Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10 - Komitmen

HAPPY READING!

Notifikasi grup chat mereka berdenting membuat Bulan langsung mengeceknya berharap Langit yang mengirim pesan disana. Benar sih, mengirimkan pesan yang dibahas juga cuma bilang minta hari selasa saja untuk kerja kelompok di sekolah.

Bulan ingin bertanya mengapa dia di blokir tapi, ada Bintang di sana membuat Bulan tidak bisa melakukan apapun. Bulan akhirnya punya ide dia mengeluarkan Bintang dari grup, jadi grup itu hanya berisi Bulan dan Langit. Bulan mengirimkan pesan chat yang super banyak menanyakan mengapa dia di blokir dan ada masalah apa sampai Langit pergi dengan tergesa-gesa.

Secercah harapan muncul ketika Langit membaca pesan di grup itu. Tanpa mengetik apa-apa Langit memasukan kembali nomor Bintang. Membuat Bulan memukul bantalnya melampiaskan emosi.

"Oke. Mungkin emang ada masalah. Jadi lo enggak mau gue chat." Bulan berusaha menyakinkan dirinya dan tidak mengamuk. Cewek itu menarik napasnya dalam dalam lalu mengeluarkannya secara perlahan.

Besoknya pun makin parah Langit bahkan minta tukeran tempat duduk dengan Bintang membuat Bulan kesal sepanjang hari. Saat Bulan ingin berbicara dengan Langit terlihat teramat jelas bahwa cowok itu menghindar.

"Lo ikut gue." Bulan menarik tangan Langit menuju ke lorong yang tidak ada manusia yang lalu lalang di sana. Cewek itu menahan bahu Langit agar menempel di tembok.

"Lo lucu ya? Tinggi badan kita aja beda jauh." Langit menarik tangan Bulan menjauh lalu pergi dari sana.

"Ck. Lo biasanya aja nurut. Sekarang lo bilang sama gue kemarin ada apa? Bahkan nomor gue masih lo blokir." Bulan mengomel menunjukan bahwa nomornya masih di blokir.

Langit yang berjalan pergi langsung berhenti ketika mendengar ucapan Bulan. "Kenapa gue harus buka blokiran lo?" Langit berbalik dan berjalan ke arah Bulan yang wajahnya terlihat sangat kesal.

"Kenapa juga lo blokir gue?" Bulan balik bertanya. Dia tidak merasa ada salah apapun tapi Langit langsung menghindari dirinya.

"Gue kan cuma temen lo. Gue lagi bantuin lo tuh sama Bintang. Enggak bersyukur banget. Nanti kalau gue inget gue buka blokiran lo." Bulan tidak bisa berkata-kata sampai Langit menghilang dari sana.

Apa-apaan sih orang itu? Memang sih Bulan enggak pernah cerita tentang Bintang yang super duper menyebalkan. Tapi, bagaimana bisa Langit menyimpulkan kalau dengan meletakan Bintang di sebelahnya dia akan senang.

Bahkan Bulan udah bersabar selama sekitar seminggu. Dia juga sudah menebalkan rasa sabarnya agar bisa tetap duduk di sebelah Bintang. Bulan sudah tidak tahan dia langsung bergegas menuju ke rumah sakit masuk ke dalam ruangan Mamanya Langit. Cewek cantik dengan rambut yang mulai memanjang yakin seratus persen kalau misal Langit tidak akan di sana.

"Tante." Bu Putri terkejut melihat ada seseorang dengan seragam sekolah yang sama seperti Langit. Dia tertinggal banyak hal ternyata.

"Maaf, cari siapa?" Bu Putri tersenyum ramah membuat Bulan menunjukan deretan giginya.

"Mau cari Mamanya Langit Bu. Saya temen sekolah Langit." Bulan berujar sopan dengan nada yang lebih rendah daripada tadi.

"Suruh masuk aja Putri. Dia yang merawat saya selama satu bulan saat kamu pergi." Mama Langit mengunyah tahu putih sebagai makan siangnya. Bu Putri mengangguk lalu meminta Bulan untuk masuk ke dalam.

"Kenapa Bulan?" Bulan duduk di tempat duduk yang ada di sebelah Mamanya Langit dengan raut wajah cemberut.

"Anak tante nyebelin. Masa dia tiba-tiba enggak ada angin enggak ada hujan langsung ngehindar Tan. Bulan enggak salah apa-apa loh." Bulan sudah marah-marah sementara Bu Putri ikut menyimak di sana. Rosa tertawa melihat Bulan yang sudah marah-marah wajahnya lucu.

"Nih, makan dulu ayam gorengnya. Jangan marah-marah lagi." Bulan menurut dia membuka mulutnya mengunyah hasil suapan dari Rosa.

"Langit sejak kapan menghindarnya?" Bu Putri ikut berbicara. Bulan langsung menjelaskan bahwa sudah seminggu. Pertama kali sih waktu tugas kelompok bahkan sampai sekarang Langit tidak membuka blokirannya sama sekali.

Bu Putri dan Rosa saling bertatap lalu tertawa. Bulan menatap mereka dengan kebingungan tidak memahami situasi yang terjadi.

"Langit itu emang anaknya enggak suka apa yang jadi miliknya diambil sama orang lain. Kalau udah diambil sama yang lain emang Langit sukanya ngalah." Bulan masih tidak paham. Barang apa yang diambil oleh Bulan sehingga Langit sampai enggak mau ngobrol sama dia lagi.

"Maksudnya Tan? Enggak paham." Mama Langit menyudahi makannya. Pantas anak laki-lakinya kesal gadis manis ini terlalu tidak peka.

"Langit itu enggak suka miliknya diambil orang lain. Kamu diambil sama siapa tadi namanya Put?" Rosa menatap ke arah Bu Putri meminta jawaban.

"Bintang."

"Nah iya, Kamu diambil sama Bintang." Rosa melanjutkan ucapannya sementara Bulan hanya diam masih belum memahami.

"Tapi, Bulan bukan barang Tan. Lagi pula Bulan kan enggak suka sama Bintang." Bulan membela dirinya melihat wajah Bintang saja dia tidak sudi.

"Miliknya itu bukan barang aja. Hatinya Langit udah kamu ambil. Eh, kamu malah sama yang lain." Bulan diam seketika wajahnya memerah. Dia sekarang tau apa yang dimaksud daritadi oleh Bu Putri dan Mamanya Langit.

Tepat waktu, telepon Bulan berdering entah siapa yang meneleponnya dia tidak peduli. Segera saja dia berbicara di telepon.

"Hah? Oh gitu iya nanti Bulan ke sana." Bulan langsung bergegas pamit dan lari dari sana dengan alasan kucing kesayangannya sakit tiba-tiba. Kenyataannya sih boro-boro ada kucing hewan peliharaan saja dia tidak punya.

"Dia enggak bisa akting ya? Kelihatan banget salah tingkahnya." Dua ibu paruh baya itu tertawa puas.

Besoknya Bulan jadi yang menghindari Langit. Entah kenapa malah sekarang mereka sering berpapasan. Bulan pengen menghilang dari bumi saja.

Langit sendiri sebenernya mau ngobrol sama Bulan. Mau nyelesain salah paham dan rencananya mau minta maaf karena dia ngeblokir tanpa alasan. Tapi, malah sekarang Bulan yang ngehindar.

Langit juga enggak bisa ngobrol karena Bintang kayaknya tau kalau misal dia mau ajak ngobrol si Bulan. Dilihat dari gerak geriknya Bintang selalu enggak biarin Bulan jalan sendiri.

Paginya, Langit lagi nulis agenda di bukunya seperti biasa. Baru nulis tangan Langit ditarik sama Bulan ke lorong. Bulan langsung bilang to the point.

"Lo cemburu sama Bintang?" Langit gelagapan kok bisa Bulan langsung bilang to the point kayak gitu bikin Langit ketar-ketir.

"Enggak," ucap Langit mengelak membuat Bulan menatapnya mendekat.

"Ayo kita bikin komitmen." Bulan melipat tangannya di depan dada. "Hah?" respon yang wajar dari Langit.

"Karena kalau pacaran itu cowok yang nembak sedangkan gue cewek. Jadi, kita bikin komitmen aja." Bulan menyodorkan tangannya, meminta berjabat tangan sementara Langit menggeleng.

"Emang gue mau bikin komitmen sama lo? Ogah." Bulan jinjit dan menjewer telinga Langit.

"Kalau pun lo enggak mau. Gue mau."

***

Lanjut? Yes or No?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro