Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 8 : Salah Satu dari Kami

💎💎💎💎💎💎💎
Budayakan vote dulu sebelum membaca.
💎💎💎💎💎💎💎

Ketiga rekan Yugo bermalam di rumahnya yang pengap. Usai makan malam, mereka mengemas beberapa keperluan. Setelah membobol data base CIA, Gerald menyeringai puas dengan layar laptop di pangkuan, memamerkan profil Lee Lais, pria asli keturunan Indonesia yang aktif di grup kesenian debus. Pria itu bekerja di Washington semenjak tiga tahun ini. Para Gemstoners tidak bisa tidur, terutama Yugo.

Valda memberikan tumpangan mobil kerennya. Kali ini dia menambah kesan lusuh pada Lamborghini agar tidak terkesan mencolok. Perjalanan ditempuh dengan rencana pencarian. Mereka sepakat akan menemui Anak Api di restoran barbeque tempatnya bekerja.

Suasana restoran tampak penuh dengan makanan Asia. Sebagian besar, orang-orang Asia Timurlah yang menjadi pengunjung restoran itu.

"Selamat malam. Apa Anda menginginkan sesuatu?" tanya salah satu pelayan mengeluarkan note dari saku apron hitamnya. Hampir semua pengunjung langsung menoleh padanya setiap lewat gara-gara tindik di bibirnya sangat besar.

Gerald membuka buku menu. Dia tidak pernah makan makanan semahal ini. Restoran elit seperti ini bukan gaya Gerald.

"Mari kita coba, hm... Apa Lidah Liar ini enak?" Telunjuk Gerald mengarah salah satu gambar menu berupa tumisan pedas berbahan lidah sapi.

"Ya. Menu ini paling terkenal di sini." Pelayan mengangguk setuju.

"Baiklah. Aku ambil itu." Gerald tersenyum kecil. Dia pura-pura mengamati menu lain. Yugo dan Valda mengambil menu yang sama.

"Quirin, kamu tidak makan?" tanya Yugo.

"Aku hanya ingin soda," balas Quirin dingin. Quirin memang paling pemilih soal makanan. Dia hanya akan memakan makanan yang mengandung serat dan acapkali ada olahan daging di depannya, Quirin tidak sudi memakan sayur dan buah-buahan yang terkontaminasi daging.

Pelayan mencatat pesanan mereka. Dia berlalu meninggalkan meja dan kembali ke konter.

"Aku tidak merasakan dia ada di sini," gumam Gerald memandang sekeliling restoran.

"Lalu bagaimana selanjutnya?" timbrung Valda, terkesan sepenuhnya dengan ornamen di dinding berupa pahatan wajah khas Bali. Valda ingin menumbuhkan kumis berbentuk daun di bawah hidung pahatan itu

"Kita makan saja," balas Yugo.

Ujung mata Yugo menangkap siluet pria plontos dengan badan gempal. Ada tato dua busur saling bersilangan dengan matahari berpendar. Pria itu duduk menyendiri di salah satu ujung meja. Tampak menikmati isapan nikotin di mulutnya. Cukup jauh jaraknya dengan meja mereka, tetapi tato itu mengganggu Yugo. Sebab di tengah lingkaran matahari, adalah kristal wajik. Yugo sangat mengenali tato itu berdasar kenangan Aquamarine.

Si pria melakukan kontak mata dengan Yugo. Dia menelengkan wajah tertarik dan ingin tahu.

"Jadi antek Hector ada di sini juga?" bisik Yugo hati-hati.

“Errr, apa?” tanya Valda penasaran. Sejauh ini, dia hanya mendengar rumor ada makhluk non Bumi yang ditangkap Gaia. Namun, belum pernah dia mendengar dan melihat sosok manusia-manusia lainnya—jika si kepala plontos bertato bisa dikategorikan sebagai manusia—selain Quirin, Gerald dan Ivander.

Si kepala plontos itu lebih mirip ketua geng brutal macam yakuza. Seluruh tubuhnya penuh tato, kecuali di bagian lengan kanannya yang bersih, selain satu tato besar seperti bunga matahari, dengan kelopak-kelopaknya macam keris keriting, tetapi di tengahnya ialah busur bersilangan.

"Ah, dia sudah menemukan Lais lebih dulu," kata Valda dalam bisikan rendah.

Quirin dan Gerald menelengkan mata penasaran, kurang paham soal musuh mereka yang muncul begitu saja. Mereka berdua baru saja didaulat sebagai anggota pahlawan super dan tiba-tiba muncul musuh berbahaya. Sangat menegangkan!

Masalahnya potensi apa yang kedua anak hijau ini punya, bila cara mengepalkan tinju tidak becus?

Valda menggelengkan kepala seraya menatap sedih Quirin. Sosok pendiam mirip layangan itu lebih baik menjauh dari arena pertempuran. Valda bakal melindung anggota juniornya.

"Bersikaplah sewajarnya. Kalau dia tahu siapa kita, ini sangat berbahaya,” perintah Yugo.

Rahang Yugo mengeras. Dia mengendurkan bahunya dan menyandarkan punggung ke sandaran kursi. Buku jemarinya mengetuk permukaan meja. Tampak asyik menikmati alunan lagu, padahal itu cuma akting. Quirin dan Valda meneladani gerakan Yugo. Keduanya pura-pura membicarakan musik tradisional, sementara Gerald tidak bisa bersikap setenang itu, meskipun dia membolak-balikkan buku menu. Jika itu ancaman, Gerald harus menyingkirkan dengan cepat. Dia gugup mendengar ada kenalan Hector berkunjung di Bumi.

Pelayan lain datang membawa pesanan mereka. Setelah menyerahkan gelas minuman pada Yugo, Valda menahan si pelayan.

"Aku yakin di sini ada pertunjukan Anak Api," kata Valda pura-pura kecewa.

"Maaf, hari ini kalian tidak beruntung. Dia sedang sakit," jawab si pelayan dengan ekspresi penyesalan dibungkus profesionalitas.

Yugo menangkap sesuatu yang tidak beres. Dia merasakan degup jantung yang cepat. Tak jauh dari tempatnya duduk, dia merasakan hal yang tidak enak dan sangat ingin bebas dari rasa itu. Itu mengingatkan ke gejala demam. Sudah empat kali dia merasakannya setiap anggota Gemstoners butuh kapsul.
Entah siapa yang mengalaminya sekarang.

"Benarkah? Kalau begitu, bisakah kamu memberikan alamatnya pada kami?" tanya Valda menyerahkan serbet untuk ditulisi alamat Lais.

Quirin tersentak. Ini tidak benar. Valda melakukan kesalahan kecil. Tidak heran si pelayan mendadak defensif. "Apa Anda mengenal pegawai kami, Sir?"

"Ya, aku hanya tertarik dengan debusnya. Jika belajar, tidak ada salahnya, kan?" Gerald bicara dengan semangat. Tangannya mengikuti gerakan Lais di TV.

"Ah, hanya belajar? Ya baiklah. Tunggu sebentar." Si pelayan menulis dengan cepat, tampak bersemangat memberikan kertas itu pada Yugo.

Usai makan malam, keempat pemuda itu bergegas masuk mobil. Ketegangan terus memuncak, sebab Jantung Perak mereka terseret maju ke alamat Lais.

"Ada anak buah Hector di sini, bagaimana kamu bisa ceroboh mencari alamat Lais terang-terangan, Valda?" tegur Yugo setelah yakin jauh dari pria plontos tadi.

"Memangnya kenapa? Bukankah itu cara yang lebih cepat?" Valda membela diri. “Katamu, orang luar tidak kenal nama bumi kita. Lagi pula, kita, kan, balapan dengan waktu!”

Quirin mengusap dadanya, janggal pada detak jantung yang terus berdebar. Dia harus periksa ke departemen jantung untuk mengetahui jenis penyakitnya, tetapi kata Yugo tidak perlu.

"Ya, tapi bagaimana kalau Hector curiga? Dia mencurigai satu keturunan, bukan yang lain. Bagaimana kalau dia tahu? Aku sudah kesulitan menyembunyikan jati diriku, apalagi kalian bertiga. Kita semua adalah rahasia. Ingat itu, Valda. Selain liontin itu, aku masih harus menjaga kalian berenam utuh dan hidup," omel Yugo menelan frustasinya.

"Maafkan aku," Valda menundukkan kepala. Yugo tidak menggubris permintaan maafnya. Dia menyuruh Valda mempercepat laju mobil.

Alamat Lais agak sulit dideteksi. Setelah tanya sana-sini, mereka memasuki kawasan distrik kumuh di belakang gedung pencakar. Rupanya Lais tinggal di bawah tanah. Kali ini Valda yang memimpin ekspedisi turun ke bawah tanah. Mereka menyusuri lorong gelap tanpa penerangan. Ada beberapa pintu di tempat itu, tetapi angka-angka di pintu sangat mencolok dan memberi akses pada penglihatan mereka.

Yugo mengetuk salah satu pintu. Tak ada jawaban kecuali teriakan lemah yang membuat bulu tengkuk meremang. Mulanya Yugo tidak yakin mendobrak pintu. Dia khawatir salah ruang, tetapi teriakan itu tidak asing bagi Gerald. Semakin menjauh, Magnet Perak mereka panas, tetapi di depan pintu nomor tujuh, dada para Gemstoners berangsur dingin.

Pada hitungan ketiga, pintu menjeblak secara paksa. Pintu patah menjadi dua bagian. Lais bergelendotan penuh kesakitan. Dia tak bisa menahan rasa terbakar di dalam tubuhnya. Barang-barang pribadi tergeletak sembarangan. Lais menggertakkan gigi, sekuat tenaga menahan rasa panas itu. Pecahan gelas yang jatuh di sisi kiri Lais, berhasil melukai punggung lengannya. Bau amis darah menusuk penciuman.

"Panas," rintihnya penuh penderitaan. "Air. Tolong, beri aku air," pintanya penuh permohonan.

Gerald menangkup kepala Lais dengan kedua tangannya. Suhu tubuh Lais sepanas suhu yang dialami Gerald sehari sebelumnya. Keringat Lais sebanyak keringat yang dikeluarkan Gerald. Dia tahu rasanya terbakar oleh sesuatu yang sangat menyiksa.

"Siapapun, tolong bantu aku. Panas!" racau Lais di antara jerit kesakitan.

Yugo menjejalkan kapsul kuning ke mulut Lais. Bagai dibius, detik berikutnya Lais tidak gemetar hebat. Secara perlahan, dia kembali tenang. Bibirnya yang biru pucat kembali ke rona alaminya. Matanya berangsur putih meskipun agak kemerahan. Tidak ada bekas panas, kecuali tubuh basah oleh keringatnya sendiri.

Lais mulai mengantuk, tetapi rasa penasaran telah mengalahkan kantuknya.

"Maaf, aku sudah merusak pintu rumahmu." Gerald tidak enak hati, begitu tahu akibat perbuatannya mendobrak pintu.

"Tidak masalah. Terima kasih bantuannya." Suara Lais parau membalas permintaan maaf Gerald.

"Akan kubereskan pintu rongsokan itu," sahut Valda. Tangannya mengambil dua potongan pintu yang patah, lalu menyambungkan kembali. Valda meraba retakan pintu dan ajaibnya, pintu itu kembali seperti semula, meskipun masih lepas dari engselnya.

Lais kali ini duduk, masih bingung dengan kehadiran empat pria muda di depannya.

"Siapa kalian?" tanya Lais.

"Aku Yugo Garrett, ini teman-temanku." Yugo mengenalkan anggota lain dengan tenang.

"Sebenarnya, kami datang untuk belajar kebal dari api. Sayang pertemuan pertama kita tidak bagus." Selain Valda, Gerald bertindak impulsif dan berkata demikian. Pipinya langsung merona padam.

Quirin menyembunyikan tawa dengan suara batuknya.

"Hei, Storm, bukankah..." Ucapan Valda terpotong oleh isyarat Yugo yang mengerjapkan mata cepat. Buru-buru Valda meralat kalimatnya, "Ya, kami ingin belajar padamu. Apa triknya bisa kebal api?"

"Aku tidak punya trik apapun. Kulitku hanya tahan panas saja." Lais merendah, kaget menyadari punggung tangannya tidak ada luka sama sekali. Padahal beberapa menit sebelumnya, dia merasakan perih yang amat sangat akibat pecahan gelas kaca, "Eh, bukankah tanganku tadi ada luka?”

Pria jangkung itu sibuk mencari bekas lukanya.

"Sepertinya obat yang kamu berikan sangat ampuh. Aku kira obatnya hanya pereda panas saja, ternyata menyembuhkan luka juga. Ya ampun... Itu sangat keren!" kicau Lais mengambil tisu dan mengelap darah yang melekat di bekas lukanya tadi. “Harganya berapa dan beli di mana? Tocker tenan!”

"Itu bukan obat biasa." Yugo tersenyum menanggapi. "Lais, kamu adalah Gemstoners."

"Gemstoners? Apa lagi itu?" Lais terkekeh pelan. Lelucon Yugo tidak masuk akal baginya.

"Kamu bukan manusia. Kamu lebih kuat dibandingkan manusia. Itulah kenapa api menolakmu,” ucap Yugo dengan serius.

"Terima kasih leluconmu, Yugo, tetapi itu omong kosong. Baiklah, sebagai ucapan terima kasihku, aku akan membuatkan makan malam untuk kalian." Lais menuju dapur yang bersebelahan dengan ruang tamu.

"Apakah masuk akal ada manusia kebal api tanpa terluka sama sekali?" tanya Yugo melayangkan argumen.

"Bisa saja. Grup kesenian yang kubina, namanya debus. Kami biasa main api. Kuncinya hanya mengolesi minyak khusus," kata Lais sambil lalu.

"Kamu pakai minyak juga?" tanya Valda mengendusi bau badan Lais.

"Tidak. Hanya teman-temanku saja." Lais menggaruk puncak kepalanya, lantas mengeluarkan nasi dari penanak nasi. "Tapi bakal aneh juga kalau aku tidak memakainya. Jadi aku ikut mengolesnya. Lihatlah, bau badanku aneh," tunjuk Lais memamerkan aroma tubuhnya yang penuh bau kelapa.

Bibir Yugo bergerak pelan menyenandungkan syair yang cukup keras. Udara semakin dingin bersamaan ketukan buku jari di meja. Syairnya berasal dari bahasa kuno, tetapi Magnet Perak bisa menerjemahkan syair itu.

Aquamarine dari Venus.
Cantiknya membingkai langit.
Hujan jatuh rintik-rintik.
Menjadi musik bumi nan sunyi.
Jantungnya yang berdetak di sini, mempertemukan kita.
Gemstoners yang memiliki takdir untuk bersatu.
Tujuh warna menyatu sebagai harmoni.
Selaras melawan kegelapan nan jauh yang keji.
Aquamarine penguasa pelangi yang mempesona.
Lahir di antara kristal.
Kembali pada lautan kristal di ujung Bumi.

Ketenangan itu berangsur menjadi gaduh di kepala Quirin. Pemuda itu mencengkeram kepalanya kuat-kuat. Ada suara berat nan jauh. Samar-samar mengisi pikiran Quirin.

Susunan tata surya mulai menyimpang. Jutaan asteroid mulai berjatuhan di antara planet-planet. Semuanya bertubrukan untuk meninggalkan matahari. Pluto kini menjadi raja mereka.

Quirin menguatkan dirinya sendiri berada di tubuhnya. Kekuatan besar berusaha menyedot raga Quirin tanpa permisi.

Pemandangan batu-batu melayang tak tentu arah bagai debu beterbangan. Puluhan sosok bagai asap keperakan seperti siap bertarung. Miliaran jumlahnya, menghadap planet paling ujung yang gelap.

Sosok gelap itu memegang pedang tajamnya. Pedang itu menghunus langit. Suara tawanya bagai gaung memekakkan penuh kemenangan.

"Pergi ke Bumi. Akhirnya kutemukan kau, Aquamarine. Akan kuhancurkan liontinmu secepatnya. Dingin akan menguasai semesta. Tak ada lagi cahaya untuk kalian, yang telah mengucilkan Pluto. Akan kubunuh raja-raja yang berpaling dari kesetiaanku dalam musim dingin nan panjang."

"Hector!" sebut Quirin tersentak. "Dia tahu kita, Kak Yugo. Dia siap melakukan pencarian besar-besaran di Bumi."

"Kamu yakin?" tanya Yugo panik.

"Seratus persen. Aku mendengar kata-katanya," balas Quirin.

"Gawat! Apa kata-katanya?"

Quirin mengulang apa yang dia dengar, persis dengan suara datar dan tanpa ekspresi. Yugo pucat pasi, Gerald siap bertempur, Cavan mendekatkan diri ke Quirin, berharap bahwa  ekspresi Quirin itu lelucon.

"Ayo, kita pergi secepatnya," ajak Yugo semakin gusar menatap semua orang kecuali Lais. Suara kaki bersahutan keluar dari apartemen bobrok Lais.

"Apa yang terjadi?" tanya Valda hendak mendaki tangga. Dia khawatir dengan wajah pucat Yugo.

"Liontin itu kusembunyikan di Bali. Aku harus menambah pengamanannya. Apa kalian ingin ikut?" tanya Yugo didera kepanikan luar biasa.

Dia tidak punya banyak waktu untuk menunggu. Hanya tersisa Ivander dan Cavan.

Tidak boleh lengah, Yugo mengingatkan diri.

"Bali?" tanya Quirin.

"Pantai terkenal itu?" Gerald teralihkan. Agaknya mengira liburan jika sampai di pulau berbentuk anak ayam.

"Akan ada banyak hal fantastis, Storm. Tapi selamatkan liontinnya dulu."

"Bagaimana caranya? Apa kau punya pesawat jet, Kak Valda?" tuntut Quirin.

"Aku tidak sekaya itu, Bung!" Valda cemberut.

"Tanganmu, Valda!" Yugo mengulurkan tangan ke arah tiga saudaranya.

"Oh, ya! Aku lupa. Tentu saja, Quirin, Gerald, kalian setuju ke Bali?"

Untungnya semua anggota sepakat bergabung pergi ke Bali.

"Kita harus berpegangan. Jangan kalian lepaskan satu sama lain sampai aku yang melepaskan pertama kali." Yugo mengerahkan instruksi dengan cepat.

Muncul suara protes dari yang lain, tetapi Valda tahu rasanya teleportasi. Dia mengapit lengan Yugo tanpa ragu dan menggandeng manja ke Quirin. Quirin jauh lebih rikuh mengulurkan tangan ke Gerald.

Tangan mereka saling berkaitan. Yugo memejamkan mata. Dia menjernihkan pikirannya dan fokus pada satu tempat. Itu agak tidak mudah. Yugo sedikit melupakan tempat itu. Kemudian mata itu terbuka. Yang mengejutkan, iris mata Yugo berubah putih disusul iris mata anggota lain.

"Lais, bagaimana dengan dia?" Valda tahu Lais bergerak lamban di belakang mereka.

Lais tidak menyadari iris matanya berubah kuning keemasan. Dia agak terkejut mengetahui iris mata Yugo. "Siapa kalian?" tanyanya sambil mengacungkan telunjuk ke Gerald. Mata Gerald yang paling menakuti Lais, mirip zombie yang kehausan darah.

Yugo melepas tangan Quirin. Sementara tangan Quirin masih bertaut di tangan Gerald dan tangannya sendiri terjulur maju pada Lais. Mereka membentuk formasi lingkaran sempurna.

"Kamu salah satu dari kami." Entah anggota mana yang menjawab. Keributan membuat segalanya di depan Lais tampak kacau.

Belum sempat Lais membalas, pusaran aneka warna menggulung kelima anggota. Membawa mereka pergi ke satu tempat yang jauh dari Washington.

💎💎💎💎💎💎💎💎
Gimana nih? Seru nggak? Makasih buat yang sudah vote. Mari berjumpa di part selanjutnya.

05-02-2019
©Gyuberry Hojae
Lokal revisi 29-07-2020
Repost again 11 September 2021

💎💎💎💎💎💎💎💎

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro