Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 12 : Misi ke Venus

Yugo kembali ke Pantai Pandawa. Dia mengunjungi makam Aquamarine di kuil megah bergaya Celtic. Walaupun berada di bawah laut, kuil itu tetap kering tanpa adanya air yang menetes. Gaia pernah cerita, kuil itu tidak beratap. Tidak ada dinding pelapis termasuk pula kaca. Bunga-bunga dari daratan bermekaran. Lotus, aster, krisan, lily, rose, azela, forsythia, dan bunga-bunga lainnya berebut paling indah. Di belakang kuil, pohon kamboja kuning setinggi dua meter menjulang kokoh.

Yugo mengumpulkan beberapa bunga, lalu diikat dengan salah satu daun tanaman yang panjang seperti tali. Yugo meletakkan bunga itu di atas gundukan.

"Aquamarine. Lindungi kami sampai kami cukup kuat. Aku harus pergi ke Venus untuk mencari sekutu kita."

Yugo menunduk takzim pada gundukan rumput hijau. Dia berharap Aquamarine hidup untuk memeluknya. Perasaan manusia itu kembali menggayuti hati Yugo. Dia menepis kesedihannya dengan membalikkan badan dari nisan. Rupanya Gaia berdiri di depannya. Mereka berjalan menyeberangi kastil. Jendela kastil terbuka.

"Anda yakin berangkat sekarang, Tuanku?" tanya Gaia ke sekian kalinya.

Yugo mengangguk keras kepala. Dia tidak mau mundur setelah memutuskan sesuatu. Kemudian dia berhenti sebentar untuk mengamati area sekitar.

Dua Gemstoners sedang berlatih di halaman kastil. Mata Cavan Zephyr terpancang lurus ke papan bergambar manusia dengan tangan terentang ke samping. Cavan dan Lais sedang memanah dari jarak 12 meter. Hasil bidikan Lais parah sekali. Rekor paling baik yang dilakukan Lais, satu anak panah menancap di kotak sasaran warna putih bagian luar.

Gaya tarung di baris belakang, tidak cocok untuk Lais. Pemuda itu lebih suka adu kekuatan langsung.

"Hei, bagaimana kau bisa melakukannya?" protes Lais tidak terima, ini anak panah keenam belas Cavan yang menancap di dahi objek.

"Itu karena aku sering belajar," jawab Cavan puas. "Oh, hai, Kak Yugo!" Cavan menyapa dengan riang.

Yugo mengangguk sekilas. Kakinya berat meninggalkan keluarga barunya. Adik-adiknya masih berlatih, riang dengan kekuatan yang mengalir di darah mereka. Tanpa tahu, bahaya sedang mengancam. Hanya Yugo dan Quirin yang hati-hati bersikap. Mereka pandai mengatur kekuatan seperlunya saja.

Gaia mendorong sebuah batu. Kegelapan menunggu di depan mereka. Dengan cahaya dari obor yang dipegang Gaia, mereka terus menyusuri gua. Salaktif tampak mengancam, tetapi gua itu sudah lama tidak tersentuh. Suara kaki bergaung di sepanjang jalan. Jalan terus berliku sampai akhirnya siluet segitiga kebiru-biruan menghampar di depan mata.

"Itu Gunung Amoda. Anda harus mendaki puncaknya. Lompati kaldera dan Tuan Garret bakal menemukan pintu lemari pakaian Ratu Aquamarine untuk pertama kalinya."

Yugo mengangguk paham. Bayangan melompati genangan air panas di tengah kaldera bukanlah prospek menyenangkan.

"Kunci pintunya kembali. Aku tidak ingin orang-orang Venus menerobos kastil."

"Bagaimana Anda akan kembali?" tanya Gaia heran. Bila Yugo ingin kembali ke Bumi, tak ada jalan kecuali pintu gua tetap terbuka untuknya.

"Meteor biru akan melintasi langit malam di atas Bali. Itu pesanku, bahwa kau harus membuka pintunya." Yugo berjalan ke depan. Tidak ada keragu-raguan. Ini perjalanan paling jauh yang bisa ditempuh. Udara Venus jauh lebih panas dari pada Bumi. Kemudian Yugo menoleh ke belakang, mendapati pintu separuh tertutup. "Terima kasih Gaia," kata Yugo.

"Hati-hati, Tuan. Doaku menyertai Anda. Semoga Venus mendukung Anda."

"Pastikan kau membuka pintu untuk Ivander. Jaga dan ajari dia kalau Ivander tinggal di sini."

"Baik."

Pintu tersegel sepenuhnya. Yugo mendaki Gunung Amoda. Napas Yugo pendek-pendek. Dia tahu, Yugo sedang tersiksa oleh panas tubuhnya. Selintas ada rasa cemas memenuhi rongga dada, tetapi tidak ada jalan pulang, kecuali terus maju menuju planet lain.

***

Kaldera di Gunung Amoda tak ubahnya black hole yang menggiring ke tempat asing. Perjalanan menuju Venus kurang lebih sama dengan teleportasi yang dilakukan Yugo. Ada tarikan dari jauh yang membawa Yugo ke tempat tujuan. Perjalanan kali ini memakan waktu yang lebih lama. Kilasan warna bergerak cepat. Yugo bisa melihat lautan batu yang berpendar terang, memantulkan cahaya dari matahari. Pemandangan yang biasa Yugo temui di jurnal astronomi. Pemuda itu meluncur secepat cahaya.

Jutaan satelit mengambang di ruang. Aneka satelit yang dikirim untuk memantau pergerakan tata surya. Lebih banyak lagi satelit rongsokan yang sudah tidak bisa ditarik lagi ke bumi. Yugo penasaran, bagaimana astronot melihatnya meluncur di udara bebas.

Yugo semakin gugup mendekati lingkaran biru yang panas. Venus tidak memiliki awan seperti halnya bumi, tetapi planet itu cantik dan berkilau. Yugo memejamkan mata. Dia tak mau membayangkan, terjun di tengah-tengah lapangan, penuh orang yang barangkali sedang menonton pertandingan.

Sedetik kemudian, desingan di telinga berhenti. Ada rasa dingin menyesakkan di sekitar Yugo. Dalam kondisi mata terpejam, Yugo tahu, dia ada di tempat yang gelap.

Buka matamu.

Suara familier itu kembali mengisi telinganya. Yugo menurut. Dia berada dalam kotak besar yang gelap. Di kanan kirinya, gaun berkelip menjelaskan, dia ada di lemari pakaian.

Dia baru paham. Yang dimaksud Gaia melihat pintu lemari pakaian Aquamarine pertama kalinya memang sungguhan. Yugo kira melihat pintu dari luar, kenyataannya berkata sebaliknya. Yugo mendekatkan telinga ke pintu, mendeteksi tidak satu pun orang ada di kamar itu.

Yugo mendorong pintu lemari. Kamar Aquamarine sebening biru laut. Aroma kamar itu selaras dengan kuil di bawah pantai Pandawa. Yugo merasa berada di rumahnya sendiri. Segalanya terasa familier.

"Ratu Aquamarine?" bisik seseorang memanggil.

Yugo menarik napas. Tegang mendengar suara itu. Tidak satu pun orang ada di kamar serba biru. Hanya ada seorang Yugo Garret. Dia tidak ingin diketahui secepat ini.

Suara itu mirip Gaia, tetapi sosok yang menyembul dari bawah ranjang sangat lain. Sosok itu lebih gempal dari Gaia. Kulitnya kencang seperti boneka porselen. Gerakannya sangat kaku. Walau pun postur tubuhnya menyerupai manusia. Dia mengenakan tunik sewarna jeruk yang kusam.

"Di mana ratuku? Siapa kau?" Sorot mata itu menyelidik, berharap ada penjelasan. "Jawab aku! Di mana Ratu Aquamarine?"

"Dia tidak di sini." Akhirnya Yugo berkata. Suaranya parau. Jumlah oksigen di Venus sepuluh kali lipat sangat terbatas dari pada di Bumi. "Aku Diamond."

Ekspresi wanita itu semakin sendu dengan ketiadaan sang ratu. Terlihat jelas ekspresi kerinduan sang pelayan. Matanya berkilau nyaris pecah air mata. Bibirnya berkedut siap menangis.

"Yang Mulia Pangeran Venus." Sosok itu menunduk takzim. Wanita itu mencium kelingking porselennya, lalu mengangkat sejajar dengan mata. Yugo sudah berlatih dengan Gaia sejak lama. Jadi cukup paham, gerakan itu menghormati keluarga kerajaan. Duplikat Gaia versi boneka porselen itu pasti pelayan.

"Aku apa?" tanya Yugo semakin heran.

"Banyak rumor yang beredar, Ratu Aquamarine menyerahkan tahtanya pada putranya. Jadi itu Anda, Tuanku, Pangeran Diamond."

Yugo menggelengkan kepala. Menolak gelar itu. Kedatangannya bukan untuk mengklaim tahta. Dia hanya ingin melihat tempat di Venus. Mencari jalan, bagaimana bisa mempengaruhi orang-orang yang mendukung Aquamarine untuk siap bertempur melawan Hector.

"Aku bukan pangeran semacam itu. Hanya utusan ratu kalian."

"Lalu siapa nama Anda?"

"Diamond."

Radar di kepala Yugo menangkap sesuatu. Dia tidak nyaman berada di dekat wanita itu. "Anda pangeran kami, putra Ratu Aquamarine." Senyum mengembang di bibir yang ditarik kencang.

"Tidak. Aku tidak..."

Wanita itu tidak menggubris. Dia berlari mendekati ambang pintu kamar, mengumumkan dengan gembira atas kedatangan putra Ratu Aquamarine.

Rencananya berantakan. Perjalanan rahasianya gagal total. Seharusnya dia menyembunyikan jati dirinya, menyamar dengan nama lain. Aquamarine sudah memperingatkan, bahwa dia harus lari bersembunyi. Liontin itu terasa berat di leher Yugo. Nyawanya terancam penuh bila Labrador tahu.

Yugo bagai tikus masuk perangkap. Dia menekap bibir pelayan dengan marah.

"Sebelum kau melemparkan aku pada kakak Aquamarine, aku akan membunuhmu!" Yugo menggeram. Mengesankan sekali dia tampak kejam di Venus. Mengancam wanita porselen itu. Kulit penduduk Venus sekencang porselen. Yugo was-was bila terlalu keras memegangnya, pelayan itu retak berkeping-keping.

Wanita itu megap-megap. Mulutnya yang dibekap kali ini bebas. "Maafkan aku Yang Mulia. Hamba hanya terlalu senang. Ratu Labrador sudah lama menunggu putra Aquamarine. Kabar bahagia ini harus segera disampaikan, Yang Mulia."

Mata wanita itu berkaca-kaca. Tampak menyesali kelancangannya.

"Apa?"

"Ratu Labrador sangat berduka atas kehilangan adiknya. Kami sangat bahagia jika menyambut kepulangan Ratu Aquamarine. Jika pun Ratu Aquamarine tidak pulang, kami tetap menyambut siapapun yang memiliki informasi tentangnya, termasuk putranya bila memang Ratu Aquamarine punya keturunan." Wanita itu menjelaskan dengan cepat. Yugo harus berkonsentrasi penuh mendengar ucapan si pelayan itu.

"Ratu sudah lama pergi?"

Tiga puluh tahun kepergiannya, membuat kerajaan sunyi."

"Tiga puluh tahun?" Yugo keheranan. Pasalnya, Yugo sendiri sudah melampau tiga abad hidup di bumi, tidak mungkin Ratu Venus sesingkat itu menghilang.

"Benar Yang Mulia. Bila Anda mengizinkan, mari kita menemui Ratu Labrador. Dia sedang santap malam bersama keluarga."

"Apa Hector juga di sana?"

"Dia dalam misi menemukan Ratu Aquamarine. Bila Pangeran Diamond bertahan lebih lama di Bumi, mungkin Anda akan bertemu Raja Pluto." Wanita itu tersenyum semakin lebar. Senyuman semacam ini sejatinya membuat Yugo bergidik ngeri.

Bagus. Dia tidak ada di sini.

Wanita itu membukakan pintu. Lorong kastil benar-benar megah. Kandil yang menggantung setiap empat meter memang kristal sungguhan. Seluruh permukaan dinding adalah kaca paling besar. Kastil ini berasal dari tumpukan kristal mungil yang dipadukan. Dilebur oleh jelaga agar menyatu.

Mereka berbelok menikung ke arah lain. Kali ini sungai mengalir di bawah kaki mereka. Sungai itu mengepulkan uap panas. Gelembung berulang kali meletus di atas 150° celcius. Yugo bergidik setiap melihat bawah. Dia tidak ingin bermimpi ataupun memikirkan retakan lantai yang menjebloskan Yugo ke sungai itu. Yugo mengalihkan pandangan ke kubah. Untungnya tekstur kubah sama normalnya dengan katredal Eropa. Tampak klasik mencekam.

Mereka sudah sampai di depan meja panjang. Seorang wanita sedang duduk sendirian. Dia tampaknya terlalu bosan berada di dalam kastil tanpa melakukan apa-apa, kecuali memilah makanan tanpa niat disantap. Gaunnya lebih berkilau dari permukaan dinding ataupun kastil.

"Yang Mulia Ratu Labrador!" Wanita itu kembali mencium kelingking dan mengangkatnya sejajar dengan mata.

"Oh, Fleecey, apa yang terjadi?" Mata Labrador terpicing ke pendatang baru.

"Yang Mulia Ratu, ini Pangeran Diamond, putra Ratu Aquamarine," pekik Fleecey bahagia.

"Oh, keponakanku!" Labrador datang mendekat. Suaranya tinggi satu oktaf dari kebanyakan makhluk Venus. Tampak gembira menyambut kedatangan Yugo.

Yugo bergidik. Ini sangat tidak wajar baginya. Labrador haus kekuasaan. Sama kejamnya dengan suaminya. Hector sudah mengacaukan separuh bumi semenjak kedatangannya di Albuquerque. Mana mungkin bersikap selembut itu menyambut Yugo di kastil penuh bias pelangi.

"Apakah ibumu baik-baik saja, keponakanku?" desah Labrador. Tangannya mengelus pelan pipi Yugo.

"Kau tampak manusia, Diamond. Aku bisa merasakan aliran darah di tubuhmu. Apakah selama ini Aquamarine membesarkanmu di Bumi?"

Yugo menganggukkan kepala dengan gerakan kaku. Dia tidak bisa memanipulasi fisiknya seperti Labrador maupun Fleecey. Keduanya seperti boneka dari tanah liat yang dihias.

"Fleecey, antarkan Diamond ke kamarnya. Dia pasti sudah lelah." Labrador mengedipkan mata ke pelayannya. "Kita bertemu satu jam lagi, ketika sidang terbuka, keponakanku."

Yugo semakin curiga mendengar kata sidang. Apakah akan ada sidang dari kasus besar, sampai-sampai Labrador mengundangnya datang? Sepertinya Yugo salah waktu saat mengunjungi tempat ini.

Fleecey mengangguk sopan. Lalu menggenggam tangan Yugo. Remasan Fleecey disusul rasa panas yang menyakitkan. Pergelangan tangan Yugo terbakar oleh tali rantai yang diciptakan oleh pelayan itu.

"Mari Pangeran Diamond, kita pergi ke penjara."

Fleecey tanpa ampun mendorong Yugo ke arah lain. Yugo kembali merasakan punggungnya panas. Cemeti tak tampak melecut punggungnya, mendesak Yugo berjalan. Yugo menoleh ke Fleecey, tetapi si pelayan maupun ratunya tidak memegang apapun.

"Bila kau membawa ibumu, Pangeran Diamond, maka nyawamu diampuni, tetapi sayang, suamiku sebentar lagi akan menangkap adikku tersayang yang membangkang." Labrador mengejek, dia memanggil pelayan lain. Menyuruh seluruh menteri datang untuk membahas kedatangan pengkhianat.

Yugo merasa bodoh. Lengah oleh sambutan Fleecey yang antusias. Senyuman Fleecey sangat menipu. Kini dia terjebak di penjara. Tidak ada jalan bebas kecuali dia membunuh Fleecey. Masalahnya Fleecey tidak sendirian. Selusin pasukan mengawal mereka berdua. Tombak sudah menghunus Yugo, siap membunuh bila Yugo mencoba kabur.

Yugo terpukul. Gaia bakal menunggu untuk waktu yang lama. Tidak ada meteor biru di luar sana. Waktu di Venus terasa singkat. Yugo tidak bisa mengira, berapa tahun lagi anggota Gemstoners menunggu kemunculannya.

"Seharusnya aku pergi dalam formasi lengkap. Ah, bodohnya merasa paling bisa. Kini aku yang tertangkap." Yugo memaki dirinya sendiri. Berharap keajaiban muncul.

Tenang Putraku.

Bisikan itu kembali terdengar. Yugo membeku sesaat dengan kemunculan suara sehalus beledu. Kata-kata itu terus bergiang di telinganya. Bagai mantra, tidak ada gentar sama sekali. Yugo pasti menemukan jalan keluar. Rencana tidak pernah mengecewakan Yugo. Matanya fokus memindai setiap lingkungan sepanjang perjalanan ke penjara di luar kastil.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro