13. What Are We?
"Jadi, apa status hubunganmu dengan Mingi?" Wooyoung bertanya dengan tidak sabar ketika Yunho mendudukkan diri di hadapannya.
Oh, ayolah, Yunho baru ingin menikmati kopinya dengan damai dan sudah mendapat pertanyaan seperti itu.
"Kenapa kau ingin tahu sekali?"
Wooyoung mengangkat bahu dengan acuh, "Ingin tahu saja, memang tidak boleh?"
Yunho mendengus, kemudian menyeruput kopi panas yang San hidangkan untuknya. Sore ini, San mengundang teman-temannya untuk menghabiskan waktu di kedai kopi miliknya. Tidak ada tujuan tertentu, hanya ingin berbincang saja. Yunho ingin mengajak Mingi namun pria itu berkata bahwa masih ada pekerjaan yang belum selesai, dan mungkin akan menyusul saja nanti.
"Kalian sudah bercinta?"
"Uhuk!"
Yeosang buru-buru memberi Yunho tisu untuk mengelap kemeja putihnya, ah sayang sekali sekarang sudah bernoda cokelat dari kopi yang tidak sengaja Yunho semburkan.
"Wooyoung." Tegur Hongjoong pelan.
"Apa? Memang pertanyaanku salah?"
"Kami tidak pernah bercinta atau melakukan seks, tidak ada yang terjadi di antara kami."
Jung Wooyoung masih terlihat tidak yakin dengan jawaban yang keluar dari bibir Yunho, "Benarkah?"
"Ya... tentu?"
"Ia berbohong." Wooyoung menunjuk Yunho dengan jarinya, "Yunho jelas berbohong."
"Lalu kau ingin aku menjawab apa? Kami hanya berpelukan. Hanya itu, selebihnya tidak ada yang terjadi."
"Sungguh? Ku kira, kau sangat ingin mendominasi Mingi." Ujar Jongho, setengah berbisik.
"Aku tidak ingin terburu-buru, dan aku ingin melakukannya dengan benar." Tegas Yunho, ia tidak ingin hanya sekedar bermain-main dengan Mingi sementara status keduanya belum jelas.
"Mingi belum menyatakan perasaannya padamu?"
Yunho menggeleng, "Bisa dibilang, kami masih abu-abu."
"Tapi kau mencintainya." Yeosang berdeham singkat, "Terlihat jelas di matamu."
Itu bukan pertanyaan, itu pernyataan. Yeosang benar, Yunho jatuh cinta pada Mingi. Sudah terlampau sering Yunho menyangkal perasaannya, tetapi ternyata ia tidak bisa. Tidak akan bisa.
Tetapi, bagaimana dengan Mingi? Pria itu baru saja berpisah dari Seonghwa. Mingi hendak menata hidupnya kembali menjadi yang semestinya, ia tidak mungkin mencintai Yunho. Hatinya masih berantakan dan Yunho tahu pasti sulit untuk membuatnya utuh kembali.
"Mingi menciumku." Bisik Yunho, ia tidak berani mengutarakannya dengan lantang.
"Bisa kau ulangi? Aku tidak dapat mendengarmu." Jongho menggeser duduknya lebih dekat pada Yunho.
"Mingi menciumku, di perpustakaan." Menundukkan kepalanya, Yunho tidak berani menatap reaksi yang akan teman-temannya berikan. "Aku tahu, kami masih butuh waktu banyak untuk mengenal satu sama lain. Tetapi, ciuman itu membuatku berharap lebih."
"Bukan salahmu."
Yunho mendongak, mendapati San tersenyum tipis padanya.
"Ya, benar. Bukan salahmu, Yunho." Hongjoong ikut bersuara setelah sekian lama menutup mulutnya rapat-rapat.
"Tapi, kami berdua masih abu-abu dan aku takut Mingi melakukan itu hanya karena ia terbawa suasana atau semacamnya."
"Hei, kau terlalu banyak berpikir." Wooyoung meninju pelan bahu Yunho, "Kau harus yakin. Kau bisa menyingkirkan Penyihir Sayur, kau juga bisa membuat Mingi jatuh cinta padamu."
"Yeah, I believe in you, Jeong Yunho." Yeosang ikut-ikutan meninju lengan Yunho dengan maksud menyemangati.
"Hai, apakah aku terlambat?"
Keenam pemuda itu menoleh ketika Mingi datang dengan senyum menghiasi wajahnya.
"Tentu saja tidak. Kami baru selesai membicarakan--ADUH!"
"Investasi, ya itu benar. Hongjoong sedang belajar berinvestasi akhir-akhir ini." Senyum manis Jongho sunggingkan pada Hongjoong, membuat pria bermarga Kim itu langsung mengangguk dengan cepat.
Wooyoung menatap Jongho dengan sinis karena pria itu yang menyebabkan ia berteriak kesakitan tadi, apakah Jongho tidak punya cara lain untuk membungkam mulut Wooyoung dan malah menginjak kakinya?
"Maaf aku tidak datang tepat waktu, ada beberapa pekerjaan yang masih harus kuselesaikan tadi."
"Bukan masalah, kami juga sudah selesai berbincang. Sekarang, kau dan Yunho bisa bersenang-senang!" Dengan paksa, Wooyoung menyuruh Yunho untuk segera berdiri dari duduknya, "Selamat berkencan!"
"Mingi, aku tidak--"
"Eyy, sudahlah. Habiskan waktu berdua, oke?"
"Baiklah, aku dan Yunho pamit dulu. Sampai jumpa--"
"Song Mingi," panggil San, "Bila kalian ingin bermain, jangan lalai dan kelepasan. Selalu sedia pengaman."
"Akan kuingat pesanmu, San." Mingi tersenyum. Yunho buru-buru menarik lengan Mingi untuk segera pergi dari tempat itu, tak lupa melempar death glare pada San dan teman-temannya yang kini sedang menahan tawa.
Sial, Yunho jadi malu sendiri.
──✧*:・゚☄.*. ☄⋆ *:・゚✧──
Pada akhirnya, Mingi mengantar Yunho pulang. Mereka tidak berkencan seperti yang Wooyoung anjurkan, tapi Mingi bilang bahwa ia akan mampir sebentar ke apartemen Yunho, menghabiskan sore sampai malam datang menjelang.
"Aku akan membuatkanmu minuman." Ucap Yunho pada Mingi yang sekarang mengekorinya ke dapur.
"Yunho."
"Ya?"
"Kau baik-baik saja?"
Sedari tadi, Yunho menghindari kontak mata dengan Mingi. Ia memilih untuk menunduk dan berbicara pelan sekali, membuat Mingi bertanya-tanya apakah dirinya melakukan sesuatu yang salah sehingga membuat Yunho tidak nyaman.
"Mingi."
"Ya?"
"What are we?"
Tidak perlu dijelaskan lebih jauh, Mingi tahu apa yang Yunho maksud. Tetapi, Mingi tidak bisa menjawabnya. Ia mencintai Yunho, Mingi tidak ragu dengan hatinya. Tapi, untuk mengutarakan perasaannya, Mingi masih butuh waktu, dirinya tidak ingin gegabah dan buru-buru.
"Hal itukah yang mengganggu pertanyaanmu sejak tadi, hmm?" Mengusap wajah Yunho dengan ibu jari, Mingi mengapresiasi wajah sempurna pria dihadapannya.
Yunho mengangguk, melingkarkan kedua lengannya pada leher Mingi. "Mereka bertanya apa status hubungan kita dan aku bingung menjawabnya."
Jika Mingi berada di posisi Yunho, ia juga bingung dengan jawaban yang akan ia lontarkan.
"Mereka meragukan kita." Gumam Yunho di leher Mingi, membuat pria bermarga Song itu kegelian.
"Tidak usah dijawab, biarkan saja." Balas Mingi, tangan kanannya mengusap punggung Yunho sementara tangan kirinya mengelus rambut Yunho dengan sayang.
Keduanya terdiam, saling merengkuh dengan erat, terlebih Yunho. Ia tidak ingin melepas tubuh Mingi barang sedetikpun.
"Yunho." Panggil Mingi setelah mereka terdiam cukup lama.
"Ya?"
"Mereka mungkin meragukan kita." Mingi melepas pelukannya, menangkup wajah Yunho lalu menatap dengan seksama, "Tapi aku tidak pernah ragu padamu."
Mereka berciuman untuk yang kedua kalinya. Kali ini, Yunho tidak berusaha untuk mendominasi. Ia membiarkan dirinya luluh dalam cumbuan Mingi. Ciuman manis tanpa melibatkan lidah yang mengalun dengan indah.
Yunho dan Mingi memang masih abu-abu, tetapi keduanya sangat tahu tentang hati masing-masing. Mereka hanya perlu waktu sedikit lagi untuk mengutarakan perasaan yang sebenarnya.
──✧*:・゚☄.*. ☄⋆ *:・゚✧──
A/N :
Besok aku ujian sampe minggu depan tanggal 10 alias 8 hari 🥲
Kalo ujian kayak gini biasanya aku bikin rangkuman dan menghapal sana sini, maklum anak IPS ,tapi karena sekolah online jadinya aku gak ngapa-ngapain, belajar aja gak, malah kebanyakan sambat 🙃
-yeosha
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro