Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 12a


Entah apa yang terjadi, Syera merasa kalau dirinya melewati hari-hari yang buruk. Nadia yang terus menerus datang dan tak segan-segan mengumbar kasih sayang yang ditunjukkan pada Gala. Sementara sang direkturterlihat menanggapi adik iparnya dengan tenang. Syera punya dugaaan, dan ia merasa takut dengan dugaannya sendiri kalau Gala sebenarnya menaruh hati pada Nadia. Memikirkan kemungkinan itu membuat hatinya perih.

Ia sadar posisinya hanya seorang sekretaris, meski bisa dikatakan dekat tapi sebatas rekan kerja. Selama 28 tahun umurnya, ia belum pernah memikirkan untuk jatuh cinta pada laki-laki terlebih seseorang yang punya strata sosial lebih tinggi darinya. Yang ia pikirkan hanya masa depan adik satu-satunya. Urusan keluarga jauh lebih penting dari pada dirinya sendiri. Kini, ada Gala yang menempati sudut ruang hatinya dan ia merasa tidak nyaman karena itu.

Hari ini, Gala ada urusan ke tempat lain dan yang dibawa adalah sekretaris dari kantor pusat. Seorang laki-laki yang ia tahu sudah ikut bekerja dengan Gala lebih dari lima tahun. Syera dengan tidak bersemangat pamit pulang lebih cepat karena ada janji untuk mengadakan reuni bersama teman-teman kuliah.

Berada di atas motor yang membawanya ke restoran, pikiran Syera dipenuhi Gala dan kerinduannya pada laki-laki itu karena seharian tidak bertemu. Saat tiba di restoran, ia disambut teman-temannya yang sudah datang lebih dulu. Beberapa di antaranya ia kenal baik dan ada juga yang hanya kenal sekilas.

“Kamu makin cantik, Syera. Beda banget dari terakhir kita ketemu.” Seorang wanita, yang Syera kenal dulunya adalah ketua senat seangkatannya, menyapa ramah. Meski tidak terlalu akrab, tapi mereka beberapa kali bertemu di reuni yang sama.

“Benarkah? Seperinya sama saja.” Syera menjawab malu-malu.

“Nggak, kamu emang beda. Lebih cantik dan modis.” Kali ini yang berucap adalah Anis, teman dekat Syera.

“Masa sih?” Syera mengenyakkan diri di sebelah Anis. “Masa aku lebih modis?”

Anie mengangguk. “Memang, sorry aja. Kemarin itu kamu kayak kuper, dandan pun seadanya. Tapi hari ini, terlihat berbeda.”

Pujian si teman membuat Syera menunduk bahagia. Ia menyadari kalau memang sedang senang berdandan. Semua ia lakukan agar Gala tidak malu punya sekretaris sepertinya.

“Ke mana kacamatamu?” tanya Anis lagi.

“Lagi pingin pakai softlens.”

Tak lama, meja yang mereka pesan dipenuhi orang-orang yang mengikuti reuni. Percakapan bergulir tentang pekerjaan, keluarga, dan juga hubungan percintaan. Di antara orang-orang ini, hanya dirinya yang belum punya pasangan. Anis bahkan berencana menikah dalam dua bulan ke depan. Yang ia tidak suka adalah saat mereka berusaha mencarikan jodoh untuknya.

“Sorry, aku telat.”

Saat hidangan utama mulai disajikan, seorang laki-laki muncul. Mereka semua menatap laki-laki itu dan terdengar teriakan gembira.

“Andrian, datang juga.”

“Kirain kamu nggak datang.”

“Datanglah, kapan lagi ketemu kalian.” Andrian meraih kursi kosong di sebelah Syera dan duduk di atasnya. Keduanya saling pandang dan mengangguk satu sama lain.

Syera mengenal Andrian sebagai salah satu dari laki-laki popular di kampus. Meski tidak bergaul secara dekat, tapi mereka berada di lingkungan pergaulan yang sama. Andrian  juga salah satu dari sahabat calon suaminya Anis.

Sementara Syera asyik menyantap hidangan dan sesekali bicara dengan Anis, obrolan di seputar meja kini berpusat pada Andrian. Ia tidak tahu, kenapa setiap orang merasa perlu untuk mengajak Andrian bicara. Seakan-akan laki-laki itu adalah pusat segalanya, sedangkan ia sendiri tidak merasa ada sesuatu yang istimewa yang harus ia tanyakan pada Andrian.

“Kamu belum punya pacar’kan?” tanya Anis padanya.

Syera menggeleng dan mendekatkan kepalanya pada Anis. “Kenapa tiba-tiba tanya itu?”

“Kalau gebetan ada nggak?”

“Nggak ada juga.”

“Bagus, gebet aja laki-laki di sebelahmu.” Anis mendekat dan membisikkan sesuatu yang membuat Syera tercengang.”Dia baru putus dengan pacarnya. Sekarang sedang jomlo.”

“Eh, siapa bilang aku mau cari pacar?” Syera bertanya bingung. “Aku sibuk sekarang, nggak ada waktu mikir begituan.”

Anis mengangkat bahu. “Sayang sekali, bibir unggul padahal.”

“Udah, makan aja.” Syera menyodorkan sepiring kentang goreng ke hadapan Anis dan menyantap saladnya sendiri. Saat ini, pikirannya justru tertuju pada Gala. Apa yang dilakukan laki-laki itu, apakah sudah makan atau belum. Mendadak ia ingat, kalau Gala sedang tidak enak badan. Tadi pagi, laki-laki itu bersin terus menerus dan mengeluh kepalanya pening. Ia sudah memanggil dokter dan memeriksa kalau sang direktur terkena flu. Meraih ponselnya, Syera mengetik sebaris pesan.

“Tuan, jangan lupa makan malam.”

Ia meletakkan ponsel dan menunggu balasan pesan dengan gugup. Saat ada notifikasi ia membuka dan mendapati dari sang direktur.

“Ini baru mau makan. Ada apa, Syera?”

“Jangan lupa minum obat. Antibiotik harus diminum sampai habis.”

“Iya, aku pasti minum.”

Syera tersenyum menatap ponselnya. Merasa bahagia bisa berkirim pesan pendek dengan Gala. Bukan kata-kata mesra tapi membuatnya tak mampu menahan senyum. Dari mulai bertanya soal makan, obat, dan kini mereka bicara tentang jadwal pekerjaan esok hari. Syera merasa dirinya tidak waras, merasa gembira membicarakan jadwal kerja di saat santainya.

Suara benda jatuh membuat perhatiannya terpecah. Ia menoleh dan laki-laki tampan di sampingnya membungkuk untuk mengambil sendok.

“Sorry, aku jatuhin sendok kamu.” Andrian mengacungkan sendok yang ia ambil dari lantai.

Syera tersenyum kecil. “Nggak masalah, aku bisa minta lagi.”

Andrian tersenyum dan membuat wajahnya yang rupawan terlihat makin menawan. “Bisa jadi, sendok ini jatuh karena dia cemburu.” Ia mengacungkan sendok pada Syera yang kebingungan.

“Maksudnya?”

“Maksudnya adalah, dia ingin agar kamu menggunakannya tapi kamu dari tadi sibuk dengan ponsel. Tentu saja, dia cemburu dengan siapa pun itu yang sedang kamu ajak bicara. Pacar ya?”

Tidak dapat menahan diri, Syera tergelak lirih. “Bukan, urusan pekerjaan dengan boss.”

Andrian menganga dengan dibuat-buat, membuat gerakan lucu dengan sendok di tangannya.”Ah, berarti tidak seharusnya dia cemburu. Salah sangka rupanya. Oke, kita singkirkan sendok yang pecemburu ini. Kita ganti dengan yang lebih kalem.”

Tingkah dan ucapan Andrian membuat Syera tertawa. Ia merasa kalau laki-laki itu lucu. Berbeda dengan image selama ini, yang terlihat tenang dan berwibawa.

“Apa menutmu acara ini tidak membosankan?” tanya Andrian tiba-tiba.

Syera yang sudah mengganti sendok, kembali menyuap saladnya. “Bosan kenapa?”

“Orang-orang ini, bicara seoal keluarga dengan menggebu-gebu. Mereka tidak tahu apa kalau kita jomlo.”

“Ah, ya juga. Nggak sopan memang.”

“Jadi kamu mengaku jomlo?” Andrian berucap dengan ekpresi takjub.

Dengan senyum di bibir, Syera mengangguk. “Begitulah kenyataannya.”

“Kalau begitu, sebagai sesama jomlo boleh dong kalau kita membuat sekutu. Berapa nomor ponselmu? Kali saja kalau kita mengadakan rapat perserikatan jomlo nasional, aku harus menghubungimu bukan?”

Tanpa diminta dua kali, Syera menyebutkan nomor ponselnya. Ia merasa, Andrian laki-laki lucu yang enak untuk diajak bicara. Malam ini, keduanya mengobrol dengan akrab tentang berbagai hal. Saat berpisah, Andrian mengatakan akan menggangu Syera di saat-saat senggang.

Apa yang diucapkan Andrian menjadi kenyataan. Setelah pertemuan malam itu, Andrian kerap mengirim pesan lucu pada Syera dan membuatnya tanpa sadar tersenyum. Sering kali mereka mengobrol tentang hal-hala remeh di kala senggang.

Gala berdiri  menyandarkan bahu ke pintu, menatap heran pada Syera yang tersenyum menatap layar ponsel. Jam makan siang, kalau biasanya gadis itu makan di kantin atau di dapur, hari ini berbeda. Makan di ruangannya dan terlihat sangat gembira, dengan ponsel di tangan. Berdehem sesaat, Gala bertanya pelan.

“Syera, kamu belum selesai makan?”

Syera mendongak. “Tuan, baru mulai makan. Ada yang bisa saya bantu?”

Gala duduk di depan Syera, mengamati bekal gadis itu dan mendapati ada nasi beserta lauk dan sayur lengkap. Aroma masakan menggelitik hidungnya.

“Nanti malam kamu ikut aku.”

Syera mengerjap. “Ke mana, Tuan?”

“Ada makan malam bersama klien. Kamu bisa ikut?”

Menggigit ujung kukunya, Syera merasa kebingungan. Baru saja ia membuat janji dengan Andrian untuk makan malam bersama di sebuah kafe yang tak jauh dari kantor. Laki-laki itu mengatakan, ingin mentraktirnya makan karena sedang berulang tahun. Dan ia merasa tidak enak hati untuk menolak. Terdiam sesaat, Ia menarik napas panjang dan berdehem sebelum berucap pelan.

“Maaf, Tuan. Saya sudah ada janji.”

“Janji? Dengan siapa?”

“Teman, Tuan.”

“Oh, begitu. Baiklah.”

Malam itu, pertama kalinya Gala merasakan suatu perasaan mengusik hatinya. Saat ia memergoki Syera dijemput seorang laki-laki tampan yang menunggu di lobi. Keduanya melangkah beriringan dengan senyum semringah di wajah.

Gala tertegun di tempatnya berdiri, mengamati punggung Syera yang menghilang di balik pintu kaca. Ia berusaha menahan diri untuk tidak mengejar langkah sang sekretaris dan menariknya kembali. Sungguh perasaan posesif yang membuatnya bingung. Syera adalah sekretarisnya, meski mereka pernah berciuman dan ia sempat tersentuh saat keduanya bersama, bukan berarti gadis itu miliknya. Lalu, apa artinya perasaan tidak suka saat melihat Syera tertawa bersama laki-laki lain? Gala tidak sendiri tidak mengerti dengan apa yang terjadi pada dirinya.

**

Duda Setan perlahan tapi pasti jadi Duda Bucin.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro