Bab 1 : Anak Pikiran
Sebagai pemanasan, rilis dulu bab 1 buat tes ombaknya. Jika suka cerita ini, masukin reading list. Vote juga untuk part ini ya.
💎💎💎💎💎
💎💎💎💎💎
Seorang wanita bernama Aquamarine kembali tersungkur di atas pasir yang kemilau. Dia kembali rebah tanpa daya, berusaha untuk bangkit. Sudah tidak terhitung upayanya jatuh dan bangkit. Rambut panjang sepinggang itu berkibar dipermainkan East Moonsun. Dia harus bergerak walau kakinya berat menapak ke depan. Napasnya semakin tersengal. Udara di pesisir terlalu kering, sehingga dia merasa sesak napas. Lebih menyedihkan lagi, setiap kali menarik oksigen, dadanya seperti kena ribuan paku yang menancap pada setiap rusuk.
Aquamarine harus menahan diri untuk tidak menghirup udara kalau tidak mau dadanya nyeri. Setiap bernapas, dia bakal jatuh kesakitan dan itu buang-buang waktu.
Mata biru serupa laut sedang mengamati desir ombak. Di antara barisan ombak liar, tepat di depan matanya terdapat boleran yang tenang. Area itu berupa kotak tenang, tetapi sangat menghanyutkan. Banyak yang terjebak dan terombang-ambing pada arus menyesatkan itu.
Keindahan samudera di depannya, tidak mampu mengurangi sensasi mengerikan di sekujur tubuh Aquamarine.
Air matanya luruh, tidak tahan pada siksaan itu. Berkat racun yang mengalir perlahan di seluruh tubuhnya-akibat terperdaya makanan manis- Aquamarine memilih kabur. Dia jatuh di lorong yang salah, tepat saat pesisir selatan sedang menggila.
Aquamarine menengadah ke atas, memohon pada cekungan kubah troposfer yang menampung jutaan udara padat bermasa air. Dia berharap barisan awan kumulonimbus segera menaungi dirinya. Dengan adanya awan-awan kegelapan itu, cahaya matahari tidak akan menerobos masuk dan memantulkan cahaya asli wanita itu. Pendar biru lemah itu harus segera menghilang dari setiap epidermis Aquamarine. Dia tidak boleh terlacak siapapun saat ini, tepat pada saat titik terlemahnya. Dia membenci fisiknya yang sukar berklamufase di antara biru sang Bumi. Sebab, dari ruang hampa di atas sana, tubuhnya berkilau seumpama emas di antara tanah hitam. Terlalu mencolok berkat kuasanya sebagai Sang Ratu.
Ratu itu memiliki penampilan yang sangat unik. Bibirnya biru sedikit keunguan akibat polesan gincu merah. Seluruh tubuhnya bak boneka porselen yang hidup. Seperti keramik yang dilukis indah, tetapi jauh lebih menarik karena cahaya mengalir di tubuhnya.
Tetapi sayangnya, Aquamarine menjadi sasaran ribuan tombak dan panah. Jantung Aquamarine sedang diburu. Kepalanya siap dipenggal dan diarak keliling orbit antar planet dan diantar oleh Oort Cloud.
Wanita itu tidak mau mati hina oleh sang musuh. Karena itu, rencananya sangat tidak terduga.
Aquamarine merapalkan mantra kuno. Bahasanya tidak dikenal oleh manusia. Demikian pula sihir mulai bekerja. Dedaunan berguguran diterpa angin laut, menjauh dalam kesedihan purba.
Kekuatannya terkuras habis selagi awan-awan dari Pulau Jawa datang, bertumpuk di atas wanita itu. Suasana makin mencekam, disertai kegelapan seperti malam. Udara dingin menggigit mencapai minus derajat Celcius. Suasana yang sangat tidak wajar di atas pulau berbentuk anak ayam itu.
Lengkungan senyum penuh lega tercetak sempurna di bibir Aquamarine. Dia puas membangun tempat persembunyian teraman demi penundaan waktu kematian.
Aquamarine merintih kelelahan. Tangannya menggali butiran pasir keemasan dengan cepat. Pasir-pasir lembut itu mengotori gaun kerajaan yang basah. Mantra kuno terus berdengung. Lalu guyuran hujan menyejukkan kepala Aquamarine. Namun, guyuran itu terlalu liar. Hujan turun dengan kekuatan super dahsyat. Angin mendesau penuh keributan. Ombak saling bertubrukan menjadi gelombang pecah. Laut dan bumi melebur jadi satu dalam kabut hitam yang berputar.
Tangan kurus Aquamarine gemetar kedinginan. Retakan di tubuhnya semakin luas. Aquamarine melolong pedih bersama luka fisiknya. Tetapi tekadnya tidak berubah. Dia menggali lubang dengan tangan kosong.
Dia jelas ketakutan akibat cuaca buruk yang disihir oleh mulutnya sendiri. Berada di tanah yang bukan kekuasaannya sangatlah meresahkan. Harus ada yang merendam kegilaan alam. Aquamarine merasa salah tempat. Tetapi, Bumi juga bukan tempat buruk untuk bersembunyi.
Kilat petir menyambar pohon tidak jauh dari Aquamarine. Pohon itu terbelah menjadi dua. Kilat kembali menyerang pohon yang sama. Percik api hadir dengan cepat menjadi kobaran besar. Kilat telah membakar pohon sampai hangus. Ajaibnya, pohon itu tidak mati sepenuhnya berkat guyuran deras hujan.
Aquamarine terus menggali sampai kukunya ada yang lepas. Bahunya menempel di permukaan tanah, tanda galiannya cukup dalam. Seharusnya Aquamarine memanfaatkan kekuatannya dalam meledakkan tanah, tetapi energinya tidak banyak.
Jeritan menggema kala volume diagframa berkontraksi menjadi besar, bersamaan dengan udara yang melesat masuk lewat hidung. Air mata menyatu bersama jutaan air hujan. Dalam keadaan panik luar biasa, Aquamarine terus memungut ranting pohon yang tersambar petir. Dia merobek gaun satin dengan tangannya sendiri. Akibatnya, kedua kaki biru terang Aquamarine terekspos.
Bukannya menyembuhkan luka-luka di seluruh kaki, Aquamarine sibuk membuat replika manusia mini, serupa boneka voodo. Aroma asap mengular dari boneka-boneka itu.
Air mata Aquamarine lebur bersama derasnya hujan. Ketegaran dan keberaniannya semakin membuat dia kukuh berjuang. Dia tahu, seperti inilah sakitnya melahirkan.
Ya, wanita itu menciptakan kehidupan baru lewat sihir kuno, lewat kemauannya meneruskan eksistensi kerajaan sebagai ratu yang sah. Perlawanan tidak akan berakhir kendati wanita itu mati di luar tanah kelahirannya.
Semenjak datang di tepi pantai, Aquamarine tahu tugasnya. Dia tidak menyesal telah mengorbankan diri.
Dendamnya akan terbalas suatu hari nanti. Dia akan berjuang demi rakyatnya. Demi permintaan sang ayah yang baru meninggal untuk menjaga apa yang harus dijaga.
Kehidupan.
Wanita dari Venus itu memegang peranan penting, lewat sebuah liontin kemerahan yang tersembunyi di balik gaunnya.
Tangan Aquamarine semakin melemah. Dalam upayanya menciptakan tujuh replika manusia, Aquamarine melucuti hiasan permata gaun yang berbentuk wajik. Tujuh wajik beraneka warna itu dikumpulkan jadi satu ke dalam gulungan kain. Lantas Aquamarine mengalungkan liontin dengan bandul lingkaran merah ke salah satu boneka replika yang paling kecil dan jelek. Dia membenamkan wajik terakhir warna putih ke boneka terakhir yang sudah dililitkan liontin magisnya. Denyutan kecil nan magis muncul di persimpangan antara tangan dan kepala boneka itu.
Benda itu hidup. Suara detak jantungnya sangat lemah seperti janin di rahim manusia.
Aquamarine mendesah lega. Tinggal menghitung beberapa kali napasnya diembuskan, dia bakal mati tanpa khawatir.
"Aku serahkan Venus padamu agar Pluto tidak pernah menjadi pusatnya," desis Aquamarine penuh kekuatan. Bibir Aquamarine menempel erat ke boneka yang ditunjuk sebagai bentuk pemberian berkah. Tidak hanya itu, dia juga mentransmisikan semua pikiran dan kenangannya sepenuh hati.
Jantung Aquamarine meledak disertai sakit tidak tertahankan dari dalam. Seluruh sel-sel tubuh terbunuh oleh sengatan racun. Dia menahan semuanya cukup lama, bersama daging dan tulang yang mulai meleleh. Aquamarine tidak punya banyak waktu. Dia melemparkan tujuh ranting ke lubang yang digali, lantas menguburnya secara asal-asalan.
Laut telah mengundang wanita itu. Hujan bahkan tidak mampu meredam panasnya racun. Luka-luka semakin lebar. Wanita itu tertatih-tatih mencari air, tetapi miliaran tetes air di depannya mengandung natrium tinggi. Tentunya itu siksaan paling menyakitkan. Tetapi dia tidak punya waktu dalam berpikir seberapa sakitnya kena air laut. Waktunya telah purna, kendati baru menjadi ratu dalam dua hari di Venus.
Aquamarine melangkah ke arus tenang boleran. Dia menenggelamkan diri di samudera, tidak berdaya untuk melawan penyakitnya atau arus bawah yang menariknya semakin ke dalam. Dia bangga telah menciptakan badai hebat nanti. Tidak ada yang bisa menduga bahwa dia punya harapan dalam mempertahankan takhtanya.
Tidak ada siapapun yang datang menolong Aquamarine. Pantai itu kosong tanpa makhluk hidup. Tempat itu sekosong jiwa Aquamarine.
Muncul jeritan amat memilukan dari daratan. Keputusasaan karena waktu sengaja melambatkan diri di luar Aquamarine. Teman Aquamarine melolong pedih dan penuh sesal telah datang terlambat. Dia tidak rela jika Aquamarine yang cantik jelita itu mati sia-sia dalam usia yang sangat muda.
Gaia lari mengejar Aquamarine. Kakinya basah selagi hendak menyelamatkan tubuh membeku itu. Air laut melempar Gaia kembali ke daratan, tidak sudi jika tubuh persembahan itu direbut manusia. Gaia jatuh menyamping, berlari menelusuri pinggiran pantai. Namun, kakinya tersandung galian yang belum tertutup sempurna.
"Yang Mulia, kau tak boleh mati!" pekik Gaia terus menuju laut, kakinya sakit dan dia merangkak penuh permohonan.
Hujan berubah menjadi gerimis tipis. Awan mulai menjauh dari bibir pantai. Angin dan guntur berhenti membuat keributan. Pekat badai disapu bersih oleh cahaya matahari yang kuning benderang. Nun jauh, matahari menenggelamkan diri di lautan. Kehangatannya mendekap Gaia yang berduka.
Seberkas cahaya pelangi di atas laut membuat Gaia berhenti menangis. Sudah berulang kali Gaia menerjunkan diri ke lautan. Tetapi gelombang bersenang-senang melempar Gaia ke daratan.
Terdengar suara batuk berat khas orang yang baru sadar dari pingsan akibat tenggelam di laut. Suara itu membuat Gaia menoleh keheranan ke sosok manusia bermata putih terang, berkulit kuning dan berambut hitam. Gaia merasa aneh menyaksikan sosok bermata putih menyilaukan itu tidak punya pupil.
"Siapa kau?" tanya Gaia curiga.
Gaia memang aneh, tetapi manusia bermata putih berkilau itu jauh lebih menakutkan dibandingkan kemunculan raja Pluto. Manusia itu muncul bersamaan dengan matinya Aquamarine. Manusia itu harus diwaspadai oleh Gaia. Bisa jadi, manusia itu salah satu antek musuhnya dari Pluto.
"Gaia."
Gaia kaget bukan kepalang karena manusia itu mengetahui namanya.
"Kau tidak bisa berenang di laut. Takdirmu adalah tetap berada di daratan." Manusia itu tersenyum miring, agak mengejek Gaia.
Gaia merasa tidak asing dengan senyuman itu. Hampir setiap waktu Gaia melihat senyuman familiar di bibir sang manusia, tetapi tidak yakin.
"Buatkan aku sebuah terowongan di bawah pantai ini. Aku akan tinggal di sana. Kau bisa, Gaia?"
Pertemuan pertama, Gaia malah diperintah oleh manusia tanpa pupil mata. Sangat mengesankan dan
Gaia tidak boleh goyah.
"Kau Dewi Bumi. Pasti bisa mengatur taman indah untuk ibuku," ujar si manusia tenang, tanpa emosi dan kembali terbatuk.
"IBUMU?"
Aquamarine adalah gadis lajang dari planet Venus yang belum menikah. Dia baru saja menolak lamaran Hector secara terang-terangan. Dia juga tidak punya kekasih. Mana mungkin Aquamarine memiliki seorang anak? Kemudian Gaia menghela napas.
Gaia lupa.
Makhluk asal Venus bisa memiliki anak bila sangat menginginkannya. Prosesnya sangat sulit. Butuh konsentrasi tingkat tinggi untuk memikirkan wujud sang anak. Tidak sedikit wanita-wanita Venus berguguran dalam melahirkan anak secara sihir pikiran. Hanya anggota wanita dari keluarga inti kerajaan yang diberi perlindungan dan kemudahan untuk meneruskan takhta.
Jadi manusia di depan Gaia pasti keturunan Aquamarine. Namun, tetap saja namanya keturunan, dibutuhkan kehadiran pria untuk berkonsentrasi memikirkan anak, bukan hanya Aquamarine yang menciptakan sendiri. Dan tidak lazim jika keturunan Aquamarine sudah hadir dalam wujud dewasa.
Senyuman di wajah manusia tanpa pupil mata itu sangat mirip dengan Aquamarine. Tentu saja tidak asing.
Anak laki-laki itu mengangguk satu kali. Dia mengamati liontin yang tersemat di dadanya yang telanjang. Pandangannya beralih ke gulungan kain berisi wajik di tangan satunya. Dengan hati-hati, anak laki-laki itu menyentuhnya bebatuan indah itu.
Dia harus menjaga tujuh wajik sampai tiba masanya. Sebab tujuh wajik itu adalah sumber kekuatan yang harus ditelan secara tepat waktu oleh boneka-boneka yang sedang tertidur di bawah kaki Gaia.
Gaia tidak membantah. Dia menjejakkan salah satu kakinya ke butiran pasir pantai. Desir halus pasir-pasir bergerak menjauh ke arah lautan, membelah permukaan air yang sudah tenang, persis di titik Aquamarine menghilang. Cahaya kristal terus membias dari kejauhan selagi gerimis belum usai. Cahaya itu menandakan tempat yang diminta anak Aquamarine sudah siap untuk ditinggali.
"Aku ingin tempat ini tersegel dari siapapun. Hanya kita yang tahu, Gaia," pinta anak laki-laki sekali lagi bernada memerintah.
Gaia mengangguk paham. Dia mengembuskan napasnya ke pohon gosong bekas kena sambaran petir. Apinya sudah padam. Pohon itu mulai mencuat lebih tinggi. Muncul tunas daun yang semakin lebat. Pohon itu berdiri tegak dan pongah ke udara, hendak menangkup doa agar pantai tersebut diberkahi.
Pohon itu tumbuh membesar dalam kurun waktu singkat. Di tengah dahan, terdapat lubang yang menjorok ke bawah bumi. Begitu gelap tanpa dasar. Tangan lentik Gaia menarik sesuatu dari udara kosong. Terdapat sulur hijau tua yang memanjang. Gaia memutar ujungnya seperti laso, lalu dilempar ujung satunya ke dahan pohon.
"Mari pergi, Tuan," ajak Gaia lekas melompat ke dasar terowongan.
Anak laki-laki itu menyusul Gaia terjun ke dalam lubang hitam. Dia memekik kencang saat sensasi mengerikan masuk dalam kegelapan itu.
Berada dalam terowongan itu membuat seseorang menghitung waktu seperti berjam-jam lamanya. Ketika Gaia dan anak Aquamarine tiba di depan sebuah halaman kosong. Mereka berdiri canggung lagi.
"Omong-omong siapa namamu, Tuan?" tanya Gaia penasaran.
Putra Aquamarine bergumam kecil. Dia melihat bentuk fisiknya penuh minat.
"Karena fisikku seperti orang dari wilayah timur, maka namaku Yugo Garret," balas anak itu sekenanya. "Jangan panggil aku Tuan, Nyonya Gaia," lanjut anak itu mematikan harga diri sang dewi.
Gaia membuka-tutup mulutnya, kehilangan kalimat. Anak laki-laki itu sangat mirip dengan sahabatnya dari planet tetangga. Aquamarine sangat pandai mematikan ucapan lawan bicaranya di balik sikap lemah lembutnya sebagai wanita kerajaan.
"Tapi di luar Bumi, namamu adalah...?" tuntut Gaia ingin tahu, sengaja menggantungkan kalimat.
"Diamond Rise. Panggil aku dengan nama itu. Tapi aku lebih suka nama Bumi. Cukup panggil aku Yugo, Gaia." Yugo tertawa sendiri mendengar nama baru yang diambil acak. Lewat ingatan Aquamarine pula, Yugo telah mengenali beberapa etnis manusia. Tentu saja nama Yugo punya arti mendalam. Dia adalah petualang yang memiliki wawasan konstruktif. Sangat cocok seperti pria bermata putih itu.
"Sudahlah, cepat tunjukkan kamarku, aku ingin tidur siang," perintah Yugo sengaja membelokkan topik.
Gaia tidak menyanggah. Dia lekas mendesain ulang dasar terowongan yang serba gelap dan mengarah ke bagian bawah laut. Kehangatan tempat itu terjadi berkat deretan gunung-gunung aktif yang sedang tidur.
Setiap sepuluh langkah Gaia, dua obor menyala dalam sekejap memberi penerangan. Cahaya obor akan padam sekalipun langkah keduanya semakin jauh ke depan. Dengan sihirnya, Gaia membangun kubah yang luas di mana atapnya beriak dihiasi aneka ikan yang berseliweran. Tempat itu bagai akuarium besar berlapis dinding kaca, tetapi daya magis Dewi Bumi membuatnya lebih spektakuler.
Tidak ada tetes-tetes air asin yang membasahi tempat Gaia dan Yugo berpijak. Tanahnya begitu gersang. Gaia meniup telapak tangannya lembut. Rumput hijau disertai aneka bunga tumbuh subur menutupi terumbu karang. Permukaan tanah berombak lalu menjadi bukit-bukit hijau permai.
Gaia berbalik arah. Tangannya meliuk-liuk penuh kemagisan. Dia membangun sebuah kastel besar berbahan batu bata yang kokoh lengkap dengan ornamen dan perabotan. Beberapa manusia hadir sebagai pelayan tambahan yang mengurus area kastel. Mereka akan mengurus kebersihan dan persediaan pangan penghuninya.
"Ini tempatmu, Tuan Yugo. Saya sesekali akan berkunjung, kecuali ada urusan genting yang menyita perhatian kita. Kalau begitu, permisi." Gaia undur diri.
Yugo ditinggalkan sendirian di kastel. Dia menjelajah penuh kagum pada bangunan paling aman itu. Puas karena tempatnya tidak terjangkau pandangan makhluk luar angkasa. Yugo bakal bersembunyi untuk waktu yang lama sembari menyusun strategi.
Yugo meraba dada. Derap jantungnya bergema ganda bagai burung yang berkepak. Detaknya sangat cepat dan tidak sabaran menyongsong dunia baru
Yugo kembali mengamati kapsul dalam genggaman penuh rindu. Dia membayangkan tujuh anak berkumpul di griya yang dibangun oleh Gaia. Mereka saling berlatih untuk dikirim kembali ke Venus nanti. Begitulah rencana Aquamarine.
Mereka sengaja diciptakan Aquamarine untuk tugas ganda. Mereka harus menjaga kestabilan tata surya sekaligus menumpas kejahatan dari Pluto yang serakah di bawah pimpinan Yugo.
"Cepat bangun, teman-teman," pinta Yugo menatap kemilau wajik itu.
💎💎💎💎💎
💎💎💎💎💎
Bagaimana? Seru nggak?
(Oh ya, sekali lagi, maaf karena aku terus unpublish work ini untuk revisi. Setelah bolak-balik revisi ff-lokal-ff dst, kali ini pake cast lokal.)
-Ravenura-
Banyuwangi, Maret 2021
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro