Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Petrichore

_____

The scent of rain on dry earth

_____


Sore itu, dengan wajah kesal bercampur kecewa (y/n) berjalan dengan langkah panjangnya. Sesekali ia akan menyeka air mata yang nyaris jatuh ke pipinya dengan kasar.

Disela-sela langkahnya banyak mata yang menatapnya dengan tatapan heran, tapi dia sama sekali tidak menghiraukannya karena di kepalanya masih dipenuhi dengan Midoriya yang mengatakan akan mengikuti misi besar menangkap League of Villain. Hatinya seketika kembali berdenyut saat itu juga.

Beberapa minggu yang lalu, Midoriya telah berjanji padanya jika akan melewatkan misi besar demi dirinya, tapi nyatanya beberapa waktu yang lalu dia berkata akan mengikuti misi besar. Lalu kemanakah janji sebelumnya pergi? Semua itu membuatnya frustasi.

Sebenarnya dia sadar jika mencintai seorang Hero mengharuskannya melewati jalan terjal yang sulit tapi, dia tak pernah menyangka jika mencintai Midoriya akan sesulit ini.

Entah sudah berapa banyak air mata yang ia keluarkan saat melihat kekasihnya terluka yang jarang sekali ringan, membuat kekasihnya itu merasa bersalah dan akhirnya membuat janji itu padanya, berharap dengan itu dia tidak akan lagi menangis. Namun apa? Dia mengingkari janjinya!

(Y/n) memang wanita yang kuat dan Midoriya tahu itu dengan baik, itulah salah satu alasan dia menjadikan (y/n) kekasihnya tapi, (y/n) tetaplah wanita yang akan menangis jika melihat seorang terkasihnya sakit dan terluka.

Kau memang bodoh, Izuku. Batin (y/n), kembali menyeka air matanya dengan kasar sebelum jatuh kepipinya. Wajahnya sudah memerah, begitu juga matanya.

Perlahan ia menghentikan langkahnya dan mendongak, menatap langit yang tak jauh berbeda dengan dirinya yang tengah bersedih, seakan langit merasakan perasaan yang membelenggunya saat ini.

Satu persatu, air mata dari langit jatuh ke tanah tapi, (y/n) masih berada di tempatnya -tak bergeming sedikitpun, sementara yang lain sudah berlari menghindari tetesan hujan.

Deras menderap jatuh ke atas luka batinnya. Aku lelah, batin (y/n) yang kini tak dapat lagi menahan air matanya sebelum menunduk. Mungkin aku harus menghentikan semua di sini.

Bersamaan dengan hujan, datang aroma khas yang menyeruak memasuki indra penciumannya, membuatnya sekilas rileks sebelum beberapa ingatan masa lalu terputar dikepalanya.

.

.

.

"Kau luar biasa!" ucap kekasihnya dengan senyum cerah sembari berjalan kearahnya sebelum mengacak rambutnya gemas.

.

"Aku mencintaimu, (Full Name)." Sebuah kecupan ringan mendarat di bibirku, manis bercampur dengan rasa seperti ada kumpulan kupu-kupu yang berusaha menyeruak keluar dari perut.

.

"Te-terimakasih, kurasa aku benar benar tak bisa hidup tanpamu jika seperti ini." sebuah pelukan hangat segera kudapat setelah aku mengeringkan rambut kekasihku.

"Aku hanya mengeringkan rambutmu dan kau berkata tak bisa hidup tanpaku?" ucapku dengan terkekeh sembari mengacak rambut belakangnya -begitu halus, tak seperti rambut lelaki lain yang akan terasa kasar.

.

"Maaf membuatmu kembali menangis, aku memang kekasih yang payah." Aku yang menangis segera ia bawa kedalam pelukan hangatnya dengan sesekali ia mengecup puncak kepalaku, membuat tangisanku perlahan lahan berhenti dan berganti dengan rasa kantuk yang menyerang.
.

.

.

Semua kata-katanya, senyumnya, sentuhannya, bahkan gerakan terkecilnya pun kembali datang dengan jelas, membuat pundak rapuh (y/n) bergetar sebelum akhirnya ia berjongkok ditempatnya.

Kenapa semua itu datang sekarang? Pikir (y/n). Jangan membuatku semakin mencintaimu setelah kau membuatku seperti ini!

Dalam derasnya hujan, pundak rapuh itu bergetar makin kencang seiring dengan isak tangis yang makin terdengar keras. Dia tak dapat lagi menahan tangisnya. Dia tak ingin lagi melihat orang yang dicintainya terluka, bahkan tidak untuk tergores sedikitpun.

Dia mencintai Midoriya tapi, dia tak selamanya bisa melihatnya pergi untuk kembali dengan luka dan membuatnya menangis untuk yang kesekian kali.

Namun disisi lain dia tahu jika dia tak bisa selalu egois dan selalu menahannya. Seorang Quirkless yang menjadi kekasih seorang Hero memanglah sebuah beban. Dia sadar hal itu sejak lama, maka dari itu saat ini dia menguatkan tekad untuk mengakhiri keegoisannya dan membiarkan Midoriya melakukan apapun yang dia mau.

Dia pantas menjadi Hero besar tanpa gangguan siapapun, termasuk aku.

Dengan perlahan (y/n) bangkit sebelum menyeka air mata yang telah bercampur dengan air hujan. Ini keputusan tepat! Pikir (y/n). Kan?

Tak lama, dia tak lagi merasakan tetesan hujan mengenai tubuhnya tapi, anehnya hujan masih berjatuhan di sekelilingnya. Dengan penasaran, ia mendongak dan menemukan payung yang tengah melindunginya dari hujan.

"(y/n)..." dari belakang terdengar suara yang sangat ia kenal, membuat jantungnya seakan berhenti berdetak saat itu juga.

Izuku? Bersamaan dengan itu dia berbalik dan menemukan Midoriya yang menatapnya dengan tatapan sedih bercampur penyesalan, membuat semua rencana sebelumnya hilang seketika dan mencuri semua alasannya.

Dengan cepat dia menunduk, menghindari tatapan kekasihnya itu, berharap dengan itu ia dapat kembali menyiapkan dirinya dan segera mengatakan apa yang harusnya ia katakan demi kebaikan Midoriya.

(Y/n) mengambil napas panjang sebelum membuka suaranya. "Izuku," panggilnya sebelum perlahan mendongak. "aku-"

Belum sempat (y/n) menyelesaikan kata katanya, Midoriya sudah terlebih dulu menanamkan ciuman dalam dibibirnya, membuatnya kembali menelan kata-katanya dan hanya menikmati ciuman lembut yang manis dan pahit di saat bersamaan.

Hujan kembali mengguyurnya saat payung tak lagi menaungi mereka, tanpa terelakan lagi air mata kembali menetes bercampur dengan hujan, membuat tubuhnya lemah bahkan hanya untuk berdiripun ia harus berjuang keras.

Midoriya yang sadar (y/n)nya melemah, segera melingkarkan lengannya di pinggang si gadis, memberikan sedikit bantuan agar tetap berdiri diatas kakinya.

Kumohon hentikan, batin (y/n) dengan air mata pedihnya. Ini terlalu menyakitkan.

Tak lama Midoriya melepas ciumannya dan menyatukan keningnya dengan (y/n) sembari menyeka air mata di wajah gadisnya. "Aku mohon jangan menyerah," katanya dengan lirih, memaksa (y/n) menutup matanya erat. "aku tak bisa membayangkan menjalani hidupku tanpa kau disisiku."

"Aku hanya menghambatmu, Izuku," balasnya tak kalah lirih. "kau tak akan bisa menjadi Hero besar dengan aku disisimu."

Dengan cepat Midoriya menatap (y/n) yang saat itu juga membuka matanya. "Kaulah yang membuatku dapat pulang tanpa kehilangan nyawaku," katanya makin mempererat satu tangan di pinggang sang gadis dan tangan yang lain menangkup pipinya sebelum memberikan kecupan ringan. "kau yang menguatkanku saat aku merasa jatuh."

"Izuku, kumohon jangan egois," jawabnya berusaha menyangkal ucapan sang kekasih. "aku tak bisa melihatmu terluka dan kau juga tak bisa selalu terkekang karenaku. Mari kita-"

"Aku menolak." Katanya dengan mendekap (y/n) dengan erat, seakan jika ia melonggarkannya sedikit saja, kekasih nya akan segera menghilang. "aku sudah bilang aku tak bisa dan tak akan pernah membayangkan hidupku tanpamu. Kumohon jangan membuatku membayangkannya."

"Kau egois, Izuku." Kata (y/n) dengan tangisnya yang kembali membludak.

"Maaf jika aku egois, (y/n)." Katanya sembari melepas dekapannya dan menatap manik gadisnya dalam, mencari sosok yang selama ini mencintainya dengan sepenuh hati dan menerima dirinya apa adanya.

(Y/n) menggeleng, masih tak bisa menerima semua ini, dia masih takut jika sesuatu terjadi pada kekasihnya. "Aku tak bisa lagi berpura pura kuat saat melihatmu pulang dengan banyak luka." Matanya menggapai tangan Midoriya yang penuh luka sebelum membelainya dengan lembut, seakan luka itu baru saja dia dapat.

Dengan cepat Midoriya membawa tangan kekasihnya untuk membelai pipinya yang haus akan sentuhannya, membuatnya menutup mata demi menikmati setiap sentuhan yang membuatnya semakin takut akan kehilangannya. "Aku akan segera pergi saat keadaan tak lagi memihakku." Katanya sebelum membuka mata dan kembali menatap mata (y/n) yang kini menampakkan keterkejutan.

"Kau tak bisa mengatakan itu," ucapan Midoriya makin membuatnya merasa jika telah membuat kekasihnya jatuh ke jurang yang lebih dalam. "kau akan kehilangan peringkatmu!"

"Aku tak peduli dengan peringkat," katanya mantap, (y/n) dapat merasakan keteguhan di matanya. "aku menjadi Hero demi melindungi orang-orang yang kusayang, bukan demi peringkat. Jika aku yang terluka hanya membuatmu menangis lalu apa gunanya aku menjadi Hero?

Kumohon, (y/n). Aku ingin menyelamatkan banyak orang tapi, aku juga ingin menyelamatkan senyummu dan terus bersamamu. "

"Kau egois, Izuku." Kata (y/n) kali ini dengan senyum lemah. "tapi itulah yang membuatku menerimamu. Kuharap kau menepati janjimu kali ini."

Dengan cepat Midoriya memberikan kecupan singkat dibibirnya. "Kau tak akan menangis lagi kali ini." dan membawanya kedalam pelukannya sekali lagi.

"Aku pegang janjimu." Katanya dalam pelukan Izuku bersama dengan aroma hujan yang sekali lagi menyeruak kedalam indra penciumannya.

***
2 Juli 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro