8. Kencan Sepihak?
Fate/Stay Night by Type Moon
Disclaimer by Type Moon
Story by reeshizen
Gilgamesh (Archer) x Reader
Setting: dominan Fate/Stay Night: Unlimited Blade Works
Genre: humor (gagal), romance.
.
"Tidak mengambil keuntungan komersil apapun dari fanfiksi ini. Semata-mata hanyalah kesenangan belaka."
.
Warning
Possible OOC!Gilgamesh, OC!Reader, plot tidal jelas, Bad EBI, many typos, alur ngaco, slight!ShirouxRin, slight!ArcherxRin, dan tidak sesuai ekspetasi
Tolong jangan berharap banyak pada penulis
.
Don't Like Don't Read
.
.
.
Happy Reading!
.
.
.
Tohsaka Rin menatap simpati selagi tangannya menyelimuti tubuh [name] yang tengah mendengkur halus. Ia mendengkus seraya mengambil termometer yang sebelumnya berada pada mulut [name]. Melihat air raksa yang kini telah naik drastis, menunjukkan suhu sehingga Rin menjadi was-was. Sohib satu kelasnya kini tengah jatuh sakit.
Penyebabnya? Disebabkan oleh Tohsaka Rin. Tepatnya, ditularkan.
Diam-diam, Rin merasa bersalah. Ia yakin demam yang diderita [name] tak sengaja ditularkan Rin tiga hari lalu. Hari itu tepat Rin patah hati atas perlakuan Shirou yang tidak sengaja dilihatnya. Hari itu pula Rin bertekuk lutut, mohon-mohon pada [name] minta ditemani. Hari itu pun, suhu tubuh Rin naik, menyebabkan panas menyebar di sekujur tubuh, terutama dahi. Rin yang tahu dirinya sakit saat itu tak mempertimbangkan hal lain jika [name] akan tertular flu olehnya. Ketika itu, Rin hanya batuk-batuk kecil tanpa tahu keesokan harinya akan menjadi flu berat lalu demam selama sehari. Ia didera flu dan retakan hati secara bersamaan. Oleh karena itu, ia tidak mengizinkan Archer memasuki kamar dan berbicara padanya guna tidak kepergok dengan permasalahan yang terjadi.
Rin ingat betul bahwa ia sempat meminta minuman [name] karena minumannya habis ketika di sebuah restoran dengan promo tiga hari lalu. Dan akar perihal [name] sakit telah didapatkan oleh Rin. Ini benar-benar kesalahannya. Rin meneguk ludahnya sendiri takut-takut. Ia telah menyebabkan [name] sakit. Pula, [name] telah repot-repot mengunjunginya dengan khawatir. Meski, sesungguhnya Rin-lah yang tengah khawatir karena datang-datang, muka [name] terlihat lesu lebih dari orang pesakitan.
Rin tak perlu pusing-pusing permasalahan [name]. [Name] sedang sakit, mana mungkin dia tiba-tiba bangun menceritakan masalahnya. Konyol, yang pasti Rin tahu, [name] memutuskan tuk istirahat walau itu terucap dalam pikiran [name] sendiri.
Jam di dinding tampak tengah menunggu Rin. Jam di rumahnya yang sempat kelebihan satu jam kini telah kembali seperti semula dengan bantuan sihir [name]. Karena jelas, jam yang tiba-tiba maju adalah ulah ayah Rin dulu. Dan kini, Rin juga tidak mau membuat jam di rumahnya menunggu. Segera ia beranjak setelah mengganti kompresan dahi [name] dengan yang baru lalu menuju pintu kamar.
Selagi ia berjalan menuju pintu rumah, Rin memanggil Archer. Tak ayal karena tahu Rin tak suka menunggu, Archer tiba-tiba muncul di sebelah Rin. Tanpa perlu menengok Rin pun berpesan pada Archer untuk menjaga rumah, terutama menjaga [name] yang kini telah menginap selama semalam di rumahnya. "Sudah, itu saja. Jangan sampai kau membiarkan [name] celaka. Dan---oh! Jangan memasuki kamar [name] sembarangan, kecuali dengan izinku. Kautahu, lelaki tidak baik memasuki kamar seorang gadis, kan? Tapi, siang nanti ia mesti meminum obat, taruh saja di samping nakas, biarkan dia minum sendiri. Aku yakin nanti siang dia bangun dan tahu," imbuh Rin panjang lebar.
Archer malas menjawab. Ia lebih suka menjawab ucapan panjang lebar Rin dengan gumaman singkat. "Hooh."
Melihat jawaban Archer membuat Rin mendelik sebal. "Apa-apaan jawabanmu itu?"
"Yang penting kumenjawab, kan?" balas Archer seraya mengangkat bahu. Rin mendengkus.
"Terseralah," jawab Rin tak mau ambil pusing. "Aku akan pulang sore karena akan menyelidiki sesuatu. Archer, jangan lupa buatkan makan malam nanti. Pulang sekolah pasti akan membuatku capek," titahnya bak tuan putri yang hanya sekali panggil.
"Aku jadi pelayanmu?" Archer mestinya sudah dapat menebak ini. Ia benar-benar dipermainkan oleh Rin. Diam-diam ia gelengkan kepala, pasrah. Sudah sering dijadikan asisten rumah tangga, hari ini pun mengurus anak orang. Padahal mengurus Rin saja masih tidak becus, bagaimana mengurus anak orang lain?
"Tentu saja! Kau kan, servant-ku. Jelas boleh kulakukan apapun, kan?" tanya Rin retorik. Ya, Rin ada benarnya, toh dengan mananya wujud Archer masih bertahan hingga sekarang. Pula, Rin yang memanggil jiwa Archer ke zaman ini.
"Ya, ya, ya."
"Setidaknya kau mesti membantuku. Aku sudah mengurus absennya hari ini. Menelepon wali kelasnya itu loh, ia malah menanyakan hubunganku dengan [name] karena aku menyampaikan perihal sakitnya," sambar Rin.
"Terus aku yang menjaga dan merawatnya selama kau tidak ada?"
"Ya, jelas kau!" hardik Rin yang kesabarannya mulai menipis. Kadang-kadang, Archer pun menyebalkan. "Kaubilang kau yang menjaga dan merawatnya selama aku pergi? Heh, dari kemarin aku terus yang merawatnya gantian, lah."
Archer pun tak mau debat kusir ini diperpanjang. "Baiklah. Padahal, aku lebih suka menyelidiki sesuatu, malah tugas itu diambil olehmu."
"Dasar bodoh! Kalau aku menyerahkannya padamu siapa yang akan menjaga rumah nanti? Akan bahaya jika markas kita satu-satunya akan diserang, sementara [name] tertidur lelah di dalam. Makanya, aku berbaik hati tidak mengajakmu ikut menyelidiki," tukas Rin.
"Kau kan, bisa menitipkan [name] di rumah Shirou? Lagi pula, ada Saber di sana, bisa minta tolong merawatnya sekaligus, kan?" usul Archer. Bukannya ditanggap bagus oleh Rin, malah sebaliknya.
"Rumah Shirou? Yang benar saja!" Rin hari ini lebih banyak marahnya, Archer bersyukur anggapannya tidak meleset.
"Memang kenapa, sih?"
"Tidak apa-apa."
"Enggak jelas."
"Apa sih, Archer?!"
"Tiba-tiba marah."
"Terserah aku, hih!" Rin pun berlalu setelah beranjak pergi dan menutup rumahnya. Tatapan jenaka serta ejekan lidah yang keluar dari mulutnya ditujukan pada Archer sebelum ia hilang dari pandangan.
Archer pun mendesah, tugas yang tidak sesuai dengan martabat pahlawannya mesti dijalankan dengan terpaksa, lagi.
Dalam menjalankan tugas, pasti akan dilaksanakan dengan baik oleh Archer. Sebelum menjadi roh pahlawan pun, ia telah diakui karena tugas-tugas mulianya. Namun, jika tugas yang sama sekali jauh dari derajat mulia ini, apa ia akan senang?
Sebenarnya mungkin bosan. Ia sekarang seperti orang yang kurang kerjaan dengan termenung, menopang dagu menatap jendela. Sungguh bukan dirinya sama sekali. Pekerjaan rumah telah ia selesaikan semenjak sejam yang lalu. Setelahnya ia berulang kali mengecek keluar rumah, melihat proteksi sihir Rin masih terpasang aman, kadang pula kembali ke dalam rumah menunggu [name] di depan kamarnya, begitu sebaliknya. Karena sisa tugasnya hanya itu saja, ia tidak tahu mesti melakukan apalagi. Makanya, ia lebih suka mendapat tugas menyelidiki sesuatu atau ketika pergi bersama Rin. Setidaknya ketika bersama Rin, ia lebih sering mendapat suatu masalah seperti bertemu dengan musuh atau menemukan kejanggalan lain yang berkaitan dengan Perang Cawan Suci.
Mungkin tak ada salahnya jika Archer membuat kopi untuk dirinya sendiri. Toh, Rin juga tidak melarang Archer memakai bahan pangannya. Archer tinggal bilang saja ketika Rin pulang. Beres.
Namun sayup-sayup suara ditangkap oleh telinga Archer. Melirik pada jam dinding yang menunjukkan pukul dua siang, sepertinya [name] telah bangun dari tidurnya. Mungkin Archer akan mencoba ke atas dan menanyakan jika [name] membutuhkannya atau tidak.
***
Setelah gelap menguasai raga [name], tak kunjung cahaya terang membangunkannya. Sepertinya [name] tengah tertidur lelap, yang ia yakini untuk saat ini. Diingat pula sebelumnya bahwa ia jatuh pingsan. Flu menjadi penyebab jatuhnya [name]. Ia tidak dapat menghindar dari hal itu. Penyebab aslinya sih, dari Rin. [Name] setengah hati menerima fakta.
Jika sedang sakit begini, rentan sekali bagi [name] mengalami mimpi aneh-aneh. Ia tidak mengatakan mimpi buruk karena mimpi aneh-aneh belum tentu buruk. Tiba-tiba saja ia mendapati Shirou yang tengah melihat ke arahnya. Lalu tak lama berbalik dan setelah pandangan mimpinya melebar, ia mengetahui bahwa yang tadi ditatap Shirou adalah Rin.
Duh, jika ia menceritakan mimpinya pada Rin, pasti Rin akan ngamuk besar.
Kemudian [name] bermimpi tentang Saber, di sebelahnya muncul Archer, membuat [name] kernyit dahi, tapi tak terasa. Sekonyong-konyong, Archer berubah menjadi Gilgamesh. Uh, ini sungguh konyol. Kok, mimpinya benaran aneh, begini?
Bagaimana caranya cepat-cepat bangun? Mengapa kok, ketika ingin bangun dari mimpi terasa susah? Apa jangan-jangan [name] terken sihir ilusi? Tidak, tidak mungkin. Jika ia terkena sihir ilusi ia pasti tahu. Tingkat sihirnya berada pada level tinggi, tidak mungkin ia tidak menyadari sihir tipuan.
Aduh, kenapa sih, dengan dirinya?
[Name] mencoba menepuk-nepukkan pipinya guna terbangun dari mimpi. Namun, jangankan berhasil, terasa pun tidak.
Kesal hingga tiba-tiba tubuhnya terasa sakit dan ia mendengak dengan napas tersengal-sengal. "Hah?" Suaranya parau, sirat akan kebingungan yang melanda. Sejenak, ia memfokuskan diri dan menyadari apa yang barusan terjadi. "Mimpi aneh," gumamnya. Tangannya terangkat, mengecek perkiraan panas tubuh di dahi. "Tidak terlalu panas. Aku pun sudah agak mendingan." Matanya pun bergulir ke nakas bagian samping, mendapati air mineral dan obat. Lekas, ia minum sekali teguk dan menandaskan habis air putihnya.
Tenggorokannya terasa aneh. Ia butuh teh hangat. Lantas ia bangkit dan menuju dapur di lantai satu untuk membuat teh.
Ketika langkahnya masih berjalan, sayup-sayup suara interaksi dua orang didengarnya. Karena setiap manusia punya rasa penasaran, maka [name] berjalan mendekati sumber suara. "Archer?" tanyanya ketika menuju bagian gerbang rumah, mendapati Archer berbalik padanya. "Dan... Gilgamesh....?"
Sejatinya, [name] dan Archer tercengang mendapati Gilgamesh berada di perkarangan rumah Rin beserta kendaraan yang didapatinya baru-baru ini. Apalagi, jika bukan GilGil Machine yang berupa wujud motor besar macam model motor Ninja.
Seolah tak perlu menunggu jawaban dari Gil, [name] lekas mencerca, "Ngapain kau ke sini?"
"Menjemput ratuku yang sedang sakit juga yang cemburu saat kemarin," tuturnya santai berbalik dengan [name] yang terkejut jijik.
"Sorry? Jangan harap!" [Name] murka. Ada apa sih, dengan Gilgamesh? Konyol sekali dia, tampak out of character.
Archer yang menyaksikan hanya membisu.
"Keluarlah."
"Buat apa?" Alis [name] terangkat bingung.
"[Name] kau mesti istirahat lagi. Tubuhmu belum sehat sama sekali," celetuk Archer tiba-tiba.
Gilgamesh berdecak. "Diam, Faker." Archer mendengkus pasrah. Ia tahu orang yang menyabet gelar Raja Pahlawan itu tak akan mau mendengarkan omongannya.
"Archer benar, aku masih kurang sehat. Aku butuh istirahat lagi," elak [name] yang sebenarnya menghindar. Dari gelagat Gil, ia tahu bahwa Gil akan mengajaknya pergi. Karena [name] sedang malas dengannya, ia lebih baik berdusta saja.
"Tidak! Kau harus ikut aku!" Tiba-tiba saja ia menitah. Huh, memangnya masih berlaku titahnya di zaman sekarang? Dasar kuno!
[Name] menggeleng, menolak. "Tidak. Lagi pula aku masih berpakaian rumah. Memangnya kau akan bertanggung jawab jika aku pingsan tiba-tiba?"
Tak disangka-sangka, Gil menyanggupi. "Ya, tentu saja!"
"Huh?"
"Sudahlah kauikut aku saja! Aku malas menunggu. Cukup ambil jaket saja, sih."
"Apa, sih."
"Ya ampun, aku telah berbaik hati kemari menggunakan kendaraan mahalku. Masa ditanggapi begini?" protesnya.
"Oh. Terus?" balas [name] yang sama sekali tak minat. Tak. Minat.
"Aku ini mengajakmu jalan. Jangan biarkan aku menyamakanmu dengan anjing kampung!"
Mendadak, [name] terasa ingin muntah serta Archer yang menatap iba padanya.[]
TBC
[A/N]
Gila, ini aku tulis pas tanggal 6 Mei, mengikuti sebagian outline kasar yang kubuat. Lagi rajin nulis makanya cepet wkwk. Tapi ku updatenya pas Senin sih. Jadi khusus minggu ini sudah ya, chapnya.
Btw, entar lagi ending gaes. Aku senang krn dpt buat ff baru ahahaha.
Selese nulis
6 May 2018
Publish
7 May 2018
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro