Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Iris - Part 6

#Play the music for better reading#
🎧🎼🎹
Zwei - Last Game (Cover by Fonzi M)

--0--

Tak terasa Aris sudah menginjak 16 tahun. Semakin lama dia paham apa yang baik dan apa yang salah, dengan mengamati secara langsung yang terjadi di sekitarnya. Dia juga semakin memahami informasi yang ada dengan teknologi yang berkembang pesat. Pada jaman Aris remaja adalah di mana internet mulai bisa diakses banyak orang, warung internet semakin berjamur di pinggir jalan. Bila teman-teman seumurannya mulai membuat sosial media seperti blog, twitter, maupun facebook. Aris lebih sering mengakses situs tentang teori pembentukan alam semesta atau sejarah umat manusia.

Baginya, itu adalah sebuah kesenangan tersendiri untuk mendapatkan pengetahuan baru maupun berhasil mengetahui misteri di dalam kehidupannya. Seperti mengapa di tiap belahan dunia memiliki keturunan yang berbeda-beda, mengapa ada manusia yang terlahir cacat maupun normal, mengapa penyakit yang sering menyerang manusia seperti flu tetapi tiap individu akan memberikan respon tubuh yang berbeda. Aris bisa puas dengan memahaminya dan bisa sejenak melupakan keluarganya yang semakin hari menjadi sebuah neraka dunia.

Aris sudah merasa muak dengan perlakuan ayahnya yang suka melakukan kekeraasan pada ibunya. Setelah perusahaan ayahnya bangkrut dan tertimpa hutang yang banyak, Morgan lebih sering bekerja serabutan demi bisa memenuhi kebutuhan hidup dan tinggal di apertementnya. Padahal Iris sudah memberi saran kepada Morgan untuk pindah di tempat yang lebih murah, tetapi tentu saja, Morgan menolaknya, dan menyalahkan segalanya kepada Iris.

Kesabaran Aris sudah sampai pada ambang batas, sehingga dia mulai serius untuk kabur bersama ibunya dan mengucapkan selamat tinggal pada Morgan dan kehidupannya di dalam penjara itu. Sehabis pulang sekolah, Aris menyempatkan diri untuk mencari remah-remah menjaga warnet di dekat sekolahnya. Untungnya, pemilikinya adalah salah satu staf sekolah yang sudah mengenal Aris yang sering disebut-sebut sebagai juara kelas. Sehingga dia pun diberikan kepercayaan untuk menjaga tempatnya dan diberi gaji per hari. Dengan fasilitas yang ada, Aris mulai mencari pekerjaan dari internet. Aris pintar disegala bidang pelajaran, kadang dia mengikuti lomba essay maupun menjadi translator jurnal ilmiah yang dibayar tiap lembarnya.

Beberapa bulan, Aris sudah berhasil mendapatkan uang yang cukup untuk menyewa kos-kosan kecil yang bisa ditinggal oleh dua orang. Maka rencana selanjutnya adalah mencari waktu yang tepat untuk pergi bersama ibunya.

Aris sudah lama mengamati gerak-gerik dan kebiasaan ayahnya. Kapan dia akan pergi bekerja, saat dia berada di rumah, maupun ketika dia merasa bosan dan pergi keluar untuk sekadar berleha-leha. Setiap ayahnya tidak ada di rumah, Aris sudah mempersiapkan segala sesuatu yang akan dia bawa ke rumah barunya. Tidak terlalu banyak, namun cukup untuk memenuhi kebutuan ibunya dan dirinya. Aris sudah menetapkan waktu esekusi—hari minggu ketika matahari berada tepat di atas ubun-ubun kepala. Aris dan ibunya akan pergi untuk selamanya dari neraka itu. Namun, kadang sesuatu yang sudah direncanakan dengan matang akan langsung hancur berkeping-keping karena ada satu hal yang tidak disangka menghalanginya.

--0--

Hari minggu, pukul 7 pagi. Rutinitas di keluaraga kecil itu dilakukan seperti biasa. Hanya saja hari itu berbeda, Morgan yang ternyata baru pulang setelah kalah berjudi dengan kawanannya mulai melampiaskan rasa kesalnya pada Iris yang baru saja menyiapkan sarapan untuknya. Dan pertekaran hebat pun terjadi.

"Ini semua salahmu! Kemarin malam aku sakit perut, pasti kamu senagaja mencapurkan racun agar aku mati, hah?" Morgan yang masih terpengaruh dengan alkohol mulai berbicara hal-hal yang tidak masuk akal.

"Tidak. Aku memasak seperti biasa. Aku dan Aris juga memakan makanan yang sama denganmu," bantah Iris sambil menunjuk dirinya dan Aris yang masih sehat bugar.

"Hah? Tunggu ... jangan-jangan kalian mengambil uangku dan makan-makanan yang enak selagi aku pergi, ya, kan!"

"Mas! Aku tidak pernah mencuri uang Mas. Sejak sore kami tidak pernah keluar, bukannya Mas yang memegang kunci—" Belum selesai Iris menjelaskan, Morgan sudah memukul kepala Iris dengan botol minuman. Botol itu pecah ketika terbentur dengan tempurung kepala Iris. Darah segar pun mengalir di sela-sela rambut hitam Iris.

Sudah tidak tahan menahan emosinya, Aris langsung menghadang ayahnya yang akan kembali melayangkan pukulan kepada ibunya. Dipenuhi rasa amarah, dia meluruskan kedua tangannya, dan memberi gaya tambahan dengan mendorong bahu ayahnya. Karena mabuk, Morgan tidak bisa menahan tekanan dari tubuh anaknya yang sudah bisa menyamai tingginya. Berusaha menjauhkan Morgan, Aris terus mendorong hingga keluar teras. Dan beberapa detik kemudian tubuh Morgan sudah terjatuh dari balkon yang hanya di pagari dengan terali besi kecil.

Tidak ada suara teriakan, otaknya masih terbius. Dia pun membiarkan gaya gravitasi menyerang tubuhnya. Membiarkan tubuh itu terhempas hingga ke tanah. Aris baru tersadar bahwa dia telah mendorong ayahnya dari balkon. Spontan, dia memandang ke arah bawah, melihat tubuh ayahnya yang sudah terbujur kaku dengan tangan dan kaki dengan posisi tidak wajar. Genangan darah mulai membentuk kolam di sekitar tubuh Morgan.

Terpaku melihat kejadian yang berjalan sangat cepat di hadapanya, Iris hanya bisa berteriak histeris. Aris menoleh ke ibunya, anehnya ada rasa kepuasan yang meletup-letup di dalam dirinya. Impian Aris untuk menyingkirkan ayahnya sudah menjadi kenyataan, walau dengan hal yang sangat tidak terduga.

Aris tersenyum lebar, penuh kemenangan. "Ibu ... sekarang kita sudah bebas."

Beberapa detik ibunya terdiam, kaget dengan perkataan anaknya. Air mata mulai berjatuhan. Kakinya lemas dan bergetar. "Ti-ti ... tidak!!!" Iris berteriak histeris. Dia tidak ingin menerima kenyataan yang ada. Malaikat kecilnya telah membunuh ayahnya sendiri.

--0--

Iris mengalami trauma yang amat berat. Kejadian tersebut membuat beberapa ingatannya menghilang. Dia sering mengalami halusinasi mapun mimpi buruk. Lebih parahnya, setiap kali dia melihat sosok Aris, otomatis dia akan mengamuk. Iris dinyatakan menderita PTSD*. Akhirnya para tetangga sepakat untuk membawa ibu Aris ke rumah sakit jiwa untuk pengobatan yang lebih intensif.

Semua orang berpikir bahwa Morgan meninggal disebabkan sebuah kecelakaan. Aris dinyatakan bebas dari tuduhan dengan alasan 'Pembelaan diri'. Selain itu, kepolisian mendapatkan bukti-bukti tentang kekerasan rumah tangga sehingga Aris dan Iris resmi dinyatakan sebagai korban. Aris menjadi sebatang kara, keinginannya dulu untuk tidak memiliki orang tua juga telah dikabulkan. Namun akhir dari kisah ini bukan seperti yang diinginkan Aris. Ini sama saja seperti pindah dari satu neraka ke neraka lainnya.

Aris merasa tertekan dengan segala perilaku semua orang ke arahnya. Ia sudah berhenti masuk sekolah maupun keluar dari kamarnya. Rasa simpati orang disekitarnya membuat Aris muak. Mereka hanya bertanya atau bersimpati terus-menerus, tanpa henti, setiap hari. Mereka tidak tahu seperti apa penderitaan yang Aris rasakan. Dan dia yakin tidak akan ada orang yang memahaminya. Aris sekarang sendirian di dunia yang besar nan kejam ini.

Tiga hari Aris mengurung diri. Selama itu, Aris tidak makan dan minum. Dia lebih memilih mati kelaparan karena kebebasan yang dia inginkan ternyata tidak sesuai dengan realita. Tubuhnya mulai kurus seperti bongkahan rating, pengelihatannya semakin terbiasa dengan kegelapan, bibirnya pecah-pecah akibat dehidrasi. Dia sekarat dan dia tidak peduli akan hal itu.

Tiba-tiba dari luar, terdengar suara bising orang-orang. Pintu yang selama ini Aris kunci dari dalam, telah dihancurkan oleh pemadam kebakaran yang mendobrak masuk. Sercecah cahaya masuk ke dalam kamar Aris yang gelap. Dari pancaran cahaya di lorong, ada sesosok gadis cantik yang berlari ke dalam kamar. Gadis itu langsung memeluk erat Aris yang sudah lemah.

"Kamu tidak sendirian Aris. Masih ada orang-orang yang tulus menyanyangi dirimu. Dan salah satunya adalah diriku. Aku berjanji akan terus bersamamu hingga kamu bisa hidup mandiri, dan menemukan keluarga barumu," kata gadis berambut cokelat itu. Dia berbicara dengan bibir merah yang indah.

<><><><><>

PTSD: (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma adalah kondisi kejiwaan yang dipicu oleh kejadian tragis yang pernah dialami atau disaksikan.

[28/2/2019]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro