minum es dulu biar nggak panas," ucap Arsen seraya mendorong gelas yang berisi es teh mendekat ke arah Viola. Viola masih bertahan dengan tatapan tajam miliknya. Tapi ia tetap minum es teh itu hingga seperempat gelas.

Sedetik kemudian Viola mengubah ekspresi wajahnya. "Sen, pulang sekolah nonton, yuk."

"Males ah. Malam Minggu aja," tolak Arsen.

"Gue udah ada tiketnya, tinggal berangkat aja," ucap Viola.

"Karena lo maksa ya udah gue mau," balas Arsen.

"Pede banget, sih. Siapa yang maksa coba. Bilang aja kalau lo suka sama yang gratisan," ucap Viola.

"Bukan gitu, kita sebagai manusia nggak boleh menolak rezeki."

"Ngeles terus, Sen," cibir Viola.

"Bodo amat, Vi. Gue laper, mau makan," ucap Arsen.

"Gue juga mau makan," ucap Viola. Ia menarik mangkuk yang berisi bakso mendekat ke arahnya.

"Copas," cibir Arsen.

"Suka-suk--"

"Gue boleh ikut gabung nggak?"

Mood Viola berubah drastis saat mendengar suara sosok yang tidak asing lagi. Ingin rasanya ia menolak permintaan orang yang ada di belakangnya.

"Boleh kok."

Jawaban Arsen membuat Viola semakin kesal. Untung saja ia masih bisa menahan kekesalannya. Jika tidak, pasti mangkuk di hadapannya telah melayang mencari korban.

________________________________________

Balik lagi nih, sorry kalau lumayan lama. Nulis cerita ini harus punya niat yang banyak. Karena sering males gitu. Mohon dimaklumin ya guys.


Purwodadi, 1 Agust 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro