9. Action of Gilgamesh
Fate/Stay Night by Type Moon
Disclaimer by Type Moon
Story by reeshizen
Gilgamesh (Archer) x Reader
Alternate Universe
Genre: humor (gagal), romance.
.
"Tidak mengambil keuntungan komersil apapun dari fanfiksi ini. Semata-mata hanyalah kesenangan belaka."
.
Warning
AlternateUniverse!FateZeroStayNight, Possible OOC!Gilgamesh, OC!Reader, plot tidal jelas, Bad EBI, alur ngaco, slight!ShirouxRin, slight!ShirouxSakura, dan tidak sesuai ekspetasi
R16 (karena mengandung berbagai umpatan dan kata tidak senonoh, harap bijak dalam memilih bacaan).
Tolong jangan berharap banyak pada penulis
.
Don't Like Don't Read
.
.
.
Happy Reading!
.
.
.
Angin malam sesekali buat [name] bergidik. Meski sudah menggunakan jaket yang lumayan tebal, sentuhannya buat [name] menggigil. Ini tak sepenuhnya salah jaket yang digunakannya. Semenjak keluar pun [name] hanya memakai pakaian tipis, bahkan celana pendek di atas lutut. Tampilannya masih sama ketika bangun tidur tadi. Layaknya gembel yang berkeliaran, lagi pula, ia tidak diminta untuk berganti baju. Tanyakan saja pada Raja Pahlawan yang hanya menyuruhnya membawa jaket. Sudah pula orang setengah waras dan gila itu membawa motor kesayangannya tak main-main. [Name] hampir dibuat terjengkal ketika melewati polisi tidur yang mana tidak ada pengurangan kecepatan sama sekali. Gila memang. Bersyukurlah [name] tak punya riwayat penyakit jantung.
"Bagaimana? Aku tak kalah dengan pembalap kampung yang di televisi itu, kan!" Dan orang terkait malah menyanjungkan dirinya, seperti biasa dan tidak akan pernah berubah.
"Masih lebih baik Valentino Rossi," tukas [name] asal. Meski batinnya tak menampik jika Gilgamesh memiliki kemampuan sehingga dapat menyaingi pembalap terkenal sekalipun, dan mungkin lebih dari itu.
"Huh? Siapa dia?" celetuk Gil, tampak merasa terganggu karena ada yang lebih hebat darinya.
"Yang jelas lebih berpengalaman darimu. Jangan mentang-mentang sudah punya motor bagus dan kemampuan mumpuni, kau jadi congkak!" Tanpa [name] bilang, Gil itu selalu congkak. Sebenarnya sih, tak ada gunanya [name] berbicara begitu, toh hasilnya juga tidak berubah dan dia memang tidak mengharapkannya.
Gilgamesh meloloskan tawanya. "Aku sejak dulu ini memang hebat dalam hal apapun, meski zaman sudah berubah, itu tidak akan mempengaruhiku sama sekali!" Lagi-lagi gelak tawa lolos dari mulutnya. [Name] mesti membiasakan diri dengan tawa setiap Gilgamesh menyanjungkan diri ataupun merendahkan yang lain. Pada dasarnya orang yang pernah berstatus raja itu suka tertawa, tak peduli jika orang melabelkan gila pada karakternya.
"Dasar sedeng," umpat [name] pelan, nyaris seperti sebuah bisikan. Gilgamesh tak mendengarnya, untung saja. Jika si Pirang mendengar, [name] tak tahu mesti berapa lama ia debat kusir dengannya. "Kau sebenarnya ingin membawaku ke mana, sih? Dingin tahu, aku ingin pulang," ujar [name] setelahnya.
Gilgamesh tampak berdecak. "Percuma aku beri tahu, apa susahnya sih, tinggal diam dan lihat saja? Makanya, pakai baju panjang, keluar malah pakai baju kampungan," cibirnya kesal. Seketika perempatan kekesalan muncul di ujung dahi [name]. Kurang ajar memang orang ini. Siapa yang menyuruhnya hanya membawa jaket? Dasar tidak bertanggung jawab! Sudah pula membawa anak orang keluar mendadak, sekarang malah mencibir seenak jidat lebarnya. [Name] jadi heran, orang hebat seperti Tohsaka Tokiomi dan Kotomine Kirei mau-maunya punya rekan seperti ini, bahkan seorang Matou Shinji---yang sama sekali jauh dari kata hebat sudi memiliki rekan sepertinya? Ah, [name] salah terka. Terkecuali Shinji, hanya dia budak yang cocok dengan definisi anjing kampungnya Gil.
[Name] menipiskan bibir, tahan-tahan akan amarahnya. "Aku sudah bersusah hati ya, untuk tidak berpenampilan seperti gembel! Tadinya aku mau pakai sandal jepit biar tambah gembel, tapi karena didesak pergi olehmu aku berbaik hati memakai bot biar sedikit elegan, ditambah sedang musim gugur begini ya, pasti tambah dingin," timpal [name] panjang lebar. Meski hanya menggunakan kaos tipis dan celana pendek juga jaket beserta gulungan rambut asal yang menambah kesan gembel, bot yang dipakai [name] terlihat berkelas karena harga aslinya pernah membuat Tohsaka Rin megap-megap seperti terkena serangan jantung. Setidaknya, kesannya sekarang kini bergeser menjadi "gembel berkelas" atau "gembel tajir"?
"Lah, kau tadi sudah mengakui dirimu gembel, apatah jika bukan gembel yang mengaku gembel?" Najis, pertanyaan retorik. Meski kerap kali bersikap kuno, lidahnya tak dapat sepenuhnya kuno. Begitu-begitu, ia pandai bersilat lidah, Bung! Ya, semenjak ia bertemu Gilgamesh pertama kali memang pria julukan Raja Pahlawan itu pandai bersilat lidah---tepatnya sih pandai mencibir.
[Name] sudah tahu sifat Gilgamesh pastinya. Sejak awal melihat pun tahu semenyebalkan apa pria pirang di hadapannya. [Name] sudah biasa? Bisa jadi. Bertingkah dongkol setelahnya pun, sangat wajar bagi [name]. Dari awal [name] bilang, Gilgamesh memang bukan contoh yang baik. Sekarang siapa yang mengatakan bahwa sahabatnya Enkidu itu berlaku baik? Mungkin hanya omong kosong belaka, kecuali ia pindah kelas servant.
"Niat tidak sih, bawa aku? Kalau tidak, aku minta turun!" jerit [name] sebal. Kali ini ia benar-benar sebal sampai berani menghardik Gilgamesh. Well, sejak kemarin-kemarin---atau berminggu-minggu lalu ia sudah berani memekik lantang di hadapannya. Untuk yang ini, [name] sudah terbiasa. "Turunkan aku!"
Merasa bahunya dipukul-pukul kasar oleh [name], Gilgamesh melirik sekilas sembari mengajukan protes, "Baru setengah jalan sudah minta turun? Yang benar saja?!"
"Aku tidak bercanda!"
"Sebentar lagi, sabar dong!"
"Aku ingin pulang!"
"Ya Tuhan," cetus Gil seraya bersabar dalam hati. Baru kali ini ia menyebutkan nama sang pencipta hanya karena kelakuan [name] sekarang. Aslinya dia ogah-ogahan, malahan menganggap dirinya dewa. Memang sih, darah dalam nadinya sepertiga dewa, tapi juga membuatnya lupa akan sisi manusianya.
[Name] naik pitam. Kepala keluarga muda itu muak. Semuak-muaknya pada pria yang tengah mengendarai "moge"-nya itu. Sudah pula kena angin malam, ditambah sedang sakit pula. Bisa-bisa, ia terkena flu sekaligus masuk angin secara bersamaan. Sebenarnya, sakit baginya itu tidak masalah. Hitung-hitung menambah libur sekolahnya. Akan tetapi, akan ada hal penting yang mesti dilakukannya dalam jangka waktu dekat. Dan Raja Songong nan Kampret ini malah memperparah keadaannya.
"Kok diam? Harusnya berhenti!" Benar-benar deh, [name] hari ini banyak marahnya. Mungkin tertular oleh Masternya Archer (lagi). Padahal, [name] sedang tidak dalam masa PMS-nya. Masa mode iblisnya itu masih akan terjadi tiga minggu lagi, sementara ia sudah merasakannya terlebih dulu. Apa mode PMS-nya bergerak maju?
Dalam hati yang paling dalam, melebihi palung terdalam, bahkan lebih dari kedalaman permukaan bumi ke inti bumi, Gilgamesh sejatinya kesal, sangat kesal. Parah deh, ia dongkol hingga ke ubun-ubun, membuatnya hipertensi dalam sekejap. Namun, ya, namanya juga dia yang mengajak, pula pasti tujuan tak sembarangan. Meski punya kepribadian yang buruk, Gilgamesh adalah orang yang menepati janjinya. Masalahnya lagi, ia tidak berjanji apapun pada [name]. Lha, terus?
Gilgamesh menyunggingkan seringai di tengah terpaan angin yang membuat rambut tanpa helmnya itu tersibak ke mana-mana. "Bilang saja hanya gertakan. Enggak usah sok malu-malu kalau sedang bersamaku. Jujur sedikit saja bisa, kan?"
Sorot muka [name] seolah-olah mengatakan what-the-hell. Kening [name] yang sebelumnya tidak mengerut kini mengerut berlipat-lipat. "Aku jujur. Jujur tidak tahan olehmu," ucapnya ketus.
"Hm? Aku barusan seperti menerima sanjungan. Meski raja ini tidak suka oleh caramu berucap, tapi perlu diapresiasikan. Apa ya, istilahnya di zaman sekarang? Ah, tsundere, kah?" tukas sang servant antagonis asal. Selain gemar mencibir, mulut yang selalu ingin [name] bubuhkan kaos kaki bau itu kerap kali bercetus sembarangan. Antara memang karena refleks akan kedudukannya atau bego.
"Kurang asam!" balas [name] kemudian. "Hah! Aku bukan Saber yang kerap kali bisa digoda olehmu!" [Name] mencak-mencak, tak peduli akan reaksi Gil selanjutnya. Terlebih, mantan murid Lord El-Melloi II itu bukan sang penemu Camelot. Ia berbeda. Jika pemilik pedang Excalibur itu sering kali digoda Gil dengan dalih doi kesayangan, maka [name] tidak. Toh, [name] bukan doinya Gil, buat apa jadi bahan godaan?
"Siapa yang sedang menggoda coba? Percaya diri banget! Hahaha! Kenapa pula Saber turut terlibat? Kau malah menjadikannya korban yang tak bersalah." Tuh, kan. Doi kesayangan Gil memang beda. [Name] tak akan menampik kenyataan ini.
"Kalau begitu, lebih baik turunkan aku. Sekarang. Juga."
Lidah Gil berdecak, keras hingga dapat didengar [name] meski gesekan angin mendominasi telinga. "Jangan, dong. Seorang raja baik hati ini ingin membuat rakyatnya senang. Masa tidak boleh?"
"Sejak kapan aku jadi rakyatmu? Yang ada aku tidak sudi," tolak [name] lantang.
[Name] itu bukan anjing kampung, menurut Gil. Sebenarnya sih, sudah "tidak bukan lagi". Namun, melihat [name] sekarang ini, rasanya Gil ingin menyabut kembali pernyataan dalam batinnya. Sungguh, [name] buat Gil ingin menyeleding-nya dengan harta mulia Gil.
"Kalau begitu, biar aku membawamu ke suatu tempat. Jika kau tidak suka kau boleh pergi dan aku tidak akan mengganggumu lagi. Bagaimana? Kapan lagi Raja Teragung ini memberimu tawaran yang cuma-cuma?"
Dengan bodohnya, [name] menyanggupi. Rasanya ia sadar saat itu ia bodoh. Sudah tahu bodoh, masih bertingkah bodoh. [Name] bukanlah makhluk biadab yang suka menenggak minuman bodoh hingga akal pun menjadi bodoh. Namun, ia manusia beradab yang tidak menolak untuk bodoh. Setidaknya untuk saat ini, mungkin sampai nanti.[]
TBC
[A/N]
Chap depan terakhir!
Tadinya gak ngira segini dah mayan panjang. Chap depan lom kuketik sih, mau nyelesein deadline terbit antologi cerpen dulu trs extra part buat peserta baru chap depan.
Pelampiasan sehabis UKK-ku kedua selain bukber bareng dari kemarin-kemarin wkwk.
Btw aku baru nyadar aku punya buku sejarah awal mula dan nyeritain Epic of Gilgamesh lolol. Selama ini aku ke mana sementara kisah sang swami sudah bersemayam sejak dua tahun terakhir :(.
Btw, Gil itu 1/3 dewa apa 2/3 dewa?
Selese nulis
28 May 18
Update
28 May 18
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro