20. I'll Love You For A Thousand Years
⚠️ : smut, chapter ini juga merupakan chapter terpanjang. So please be a wise reader, thank you 🙏
Telapak tangan sudah Mingi basah oleh keringat. Sepanjang perjalanan pulang menuju apartemennya, Mingi tidak bisa berhenti membayangkan hal yang tidak-tidak.
Tapi ini wajar kan?
Mingi jadi teringat ketika Wooyoung menyoraki dirinya dan Yunho agar melangsungkan malam pertama dengan sempurna. Yunho sendiri hanya tertawa, tetapi Mingi menanggapinya dengan serius. Dan keseriusan Mingi terbawa sampai kamar apartemennya.
"Kau tidak mau mandi?"
Suara Yunho membuyarkan lamunan Mingi, suaminya itu sedang melepas jas dan tali pinggang yang melekat ditubuhnya
"Yunho."
"Ya?"
"Kemarilah sebentar." Mingi mengulurkan tangannya, Yunho sempat bingung namun ia menyambut uluran tangan Mingi dengan senang hati.
Bagai otomatis, Yunho memposisikan dirinya di atas pangkuan suaminya. Melingkarkan tangan kirinya pada leher Mingi sementara tangan kanannya mengusap rambut Mingi dengan perlahan. Yunho tak henti-hentinya mengagumi wajah Mingi malam ini, maka sebagai bentuk apresiasi, ia menunduk lalu memberi satu ciuman di bibir.
Dan Mingi menerima sinyal yang Yunho berikan dengan baik.
Saling berperang lidah, pada akhirnya Mingi yang mendominasi. Tangannya bergerak cepat untuk membuka satu persatu kancing kemeja Yunho dan melemparkannya ke lantai, turun sampai ke bawah dan menyadari bahwa suaminya sudah menanggalkan celana panjangnya.
Mingi menyeringai.
Dengan hati-hati, Mingi membawa tubuh Yunho untuk telentang di ranjang. Berhenti sebentar untuk menggoda Yunho dengan pertunjukkan striptease yang Mingi berikan.
"Suka dengan apa yang kau lihat?" Tanya Mingi seduktif.
Kemeja Mingi sudah teronggok di lantai.
Yunho menelan ludah.
Dilanjutkan dengan celana panjang hitam Mingi yang kini sudah terlempar entah kemana.
Yunho kembali menelan ludah.
"Buka dalamanmu." Suara Mingi begitu dominan, membuat Yunho dengan mudah menurutinya.
Kedua pipi Yunho memanas, membuka dalamannya sendiri sementara Mingi berdiri menjulang di hadapannya, mengawasi gerak geriknya.
"Good boy." Ucap Mingi.
Yunho senang mendengarnya.
Mingi menunduk, mencari bibir Yunho untuk bertemu dengan miliknya. Bunyi kecipak basah memenuhi kamar, Yunho mendesah kecewa ketika kepala Mingi bergerak menjauh.
Belum selesai, Mingi mengacungkan tiga jarinya di depan bibir Yunho.
"Suck it, babe."
Mingi tak bisa menahan senyum melihat pemandangan Yunho yang tengah mengisap jarinya dengan sensual. Lidah suaminya itu bergerak liar dan membasahi ketiga jari Mingi dengan sempurna.
Dirasa sudah cukup, Mingi mengeluarkan jarinya, bergerak menuju ke bawah, mencari tempat seharusnya ia bersemayam.
"Kau siap?"
Yunho mengangguk, lalu merintih setelahnya. Ada rasa terbakar yang menggelora ketika satu persatu jemari Mingi memasuki lubangnya. Sakit, namun Yunho berusaha menikmati. Bibirnya terbuka untuk mendesah, Yunho tahu ia terlihat sangat putus asa hanya karena jari jemari Mingi.
"Aku butuh yang--ahhh lebih besar."
So desperate.
Mingi mengeluarkan ketiga jarinya, melihat lubang Yunho yang berkedut, menginginkan lebih.
"Tatap aku."
Kedua mata Yunho terbuka, menatap Mingi yang tengah menanggalkan dalamannya. Yunho bisa lihat cairan precum membasahi badan kelamin Mingi.
Sial, Yunho lagi-lagi menelan ludah.
Menunduk, Mingi memposisikan kejantanannya pada lubang Yunho, siap menerobos masuk dengan sejuta napsu yang menaunginya.
"Jangan takut," Telapak tangan Mingi membelai lembut wajah Yunho, "Fokus padaku, oke?"
Dan ketika Yunho mengangguk, Mingi menerobos masuk. Mingi menunggu sampai Yunho terbiasa, melihat suaminya sedikit terisak dengan napas tidak teratur.
"Kau baik-baik saja?"
"Ya.." Yunho berusaha menjawab, "Bergeraklah."
Dengan senang hati, Mingi menuruti. Menggerakkan pinggangnya sebaik yang ia mampu, menyalurkan hasrat yang selama ini ia pendam sendirian.
"Ahhh... d-disitu Mingi!"
Desahan Yunho membuat semangat Mingi membara, semakin kuat menghantam titik nikmat pria di bawah dominasinya ini. Tak puas, bibir Mingi bergerak menggerayangi leher Yunho, menciptakan tanda kemerahan yang cukup banyak dan akan berbekas sampai beberapa hari.
Jemari Yunho menangkup wajah suaminya, membawa keduanya dalam ciuman panas yang panjang, sementara Mingi masih bergerak penuh gairah di bawah sana.
"Mingi... aku mau--ahhh--keluar.."
"Tunggu sebentar, Sayang."
Yunho menurut, menunggu Mingi mengejar pelepasannya agar dapat mencapai klimaks bersama.
"Together, Yunho."
Cairan cinta keduanya membuncah disaat yang bersamaan, Yunho lah yang keluar lebih banyak karena telah menahannya sejak tadi. Ia merasa lengket akibat sperma Mingi yang memenuhi lubangnya. Ada rasa hampa ketika Mingi mengeluarkan penisnya dari lubang Yunho, dan membuat suaminya itu merengek kecil.
"Atur napas, Sayang," Jemari Mingi mengusap surai Yunho dengan lembut, memberi kenyamanan, "Sudah cukup?"
Yunho menggeleng, "Aku ingin ronde kedua."
Mingi terkejut mendengarnya.
Yunho dengan cepat membalik posisi keduanya, kini ia yang menjulang dengan Mingi yang telentang.
"Aku harap kau tidak kelelahan sehabis ini," Bisik Yunho ditelinga suaminya, tak lupa meninggalkan gigitan seduktif pada daun telinga Mingi.
Tangan kanan Yunho bergerak melingkari kejantanan Mingi, mengocok perlahan dengan tempo naik turun yang membuat Mingi meracau tertahan.
"Ahhhh---euhhh Y-Yunho."
Yunho menyeringai dan mempercepat kocokannya. Tangan Mingi mencengkram bahu Yunho dengan erat, dan getaran di tubuhnya semakin kacau.
"Aku yakin, Seonghwa tidak pernah memberimu kenikmatan seperti ini."
Mingi menganggukkan kepalanya, "Hanya kau yang bisa."
Pada akhirnya, Yunho yang menjadi pemenang.
Ia tahu, Mingi hampir mencapai klimaks, maka dari itu Yunho melepaskan tangannya dari kejantanan Mingi. Suaminya menggerutu, dan Yunho menatapnya lucu.
"Kau akan mendapatkan lebih," Tangan kanan Yunho bergerak membuka laci nakas, mencari pelumas untuk melanjutkan kegiatan panas.
Mingi menahan tangan Yunho, "Langsung saja."
Suaminya seputus asa itu?
Yunho ragu, maksudnya, bercinta tanpa pelumas pastilah sangat sakit. Dan Yunho tidak ingin melihat Mingi tersiksa karenanya.
"Aku akan baik-baik saja."
"Baiklah," Mulai memposisikan dirinya dihadapan lubang Mingi, Yunho menunduk untuk berbisik, "Katakan padaku jika kau ingin berhenti."
Detik berikutnya, Mingi kembali meracau. Baru setengah kelamin Yunho yang masuk namun Mingi sudah menggeram hebat.
"Sakit? Kau ingin berhenti?"
Mingi menggeleng, "Lebih dalam dan bergeraklah, Yunho."
Tekad dan nekat Mingi patut diacungi jempol. Menuruti perkataan suaminya, Yunho menerobos masuk lebih dalam dan mulai bergerak dengan perlahan.
Racauan berubah menjadi desahan, Mingi bahkan ikut menggerakkan pinggulnya, mengejar kenikmatan dengan kejantanan Yunho yang tertanam sempurna dalam senggamanya.
"Ahhh--Yunho, ini--ahhh nikmat!"
"I know."
Yunho menginginkan lebih. Ia mengangkat kaki kanan Mingi dan menaruh di bahunya agar dapat mengakses lubang suaminya lebih dalam. Menghantam titik nikmat Mingi semakin kuat, desahan keduanya terdengar seperti kompetisi.
"D-Di situ, ahhhh--Yunho!"
Sudahkah Yunho mendeskripsikan betapa indahnya Mingi saat ini? Rambut berantakan, bibir yang tak berhenti mendesah, dan mata sipit yang terpejam menikmati servis terbaik dari suaminya.
Walaupun Yunho yang lebih dulu menjadi submisif namun hal tersebut tidaklah penting. Bayangan Yunho tentang mendominasi Mingi selama ini telah menjadi kenyataan, dan ia begitu menikmati wajah memerah suaminya dengan napas yang tersengal.
"Aku selalu ingin melakukan ini padamu, mendominasi." Yunho menenggelamkan kepalanya pada perpotongan leher Mingi, menggigit kecil yang menimbulkan bekas merah keunguan disana.
Mingi tidak peduli lagi, ia malah mendesah semakin keras dan mencengkram punggung Yunho dengan erat.
Rektum Mingi mengetat dan Yunho tahu suaminya akan segera mencapai pelepasan. Hal itu membuat Yunho semakin gencar menggerakkan pinggulnya, menghantam titik nikmat Mingi tanpa henti.
"Aku akan---ahhh keluar.."
Dan Mingi menyemburkan spermanya pada perut Yunho, ia tak bisa menahan lebih lama lagi. Yunho menyeringai, suaminya sedikit payah dalam hal ini, menjadi submisif.
Detik berikutnya, Yunho mencapai klimaks. Ia menahan desahannya dengan mempertemukan bibirnya pada bibir Mingi. Berbagi ciuman yang melibatkan lidah sembari mengeluarkan kejantanannya dari senggama hangat Mingi.
Selesai, keduanya berbagi tatap dan jemari yang saling mengusap.
"Aku mencintaimu." Mingi tersenyum, begitu tulus dengan pipi bersemu merah muda.
"Aku mencintaimu, Mingi. Cinta sekali."
Kedua mata bundar Yunho menusuk tepat ke dalam sukma Mingi, memberi rasa hangat yang menjanjikan. Mingi tidak tahu bercinta setelah menikah akan terasa begitu menyejukkan, ia tahu sabar akan selalu berbuah baik.
Yunho menjatuhkan tubuhnya di sebelah Mingi, keduanya merasa amat lengket sekarang. Namun tidak menghalangi Mingi untuk tetap memeluk suaminya. Menyalurkan rasa hangat dan nyaman sehabis sesi bercinta yang melelahkan, namun menyenangkan.
Tak ada kata yang terucap, pertanda mereka berdua sudah terlelap dan saling mendekap.
──✧*:・゚☄.*. ☄⋆ *:・゚✧──
Yunho terbangun karena sinar matahari yang menusuk ke netranya. Ia mengerjap, lalu menyesal. Harusnya semalam Yunho menutup tirai terlebih dulu.
Sadar bahwa tubuhnya terasa berat, Yunho berbalik, mendapati pemandangan pagi paling indah yang pernah ia lihat seumur hidupnya. Mingi tampak masih tertidur pulas, kedua tangannya melingkari pinggang Yunho, bibirnya terbuka sedikit, dada telanjangnya menyembul dari balik selimut putih yang menutupi tubuhnya.
What a morning view.
Senyum kecil menghiasi bibir Yunho, jemarinya bergerak menyisir surai dirty blonde Mingi, turun sampai ke dahi dan mengusap pelan disana.
Sadar akan adanya pergerakan asing, Mingi mulai membuka kedua matanya yang langsung bertemu dengan senyum manis milik Yunho.
"Good morning, Husband." Yunho tak dapat menahan diri untuk tidak mengecup singkat bibir suaminya.
"Good morning, My Love." Suara rendah khas bangun tidur milik Mingi mampu membuat jantung Yunho berdetak tak karuan, terlebih ketika bibir tebal Mingi menyapu lehernya. "Bagaimana tidurmu? Apakah nyenyak?"
Astaga, berhenti berbicara Song Mingi, kau membuat Yunho hampir pipis dikasur saat ini.
"Tentu saja, karena kau memelukku dengan erat."
Mingi terkekeh, tubuhnya bergerak untuk menindih Yunho tanpa melepaskan kontak bibir pada leher suaminya.
"Aku lapar." Bisik Yunho.
"Aku juga," balas Mingi, tangannya mencengkram erat pinggang Yunho, "Tapi aku sudah mendapatkan sarapan yang lebih dari cukup pagi ini."
"Pervert."
Menjauhkan wajahnya, Mingi menatap Yunho seduktif, "But you love this pervert right?"
"Absolutely."
Yunho mengalungkan tangannya pada leher Mingi, menarik wajah suaminya mendekat untuk mempertemukan bibir keduanya. Ciuman manis dengan lidah Mingi yang meminta untuk masuk lebih dalam.
Meski dengan kondisi perut lapar, mereka berdua yakin akan ada satu ronde tambahan pagi ini, namun keduanya tak peduli. Sarapan dapat menanti. Saat ini, mari fokus pada tangan Yunho yang sudah menggerayangi tubuh Mingi yang dibalas senang hati oleh sang suami.
What a good way to start a day.
──✧*:・゚☄ FIN ☄⋆ *:・゚✧──
Untuk kalian yang abis baca chapter ini :
Pertama-tama, aku mau mengucapkan terima kasih untuk readers yang sudah mengikuti Playing With Fire dari awal.
Aku juga mau meminta maaf kalau ada kesalahan kata, dan mungkin ceritanya kurang bagus atau ada kekurangan, akan aku jadikan pembelajaran untuk buku-buku berikutnya 🙏
Terima kasih untuk vote dan komennya. Kalau kalian mau memberi masukan, kritik dan saran, aku akan senang hati menampungnya 😄
Sampai jumpa di buku-buku milikku yang lain ya ❤
Thank you for being a part of Yunho and Mingi's love story ♡
With love, yeosha.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro