Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 10: Penyuluhan

Baru saja menyatakan perang dengan komplotan cewek cabe-cabean, serangan pertama malah sudah diluncurkan. Jas almamater Tifa menguarkan bau tajam ketika dia mengeluarkannya dari dalam lemari baju. Bau seasam cuka begitu menyengat sampai dia tidak yakin mengenakannya sebelum pergi ke posyandu. Tidak perlu ditebak lagi siapa pelakunya. Untungnya Tifa tidak ambil pusing dan meninggalkan almamaternya ke dalam baskom cuci di belakang rumah.

Ini cuman masalah kecil, toh kalau dipakai malah bikin gerah. Begitu pikir Tifa yang berusaha menenangkan dirinya dari keusilan Aria dan Sofia.

Tifa berjalan menuju teras rumah, belum sampai di sana, dua musuh barunya itu sedang menatap dari kejauhan dengan sorot merendahkan yang seolah-olah berkata, Kau pasti malu dikatain cewek bau ketek!

Hebatnya di saat-saat seperti itu, Tifa bersyukur matanya rabun. Keuntungan yang sering tidak disadari orang lain adalah dia jadi tidak bisa melihat secara jelas, apalagi ekspersi wajah orang atau lawan bicaranya. Walaupun itu berarti minus matanya naik lagi.

Radit yang sudah berada di balik kemudi motornya, datang tepat waktu untuk menyelamatkan Tifa dari sana. "Mitra sudah pergi duluan. Ayo!"

Tifa mengagguk dan naik ke atas motor dalam posisi mengakang. Sesuai dugaannya, jalanan menuju Posyandu amatlah tidak merata. Malah bisa dibilang cukup ekstrim, dengan segala lubang, batu kerikil, serta bukit terjal yang harus dilewati. Kalau Tifa yang mengendarai motornya sendiri, sudah dapat dipastikan dia akan berteriak sepanjang jalan.

Proker pertama yang akan mereka laksanakan hari ini adalah melakukan penyuluhan kesehatan. Sebelumnya, tepat saat Tifa, Aria, dan Sofia berada di dapur mendiskusikan rencana jahat untuk Pak Kepala Dusun; Radit sedang berbincang-bincang antara Pak Kades, Pak Kadus, dan Pak Kepala Posyandu perhial proyek kerja anak KKN di Desa Je'ne. Pembahasan yang berujung dengan berhasil mendapatkan persetujuan, maka para mahasiswa KKN diperbolehkan memberikan pelatihan P3K di aula kepala desa yang dirangkaikan dengan pengecekan kesehatan di posyandu. Desa Je'ne termasuk desa yang minim fasilitas kesehatan. Puskesmas saja mereka satukan menjadi posyandu.

Masalah ini bukan hanya karena tidak ada perhatian dari pusat, namun kepercayaan masyarakat yang masih tradisional dan empiris yang membuat tenaga kesehatan dari kota tidak betah tinggal. Dukun-dukun dari berbagai bidang masih menjadi primadona di sini. Tapi masalah para anak muda yang tidak berminat untuk meneruskan budaya tersebut, membuat masalah kesehatan di desa tersebut berada di ujung tanduk.

Meski hanya penyuluhan singkat, namun mengajari orang yang berumur dan tinggal di pelosok tidaklah mudah. Para sesepuh akan sering mengangkat tangan dan memberikan serentetan pertanyaan yang berakhir pada cerita tentang masa lalunya. Lalu para pemuda dan pemudi bersikap malu-malu dan takut dipermalukan di depan banyak orang. Sedangkan para bocah sekitar hanya datang karena ada snack gratis sembari tertawa cekikikan dan membuat keributan yang tidak jelas sepanjang acara.

Namun hebatnya Mitra tetap sabar dan bersikap sangat profesional. Dia melayani semua pertanyaan, memberikan pengarahan yang mudah dipahami, dan mendorong keberanian para kaum muda untuk bisa melakukan pertolongan pertama. Mitra selalu berpesan, bahwa merekalah yang akan menolong sesamanya ketika dia sudah menyelesaikan pengabdian di desa mereka.

Tifa dan Radit terkesima dengan kharisma milik Mitra. Keduanya malah terlihat seperti remahan tak berarti di sana. Tapi itu bukan masalah besar karena tanpa Radit, Tifa akan SANGAT gugup dan kurang nyaman jika dia harus melakukan pelatihan hanya bersama dengan Mitra.

Mitra mengajari penduduk desa cara membuka saluran pernapasan, pernapasan dari mulut ke mulut, dan kompresi dada. Walaupun sebagian besar masyarakat itu akan lupa, namun kemungkinan adanya satu orang yang mengingat pelajaran ini dan bisa menyelamatkan seseorang suatu hari nanti sudah membuat Mitra merasa puas.

Tifa ikut membayangkan kemungkinan yang tipis dan kecil itu dan kembali teringat kejadian tadi pagi. Bahwa dia pun tidak menyesal dengan keputusan untuk tidak membantu rencana Aria dan Sonia. Dia juga ingin menggunakan pengetahuan obat-obatannya untuk menolong orang, bukannya menyakiti mereka.

Di penghujung pelatihan, suasana yang kondusif itu tiba-tiba berubah dalam hitungan detik. Entah darimana asalnya, ada seorang gadis biasa berdiri di lapangan berpasir di bawah tiang bendera, tepat di tengah halaman yang berdekatan dengan aula. Dia mengamati Mitra sembari berjalan ke arahnya. Awalnya Radit dan Tifa mengira gadis itu terlambat mengikuti rangkaian acara, tetapi anehnya dia tidak berjalan menuju kursi yang diduduki para warga. Dia malah lurus mendekati mereka bertiga.

Begitu tatapan gadis itu bertemu dengan Mitra, dia mulai berlari.

"Tunggu, ada apa ini?" Radit langsung memasang badan, mencoba menghentikan gadis misterius itu.

Namun, gadis itu tidak berhenti berlari walaupun jaraknya sudah sangat dekat. Malah dia mencoba menyeruduk Radit demi meraih Mitra. Melihat reaksi tersebut, Radit otomatis mengangkat kedua tangan untuk bertahan, yang sayangnya sudah terlambat.

Gadis yang berlari seperti orang gila itu menjegal kaki Radit yang dua kali lebih tinggi darinya, menjatuhkannya, lalu menindihnya.

"He-hei! Apa-apaan ini! Lepaskan aku!" Radit berusaha bangkit, tetapi gadis yang terlihat seperti kesetanan itu tidak melepaskannya. Beberapa pemuda desa yang ada di sana sigap memisahkan pergulatan yang aneh itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro