Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BAB 2: KKN

Hari penuh emosional itu sudah terlewati dan Tifa sekarang berada di gedung serbaguna di Kecamatan Rijang, 60 km dari kota Makassar. Gadis yang sudah resmi masuk semester tujuh itu akan melakukan salah satu kegiatan yang akan dia terus kenang hingga tua. Almameter dan topi berwarna hijau tua dia kenakan hari ini, bersama dengan seratus mahasiswa lainnya. Orang-orang yang memiliki jabatan yang paling tinggi memberikan ucapan dan kesan pesan di awal, di atas panggung kecil dengan tiga anak tangga. Secara berurutan bapak-bapak itu bergantian naik dan turun dari panggung, dan sampailah di ujung acara, di mana para mahasiswa dan mahasiswi diminta untuk menjaga sikap selama tinggal di tanah orang.

Ya, Tifa sekarang berada di salah satu masa yang akan menentukan masa depannya--Kuliah Kerja Nyata.

Tifa berusaha untuk berpikir positif bahwa dirinya bisa melewati dua bulan penuh di lingkungan yang baru. Jauh dari hiruk pikuk kota dan tentunya neraka yang bernama rumah. Akhirnya dia bisa merasakan yang namanya suasana asri nan damai di kampung halaman, meski itu bukan kampungnya.

Sayangnya ... dia mulai merasakan adanya pertanda buruk. Keringat meleleh di belakang lehernya. Alaram alami di dalam tubuhnya berdering amat keras. Suhu tubuhnya meningkat, selaras dengan hawa panas yang menyebar di ruangan yang pelit akan pendingin ruangan. Gadis itu melirik ke sebelah kanannya, tepat ke deretan mahasiswa yang akan ditempatkan di Desa Je'ne--sama seperti dirinya.

Mereka yang akan bersama dengannya itu sudah memberikan kesan yang cukup unik. Tepatnya dalam artian yang buruk. Terutama para gadisnya, kentara sekali mereka memiliki niat untuk saling menjodohkan diri dengan cowok dari jurusan lain yang akan menghabiskan waktu bersama mereka selama dua bulan kedepan. Meski tubuh mereka dibasahi keringat dan pilu, mereka berlomba-lomba memperlihatkan pesonanya pada para perjaka yang akan menemani keseharian para perawan yang haus akan cinta. Parahnya lagi, sebaliknya pun juga begitu. Meski terlihat jaim, para cowok juga melakukan hal yang sama.

Sial! Aku paling tidak suka kumpulan orang caper!

Tifa hanya bisa menggigit bibir, memandang layar ponselnya yang tidak mendapatkan jaringan sebatang pun dengan gusar. Dibandingkan dengan acara pencarian jodoh yang sedang terjadi di sebelahnya, gadis berkacamata itu malah lebih penasaran dengan perkembangan penyelidikan kasus yang sekarang Aris selidiki bersama anggota Pharma.con lainnya. Sebuah kasus yang menjalar menjadi rentetan kasus berantai, saling bersinambungan seperti jaring laba-laba yang akan menjerat siapapun yang mencoba mendekat.

Apakah Aris adalah kupu-kupu yang akan terjebak di jaring itu, ataukah dialah yang akan menjadi laba-labanya?

Yang lebih penting ... kenapa Tifa malah melewatkan hal seru itu dan harus terjebak di sekumpulan anak muda yang labil?

Tifa menghela napas panjang, menurunkan topinya, dan mulai mengipas wajahnya dengan angin seadaanya.

Apa boleh buat. Ini masih mending daripada dia menghabiskan waktu di neraka yang disebut rumah. Setidaknya, neraka di sini lebih menidng dibandingkan sebelumnya.

Semoga.

Seorang dosen yang sepertinya adalah penanggung jawab di Kecamatan Rijang mengambil alih mikrofon, memberikan perintah dan arahan. "Para kepala desa sudah berbaris di depan panggung, silakan untuk tiap kelompok berbaris sesuai dengan tempatnya." Kemudian dosen itu mulai memanggil satu-satu nama desa yang ada. Dan ketika sampai di barisan terakhir, Tifa dan teman kelompoknya masih belum juga dipanggil ke depan.

"Untuk kelompok Desa Je'ne, silakan menunggu di luar. Kepala Desa Je'ne masih dalam perjalanan." Setelah memberi pesan terakhir untuk seluruh mahasiswa, dosen tersebut segera turun dari panggung dan bersiap kembali ke kampus dengan rombongannya.

Seorang mahasiswi yang terlihat paling modis di kelompok Tifa, mendecahkan lidah. "Ya ampun ... jadi kepala desa 'kita' selama ini belum sampai juga?"

Mahasiswi yang sepertinya adalah teman dekatnya, mengayungkan kipas tangan berbulunya dengan angkuh. "Kesan pertama itu penting. Kalau gini ceritanya, aku curiga tempat KKN kita bakalan mengecewakan."

Dengan raut wajah datar, Tifa memilih meninggalkan kerumunan gadis yang mengeluh itu, dan mencoba mencari sinyal di luar gedung serbaguna.

Buat yang udah pernah ikut KKN, gimana kesan kalian selama pengabdian itu? 😁

Dan buat yang mungkin bakalan ancang-ancang KKN, semoga beruntung 😂👍

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro