Ch 2 : Welcome To The Group!
Yujii's View
". . . Sudah, menyerahlah...."
"Ga! Jangan ganggu aku! Mereka pasti kembali!"
"Kamu ga mau menyerah juga?"
"Apa yang menyerah? Aku sudah janji aku bakal tunggu mereka! PERGI!"
"Bocah keras kepala! Jangan mempersulit dirimu lagi! Terima saja kenyataan kalau--"
"TIDAAAAK!!!!!!"
Aku terbagun dengan nafas memburu, dengan segera aku menarik nafas panjang dan menutup wajahku dengan tanganku.
Mimpi, Lagi lagi mimpi itu, LAGI LAGI mimpi yang sama.
Aku benci mimpi itu!
Aku menoleh ke samping kasur kecilku, sebuah jam weker berwarna biru dengan detakan yang terus mengisi keheningan ruangan itu membalas tatapanku, jarumnya mengarah nyaris ke angka enam.
Sudah pagi? Cepat sekali.
Aku mematikan alarm yang baru akan berbunyi, dan mengambil segelas air dari botol di meja.
Keringat masih membasahi tubuhku, membuat baju tidurku melekat di tubuhku.
Hmph....
Entah sampai kapan mimpi itu harus terus menghantui tidurku, entah sampai kapan aku harus terus terbangun dengan keadaan keringat bercucuran dan jantung memburu seperti ini. Benar benar tidak menyenangkan.
Aku melepas pakaianku, mengganti pakaianku dengan seragam, dan bergegas berjalan menuju kamar mandi.
Sungguh tidak menyenangkan punya wajah dan tubuh seperti ini. Aku tidak pernah bisa merasa nyaman dan menikmati kehidupanku sebagai laki laki bebas.
Aku tidak bisa santai bolak balik di kos hanya dengan celana pendek dan kaos singlet, atau mungkin berjalan ke kamar mandi dengan keadaan setengah telanjang.
Why?
Karena tubuh sialan ini.
Tubuh yang tidak sepantasnya dimiliki oleh seorang pria.
Aku selalu ingin tahu bagaimana rasanya punya bulu kaki, menikmati bagaimana rasanya mencukur kumisku, atau melakukan hal hal lain yang berbau laki laki.
Aku terkadang iri pada teman temanku yang selalu bisa menarik celana panjang mereka dan dengan bangga memamerkan lebatnya bulu kaki mereka.
Menjijikan? Mungkin iya, tapi sebaiknya kalian juga merasakan bagaimana rasanya memiliki tubuh dengan kulit putih, mulus, dan halus, bagaikan wanita.
Aku beritahu, itu sama sekali ga menyenangkan!
Aku seringkali mencoba berjemur untuk mencoklatkan kulitku, tapi bukannya kulitku menghitam, yang terjadi malah aku menarik perhatian orang orang yang kebetulan lewat.
Menyebalkan
Aku juga ikut olahraga!
Aku berusaha keras mengeraskan tubuhku lewat judo, dan sudah ratusan bantingan, dan mungkin orang dengan jumlah yang sama sudah aku hempaskan ke tanah.
Tapi, otot yang kuharapkan akan mengisi tubuhku tak kunjung muncul. Jangankan otot, kapalan pun menolak memunculkan dirinya di tanganku.
Apa sebenarnya yang salah denganku?
Aku menutup pintu kamar mandiku perlahan, dan kuhela nafasku dengan berat, kutatap kaca berembun yang mematulkan wajahku disana.
Ini adalah yang terburuk.
Wajahku.
Aku merasa wajahku baik, dan tidak ada masalah, tapi entah kenapa wajah ini selalu menarik para lelaki untuk memandangiku, menggodaku, dan mengiraku wanita.
Apa aku perlu membuat goresan di sana sini untuk menunjukkan aku laki laki?
Sial.
Sudah berapa kali aku menghela nafas?
Katanya menghela nafas itu memgurangi umurmu sehari.
Umurku pasti sudah habis separuh sekarang.
Aku akhirnya mengambil gayung di dalam bak air, dan menggunakannya untuk membasahi tubuhku.
Aku melanjutkan ritual mandiku sambil melamun.
Sebenarnya aku tidak terlalu suka mandi pagi, tapi karena aku selalu terbangun dengan keadaan basah oleh keringat, mau tidak mau aku juga harus menjaga kebersihan tubuhku, dan itu harus!
Aku mengambil handuk, mengeringkan tubuhku, dan segera mengenakan seragamku.
Aku membuka pintu kamar mandi dengan perlahan, dan berbalik untuk segera pergi.
"W.... Waa! Siapa KAMU!"
Aku memiringkan tubuhku memandangi wanita yang berdiri di depanku.
"Apa? Ini aku, Yuuji, ada apa Ve?"
Cewek itu menggeleng dan dengan gemetar memandang wajahku.
Aku menyentuh wajahku.
Sial
Aku lupa memakai maskerku!
Ah, sudahlah, toh sekarang seisi sekolah sudah melihat wajahku.
Aku tidak perduli apapun yang mereka katakan, gara gara anak sialan bernama Marco itu, sekarang aku harus siap dipandang aneh oleh seisi sekolah.
Hmph.....
"Y... Yuuji ....?"
aku mengangguk, wanita itu mengerjap beberapa kali, tampak tak percaya.
"K... Kamu, kok maskermu ga dipakai..? Kamu.... Manis.... banget........"
"Makasih...."
Dengan jengah aku segera pergi meninggalkan Veve yang masih ternganga menatap ke arahku.
Sial, seperti inikah yang harus aku alami mulai saat ini?
mungkin aku sudah harus menyiapkan hatiku untuk menerima ejekan atau godaan dari banyak siswa di sekolahku, seperti masa SMP dulu.
Biarlah, toh aku juga sudah terbiasa dengan hal hal seperti itu. Aku hanya perlu menebalkan mukaku, dan tidak memperhatikan sekeliling seperti dulu, dan sisi baiknya, aku bisa menghemat uang lebih karena aku tidak perlu membeli masker untuk menutupi wajahku!
Hufh....
Good Grief, Yuuji .
Aku masuk ke kamarku, kemudian segera merapikan penampilanku, dan segera menarik sebungkus mie, menyeduhnya dengan air panas dari termos yang kubuat kemarin.
Seselesainya aku mengisi perutku dengan sebungkus mie dingin itu, aku segera menarik tas sekolahku dan segera menuruni tangga kosku menuju pintu keluar.
"Y.... Yuuji......?"
Aku sedang berlutut saat seseorang memanggilku dengan ragu.
Sigh, here come the next dumbass
Aku menoleh, dan sosok Aya, teman kostku dan satu satunya teman cewek terdekatku di sekolah tampak ternganga melihatku.
"Iya, kenapa Ya?"
Aya masih tampak terngaga menatap ke arahku, ia berkali kali membuka dan mengatupkan mulutnya sambil melihat ke arahku.
aku hanya menghela nafasku.
"Iya ini aku, kenapa harus kaget begitu sih?"
Aya menggeleng tak percaya, ia menunjuk ke arahku sambil melongo.
"Maskermu..... Maskermu....?"
"Udah kulepas, kemarin maskerku lepas di tengah sekolah, jadi sekarang ga ada gunanya lagi aku pakai...."
Jelasku dengan cepat, Aya mengangguk angguk paham, ia segera mengambil sepatu dari rak, dan mengenakannya.
"Ayo, kita pergi, atau kamu mau minjem rokku, Yuuji-Chan?"
Aku menjitak kepalanya dengan kesal, dan segera pergi mendahuluinya.
"Hei, Tunggu! Jangan ngambek gitu dong!!!"
Aku tidak menghiraukan teriakan Aya, dengan langkah lebar aku membawa tubuh kecilku pergi ke arah sekolah.
***
"Y... Yuuji! Dia datang!"
Aku tersenyum manis, berjalan menembus wajah wajah yang tampak memperhatikanku, dan berjalan dengan cepat ke arah kerumunan lelaki yang tampak pucat melihat ke arahku.
"Y...Yuuji!"
Benny segera berdiri dengan awas, diikuti beberapa anggota gank nya, dan dengan waspada melihat ke arahku.
"Mau apa kamu kesini?!"
Aku mendengus sebal mendengar hardikkan mereka.
Apa mereka selalu menggunakan nada seperti ini pada setiap orang sih?
Aku kembali berusaha untuk tersenyum.
Mamiku bilang kalau aku tersenyum orang pasti akan tersenyum padaku, jadi aku selalu berusaha ramah pada setiap orang.
"Aku, aku nyari Marco....!"
Mereka semua melebarkan matanya mendengar perkataanku.
"Ada apa dengan Marco?!"
Benny segera bersikap defensif, mereka merapatkan barisan mereka seakan aku adalah banteng yang siap menabrak mereka.
"Ada yang harus aku sampaikan. Aku mau ketemu!"
"Memangnya kamu mau ngapain? Marco ga ada di"
"Udahlah Ben!"
Benny tersentak, Marco akhirnya menyeruak keluar dari barisan mereka, dan menampilkan dirinya di hadapanku.
Aku nyaris tertawa melihat keadaannya, matanya masih tampak lebam, dan aku bisa melihat bekas bengkak di pipinya, serta perban terbalut di wajahnya
Apa aku kemarin terlalu keras menghajarnya?
seingatku aku cuma membantingnya 3 kali, dan mendaratkan beberapa belas pukulan di wajah dan tubuhnya......
Okey,
Memang agak keterlaluan sih, tapi kupikir itu pantas untuknya, karena berani berani menarik maskerku dengan curang.
Walaupun secara teknis itu memang kecelakaan
Tapi tetap saja itu membuatku kesal, dan untukku, orang yang membuatku kesal harus membayar mahal!
Marco menaikkan bibir bawahnya dan menaikkan wajahnya dengan angkuh.
Aku bisa melihat raut ketakutan di wajahnya, tapi ia bertingkah seakan ia menantangku untuk berkelahi.
Anak sialan, apa aku perlu membuat hidungnya bocor lagi?
Pasti asik, tapi sayangnya aku tidak mungkin melakukannya sekarang, karena aku punya perjanjian yang harus kutepati.
"Mau ngapain kamu kesini, hah?"
Marco bertanya dengan nada congkak ke arahku.
Sial, aku benar benar mau nonjok anak ini sekarang rasanya.
Aku harus mengendalikan emosiku! Aku harus mengendalikan emosi! Bagaimanapun juga, dia sudah memenangkan taruhannya.
"Aku? Kesini? Jelas untuk bergabung dengan kalian...!"
Mereka semua mendadak melotot dan melebarkan matanya.
"Ha?"
Mereka semua melongo bersamaan, dan memaju mundurkan lehernya seakan mereka segerombolan burung pelikan berebut ikan lele.
Aku harus menjaga emosiku, aku harus tetap tersenyum...!
Tampaknya aku harus bertahan menghadapi serombongan idiot ini.
Sial, aku menyesal karena sudah membuat taruhan begitu, seharusnya kemarin pertaruhannya bertarung sampai mati, jadi kalau aku kalah pun aku ga harus bergabung sama mereka.
Mending mati.
"Ya, sesuai janjiku kan, kalau kalian bisa merebut maskerku aku mau gabung sama kalian, oh, ya, kalian semua kalah ngelawan aku, dan yang kuanggap menang cuma Marco, jadi aku cuma mau menerima perintahnya, sesuai janjiku...."
jelasku pada mereka.
Mereka semua mengangguk beramai ramai, mengingatkanku pada boneka anjing di mobil yang kemarin aku remas sampai hancur karena gemas.
"Jadi, sekarang aku resmi bergabung dengan kalian, ya kan..?"
Aku meremas boneka tepung yang sudah aku siapkan di rumah kalau kalau aku perlu, dan ternyata, memang perlu kan?
Boneka stress boneka stresss, telan kekesalankuuu!!!
Aku harus banyak bersabar untuk meladeni mereka, mungkin nanti aku harus mencoba untuk menyesuakan diriku dengan mereka atau mungkin aku akan gila.
Sigh.
Ah, lagi lagi aku menghela nafas.....
Aku menatap Marco yang menaikkan wajahnya dengan muka penuh kemenangan.
Sungguh sial.....
Tanpa kusadari, Boneka penahan stress yang kubawa sudab kuremas sampai hancur, menyisakan karet bertabur tepung yang menjadi isinya....
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro