Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

14. Truth Hurts

Masuk bulan keempat nyari kelima sejak Yunho dan Mingi memperdalam hubungannya, dan belum terjadi apa-apa diantara keduanya.

Dalam tanda kutip, berhubungan seks.

Mereka sering melakukan kontak fisik, berpelukan, berciuman, cuddle, spooning dan aktivitas ringan yang membuat keduanya gemas akan satu sama lain. Alasan keduanya belum bercinta adalah... Yunho yang tidak ingin. Entahlah, ia hanya merasa belum siap dan sedikit takut. Berbeda dengan Mingi yang siaga kapanpun Yunho akan meminta, ia tidak memaksa, tetapi jika Yunho ingin, Mingi akan melakukannya.

Mingi tak bisa mengelak bahwa ia terlampau sering membayangkan hubungan seks dengan kekasihnya. Mengocok kejantanannya sendiri sambil membayangkan Yunho dengan Mingi yang mendominasi, kemudian mereka akan bertukar posisi dan melanjutkan proses penetrasi. Lalu Mingi mencapai klimaks karena ulah tangannya sendiri.

Itu kejadian dua minggu lalu, membuat Mingi sadar bahwa ia tidak bisa terus menerus membayangkan waktu kotor dengan Yunho. Rasanya begitu aneh, bermain sendirian. Ia akan atasi itu. Segera.

──✧*:・゚☄.*. ☄⋆ *:・゚✧──

Mingi tidak menyangka dirinya akan berakhir di tempat ini, bersama seseorang yang paling tidak ia duga. Setelah menolak tawaran Yunho untuk makan siang bersama dengan alasan pekerjaan kantor yang belum selesai, Mingi menghabiskan waktunya berdiri tiga puluh menit di depan toko perhiasan. Entah apa yang terjadi tetapi Mingi melangkah masuk ke dalam, ketika seorang pelayan wanita bertanya apa yang ia cari, Mingi menjawab tanpa ragu.

"Aku mencari cincin untuk kekasihku, tolong berikan yang terbaik."

Ini jelas di luar rencana pengeluaran bulanannya namun Mingi tidak pernah seyakin ini untuk menghabiskan uangnya sendiri.

Cincin itu sampai di genggaman Mingi, berwarna silver dengan permata kecil di atasnya. Mingi suka, ia yakin Yunho juga akan menyukainya. Sesudah membelinya, Mingi melangkah keluar dari toko perhiasan tersebut dan berpapasan dengan mantan kekasihnya.

Dan di sinilah mereka berakhir, menikmati dua cangkir kopi sambil mengunyah beberapa potong donat. Mingi bukan pecinta makanan manis, tetapi Seonghwa jelas iya.

"Senang bertemu denganmu lagi, bagaimana kabarmu?" Seonghwa mengawali percakapan keduanya setelah dilanda hening beberapa saat.

Mingi tersenyum dibalik cangkir kopinya, "Aku baik."

"Sepertinya aku salah bicara, maksudku, bagaimana kabarmu dan Yunho?"

"Aku dan Yunho?"

Seonghwa mengangguk, "Ya."

"Well, kami berpacaran. Sudah hampir lima bulan, dan aku senang bisa menjalin hubungan dengannya." Terdengar nada gugup pada kalimat Mingi.

"Aku turut senang mendengarnya. Kau pasti sudah tahu kan, aku sempat bertemu dengan Yunho kemarin."

Mingi mengangguk, "Yunho cerita padaku, kalian bertemu dikedai kopi milik San."

Seonghwa membenarkan, kemudian pandangannya jatuh pada tas kecil di sebelah Mingi. Menyadari Seonghwa menatap ke arah tas belanjaannya, Mingi buru-buru menariknya mendekat. Seonghwa menyeringai tetapi ia tidak berkomentar apa-apa.

"Baiklah, aku akan menunjukkannya saja padamu karena kau sudah terlanjur melihatnya." Mingi menaruh tas belanjaannya ke atas meja, membuat Seonghwa terlihat penasaran dengan isinya.

"Kau membeli perhiasan?"

"Lebih tepatnya, cincin."

Seonghwa mendongak, menatap Mingi yang wajahnya terlihat memerah sampai ke telinga.

"Aku berencana melamar Yunho." Pria itu berucap hati-hati sekali sambil memainkan jemarinya dengan gelisah.

"That's good, Mingi. Oh my god, I'm so happy for you!" Seonghwa berusaha mengontrol sorakannya, ia benar-benar bahagia mendengar kabar mengejutkan ini.

"Menurutmu begitu? Apakah tidak terlalu cepat?"

"Tidak jika kau yakin pada hatimu."

"Aku tidak pernah ragu pada padanya." Mingi menggigit bibirnya, teringat akan ucapannya di dapur Yunho, "Tidak akan pernah."

"Mungkin, kau dan Yunho baru lima bulan menjalin hubungan, tapi aku yakin kalian sangat tahu dengan hati masing-masing. Bukankah begitu?"

"Kau benar," Membayangkan Yunho akan sangat terkejut ketika Mingi melamarnya, membuat jantung Mingi berdetak di luar batas wajar saat ini. "Terima kasih, Seonghwa." Senyum manis mulai menghiasi wajahnya, Mingi begitu bahagia sekarang.

"Kembali kasih, kira-kira kapan kau akan melamar Yunho?"

"Secepatnya."

Seonghwa cukup terkejut saat mendengar jawaban Mingi, tetapi kemudian ia tersenyum, "Beritahu aku jika kalian sudah siap menggelar pesta pernikahan, oke?"

Mingi menganggukkan kepala dengan mata menyipit karena senyumnya yang begitu lebar.

──✧*:・゚☄.*. ☄⋆ *:・゚✧──

Jung Wooyoung baru ingin menyeberang ketika lampu lalu lintas untuk pejalan kaki berubah merah. Bibir Wooyoung melengkung kesal, ia harus menunggu beberapa menit lagi sampai berubah menjadi hijau. Sambil menunggu, ia mengedarkan pandangannya sampai Wooyoung menangkap dua sosok yang sangat ia kenal.

Di seberang jalan, Mingi dan Seonghwa sedang tertawa bersama di sudut kafe. Terdapat dua cangkir kopi dan beberapa potong donat di hadapan mereka.

Wooyoung tidak ingin berpikiran macam-macam, mungkin mereka hanya bertemu untuk berbincang singkat. Lagipula, itu hal yang wajar kan?

Merasakan ponselnya bergetar di dalam saku celana, Wooyoung buru-buru mengambilnya. Ia sempat melihat nama yang tertera di layar.

Jeong Yunho 🐶 is calling...

"Halo?"

"Hai, Wooyoung! Apa kau sedang sibuk?"

"Tidak, tidak." Pandangan Wooyoung belum terlepas dari Mingi dan Seonghwa, "Tidak sama sekali."

"Mau makan siang denganku?"

"Biasanya kau makan siang dengan Mingi?"

Terdengar hela napas panjang Yunho di seberang sana, "Aku sudah mengajaknya untuk makan siang bersama tadi, tetapi Mingi bilang, ia banyak pekerjaan di kantor yang harus diselesaikan."

Apa yang Wooyoung dengar, berbanding terbalik dengan apa yang ia lihat.

Mingi, berbohong pada Yunho?

"Halo? Wooyoung? Kau masih disana?"

"Ya, aku masih di sini." Jawab Wooyoung. Disini, menatap kekasihmu dengan mantan kekasihnya.

"Bagaimana, mau kan makan siang denganku?"

"Tentu saja, beri aku alamat restorannya dan aku akan segera kesana."

"Yeay! Baiklah, sampai jumpa, Wooyoung!"

Panggilan telepon keduanya terputus, Wooyoung tak dapat lagi mendengar suara Yunho, hanya suara beberapa orang yang berjalan melewati dirinya. Lampu sudah berganti menjadi warna hijau, Wooyoung sudah boleh menyeberang. Tetapi ia bergeming di tempatnya, membiarkan bahunya ditabrak oleh manusia-manusia yang bergegas secepat mungkin untuk sampai ke seberang jalan.

Wooyoung mengatur napas, ia memutus kontak matanya dari Mingi dan Seonghwa, juga memutuskan untuk berbalik dan pergi dari hadapan keduanya.

──✧*:・゚☄.*. ☄⋆ *:・゚✧──

A/N :

A

ww Yunho mau dilamar 😋😙💍💎

-yeosha

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro