17. I Will Always Keep You Safe
"Terima kasih sudah mau datang." Mingi tersenyum simpul pada pria dihadapannya yang sedang mengunyah apple strudel dengan perlahan.
Beberapa menit yang lalu, Hongjoong datang untuk memenuhi permintaan Mingi.
"Bukan masalah," Hongjoong menyesap minuman di gelasnya, green tea frappe yang ternyata tidak enak tapi Hongjoong memilih untuk tidak berkomentar, "Aku siap datang dan mendengarkan bila temanku butuh bantuan."
Terdapat jeda beberapa detik sebelum Mingi membuka mulut, "Aku bertengkar dengan Yunho, aku yakin ia sudah memberitahumu bukan?"
Hongjoong mengangguk, "Yunho bercerita pada kami beberapa hari yang lalu."
Kami, yang Mingi ketahui adalah San, Yeosang, dan teman-temannya yang lain.
"Apakah Yunho menangis?"
"Tidak, tapi pandangannya terlihat kosong." Hongjoong memberi jeda sebelum kembali berbicara, "Kalian sudah berbicara?"
Mingi menggelengkan kepala.
"Kenapa?"
"Karena aku tidak bisa memberitahu yang sebenarnya."
"Kenapa?" Hongjoong kembali bertanya, ia tidak akan puas sebelum mendapatkan jawabannya, "Apa kau kembali menjalin hubungan dengan Seonghwa?"
"Kau pikir aku gila?"
Hongjoong mengangkat bahunya acuh, "Kenapa kau berbohong?"
"Aku tidak berbohong." Bantah pria bermarga Song itu, "Ini semua hanya salah paham."
Hongjoong menunggu Mingi untuk menyelesaikan ucapannya.
"Hari itu, Yunho mengajakku makan siang namun aku beralasan sedang ada pekerjaan di kantor sehingga aku menolaknya. Tapi yang sesungguhnya, aku membeli hadiah untuk Yunho."
"Hadiah?"
Mingi mengangguk, "Sebuah cincin."
Hongjoong tidak bodoh, ia tahu betul apa yang temannya maksud dengan membeli cincin.
"Sepulang dari toko perhiasan, aku bertemu dengan Seonghwa dan berakhir kami berbincang di kafe. Tapi ternyata, Yunho tahu apa yang kulakukan. Ia menuntut penjelasan tapi aku tidak bisa memberi tahu yang sebenarnya karena akan merusak kejutan."
"Jadi, pertengkaran kalian murni karena kesalahpahaman?"
Mingi mengangguk, "Tentu saja, aku tidak segila itu untuk berpaling dari Yunho dan kembali pada Seonghwa."
"Kau harus bicara pada Yunho."
"Berulang kali aku ingin menjelaskan padanya, tetapi kurasa Yunho tidak mau mendengarkanku."
"Yunho mau, ia hanya butuh waktu" tegas Hongjoong, "Cobalah bicara padanya malam ini, kau tidak bisa terus menerus menahan rindu seperti itu kan."
Mingi membenarkan ucapan Hongjoong, Mingi rasa ia tidak salah memilih teman bicara. Hongjoong adalah orang yang tepat.
"Jadi, kapan kau akan melamarnya?"
"Secepat yang aku bisa."
──✧*:・゚☄.*. ☄⋆ *:・゚✧──
Yeosang sempat berpikir untuk menyeret Yunho pulang dengan keadaan mabuk dan kaki yang terluka atau meminta bantuan Mingi lalu membawa kekasihnya pulang. Dan pilihan Yeosang jatuh pada opsi kedua.
Ia tahu hubungan Yunho dan Mingi sedang tidak baik, tapi seharusnya hal ini bukan masalah besar. Siapa tahu keduanya dapat saling berbicara dan berbaikan nanti.
"Yeosang!"
Mingi datang dengan secepat kilat ketika mendapat telepon dari Yeosang, meminta bantuan untuk menjemput kekasihnya yang mabuk. Pandangan Mingi jatuh pada Yunho yang tengah tertawa, matanya terpejam dan rambutnya berantakan.
"Yunho mabuk berat, ia meracau dan sembilan puluh persen racauannya tentang dirimu. Aku hendak memesankan taksi dan meminta Yunho untuk menunggu sebentar. Tetapi ia mengejarku, karena mabuk, Yunho tidak hati-hati dan tersandung kaki kursi. Kakinya terluka dan aku tidak bisa membawanya." Jelas Yeosang panjang lebar.
"Tak apa, aku akan membawanya pulang."
"Maaf jadi merepotkanmu seperti ini, Mingi."
"Tidak kok," Pria bermarga Song itu tersenyum, "Ia kekasihku, tanggung jawabku. Terima kasih, Yeosang."
Mingi membawa Yunho ke dalam mobilnya, dalam hati Mingi berharap agar Yunho tidak muntah dan mengotori jok mobilnya.
"Tunggu sebentar, ya. Aku akan mengantarmu pulang." Usapan ringan Mingi berikan di puncak kepala Yunho yang hanya dibalas gumaman rendah oleh kekasihnya.
Sepanjang perjalanan menuju apartemen Yunho, lelaki itu tertidur. Sedikit mendengkur malah. Terlalu nyaman di dalam mobil Mingi membuat ia lupa diri. Diam-diam, Mingi tersenyum. Akhirnya ia dapat bertemu Yunho setelah sekian lama, sehabis ini Mingi harus berterima kasih pada Kang Yeosang.
Sesampainya di apartemen Yunho, Mingi masih harus membopong kekasihnya sampai ke dalam unitnya. Tak apa, Mingi akan melakukannya dengan senang hati. Perlahan, Mingi membuka seatbelt yang membalut tubuh Yunho, mengangkat kekasihnya dengan hati-hati dan menutup pintu mobil.
"Kakiku sakit.." Yunho bergumam di dalam tidurnya.
"Berjalan sedikit sampai ke lift ya, Sayang?"
"Oke."
Menuntun Yunho yang pincang, Mingi berusaha tetap terlihat normal untuk melangkah sampai ke dalam lift. Mengabaikan tatapan beberapa orang di lobi.
"Sakit.." Yunho kembali bergumam atau lebih tepatnya merengek.
Tak ada pilihan.
"Naik," Mingi berjongkok di hadapan Yunho, menyuruh kekasihnya untuk naik ke atas punggungnya.
"Aku berat."
"Tidak kok, ayo naik. Aku gendong sampai ke kamar." Dalam hati, Mingi berharap agar Yunho tidak muntah di bahunya.
Lift terbuka, terdapat dua orang wanita yang hendak masuk dan langsung mengernyit saat melihat Mingi menggendong Yunho. Mingi hanya dapat meringis dan mengucapkan permisi sambil tersenyum kecil.
"Aku berat kan?"
Mingi menggeleng, "Tidak kok."
"Rambutmu wangi." Yunho mengusak hidungnya di antara helai rambut Mingi, jemarinya menyisir perlahan rambut kekasihnya yang terasa begitu halus.
"Benarkah?"
"Hmm hmm, wanginya seperti rambut Mingi. Tetapi kau bukan Mingi, atau kau memang Mingi?"
Pria bermarga Song itu tidak menjawab, ia memilih untuk memasukkan empat digit password unit apartemen Yunho.
"Kita sudah sampai, aku akan membawamu sampai ke kamar, oke?"
"Terserah, tetap gendong aku."
Mingi terkekeh, "Baiklah."
Menggendong Yunho bukan hal yang mudah, namun Mingi tidak menyerah. Apapun akan ia lakukan untuk kekasihnya. Perlahan-lahan, Mingi membuka kedua sepatu Yunho, lalu beralih membuka jaket serta tali pinggang agar tidak sesak.
Mingi bersumpah ia tidak akan melakukan apapun pada Yunho, tidak dalam keadaan kekasihnya yang mabuk.
"Tidurlah."
"Apakah kau akan pergi?"
Hening beberapa detik sampai Mingi berucap, "Tidak." Ia menunduk, mengusap pelipis Yunho lalu membubuhi satu ciuman di dahinya, "Aku tidak akan pergi."
──✧*:・゚☄.*. ☄⋆ *:・゚✧──
A/N :
Minggu depan buku ini tamat 🤠
-yeosha
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro