Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7. Who Next?

Fate/Stay Night by Type Moon
Disclaimer by Type Moon
Story by reeshizen
Gilgamesh (Archer) x Reader
Setting: dominan Fate/Stay Night: Unlimited Blade Works
Genre: humor (gagal), romance.

.

"Tidak mengambil keuntungan komersil apapun dari fanfiksi ini. Semata-mata hanyalah kesenangan belaka."

.

Warning
Possible OOC!Gilgamesh, OC!Reader, plot tidal jelas, Bad EBI, alur ngaco, slight!ShirouxRin, slight!ShirouxSakura, dan tidak sesuai ekspetasi

Tolong jangan berharap banyak pada penulis

.

Don't Like Don't Read

.
.
.

Happy Reading!

.
.
.

Ada kalanya status kepala keluarga berguna. Biasanya cuman embel-embel patut dikenal hingga mendapat rekan atau aliansi, tergantung situasi yang terjadi. Kadang pula hanya sebuah label, menandakan keluarga penyihir masih menegakkan diri di tanah mereka masing-masing. Juga, sebagai pamor kemahsyuran keluarga yang dipertahankan. Sebenarnya sih, tergantung niat pihak keluarga dan sang kepala inginnya bagaimana. Misalnya, seperti aliansi tiga keluarga besar, Einzbern-Tohsaka-Makiri yang menciptakan ritual sihir besar yang masih bertahan hingga sekarang. Contohnya, Cawan Suci. Mustahil keluarga besar penyihir mahsyur hanya berdiam diri menjaga pamornya. Minimal, selalu berkontribusi di Asosiasi Penyihir di Menara Jam. Yang terakhir, yang dilakukan [name] beserta keluarga besarnya. Anggota keluarganya terlalu santai, apalagi ketika [name] menjabat sebagai kepala keluarga. Bukan disebabkan oleh kemampuan sihir dan kepemimpinan [name] yang masih kalah jauh hingga terkesan diremehkan. Meski iya, sebagian anggota beranggapan begitu karena [name] masih belum cukup umur dan pengalaman masih tertinggal jauh jika berjalan kaki. Gini-gini, [name] adalah mantan murid Lord El-Melloi II yang termahsyur di antara paling mahsyur sehingga kemampuan sihirnya tidak diragukan dan ia merupakan pewaris sah dari keluarga utama. Meski berpenampilan remaja labil, kemampuan otak dan sihirnya sangat stabil.

Terkecuali, hatinya.

Di sinilah ia, duduk manis di sebuah sofa apartemennya. Memegang secarik kertas dengan label cap dari Asosiasi Penyihir di Menara Jam. Tatapan malas dan bosan bercampur hingga membentuk kelopak mata yang menutup. Ia tidak tertidur, tetapi ingin tidur. Hari libur idealnya sedikit terusik oleh kedatangan surat yang meluncur manis ke dalam lubang pintu khusus surat. Hari libur kok, ada surat? Sungguh, yang mengantarkan surat ketika libur adalah petugas rajin. Begitulah yang terucap di benaknya jika tidak terpikirkan bahwa dari asosiasi sendiri yang mengantarkannya.

Tumben, asosiasi sedang berbaik hati padanya. [Name] sangat setuju setelah membaca surat yang tanpa lampiran itu. Dasar jika ada maunya. [Name] melengos, dengkusan meluncur masam. Mendadak, teh di sampingnya sudah tidak enak lagi karena dingin yang dibiarkan waktu.

Mendadak pula, dia ingin pergi keluar. Selain karena hari libur yang sudah melenceng dari rencana, ia terlalu takut berlama-lama karena pada lantai yang sama, Uryuu Ryuunosuke tengah menggila bersama servant-nya, Gilles de Rais. [Name] kira mereka akan sibuk bersenang-senang di luar ketika hari libur karena itu ia kembali, tahunya malah mendekam rapat di apartemennya. [Name] tahu karena suara erangan Uryuu yang mengagung-agungkan Gilles de Rais terdengar. Entah ritual apa lagi yang dilakukan, [name] tidak mau jadi korban. Sudah banyak penghuni apartemen di lantai yang sama mengungsi dengan dalih pindah hunian. Mereka tidak tahu situasinya, tetapi paham bahwa Uryuu adalah orang waras yang telah lama kehilangan akal warasnya sehingga bergeser status menjadi gila. Alhasil hanya Uryuu, Gilles de Rais, dan [name] yang tersisa.

Tanpa permisi, ponsel pintar [name] berdering. Deringannya lebih nyaring dan panjang, ini berarti tanda meminta panggilan dijawab. Malas melihat nama pemanggil, [name] geserkan layar tanpa tenaga dan dekatkan  telepon seraya berucap dengan santun, "Halo? Dengan siapa?"

"[Name]?" Suara berat nan dalam terdengar di seberang. [Name] terlalu mendengarnya hingga menceletuk,

"Archer? Ngapain?" Tiba-tiba saja tata krama suaranya berubah. Ketimbang berubah lebih akrab karena telah mengenal sang penelepon, ini lebih disebut tidak suka diganggu.

Seolah tahu dari suara [name], Archer sempat meminta maaf terlebih dahulu karena telah menjadi pengusik ketiga [name] setelah surat dan Uryuu. Kemudian dilanjutnya, "Hari ini Rin tidak mau bicara padaku, apa ada masalah?"

"Ah...." [Name] membisu sebentar. Ia sudah tidak bertemu atau pun bertegur sapa baik lewat media sosial atau secara langsung dengan Rin sejak lusa kemarin. Lebih tepatnya, lusa kemarin terakhir dia berjalan bersama Rin, sisanya belum terjadi lagi. [Name] yang sempat tinggal di rumah Rin pun kembali ke apartemennya kendati mengganggu pikiran Rin yang sedang nestapa.

Rin butuh waktu, dan [name] menyingkir untuk tidak mengusik. Akan sangat tidak sopan jika [name] menumpang tinggal sementara sang tuan rumah sedang patah hati. [Name] belum merasakannya, jadi ia tidak tahu. Namun, tahu bahwa itu termasuk salah satu kondisi terpuruk. Dan ia tahu apa itu kondisi terpuruk karena pernah merasakannya.

"[Name]?" Archer memanggil sekali lagi. [Name] tidak lupa akan ucapan menggantungnya, toh ia hanya berpikir sejenak. Wajar saja jika Archer bertanya. Ia tidak tahu masalah yang terjadi. Ketika pulang lusa kemarin, Archer pun tidak ada karena sedang bertugas dengan Saber. Kemungkinan Archer tahu kondisi mood Rin yang sedang tidak membaik dan ia mendiamkan Rin selama sehari, tetapi tidak mungkin ia akan membiarkan Rin terus.

Kerutan halus di dahi [name] tampak, ia sedang berpikir. "Hm... Rin kalau marah seram. Ketimbang kau membuat level marahnya naik, mending aku akan ke sana. Tidak perlu tahu ada apa atau apa, Rin biasanya tidak mau masalah pribadinya diketahui, meskipun olehmu," balasnya. Hitung-hitung, ada alasan [name] keluar. Ketimbang ia keluar tanpa alasan, bisa-bisa dompetnya menjadi tipis jika ia tidak menentukan tujuan tetapnya. Seringnya selagi mencari ilham tujuan pergi, ia pergi ke tempat makan camilan-camilan layaknya Starbak atau Rumah Kapkek. Padahal dompet di akhir bulan sudah menipis dan ia linglung untuk kebutuhan, malah dihabiskan untuk senang-senang. Biasa, manusia kan, tidak tahan nafsu dan godaan setan.

Tanpa tedeng aling-aling, Archer mengucapkan terima kasih lalu ditutup panggilan olehnya setelah mengucapkan pamit. [Name] pun tak repot-repot menyimpan ponselnya di sebelah. Segeralah ia beranjak menuju kamar mandi.

Hari libur pun tak bisa disebut libur untuk [name].

***

Menuju kediaman Tohsaka Rin adalah hal mudah bagi [name]. Harusnya, sih. Tak perlu kendaraan atau sopir karena hanya dengan berjalan kaki, itu sudah beres. Namun, tadi, "harusnya, sih". Rasanya, kaki-kaki [name] begitu lekat dengan trotoar bak magnet yang berbeda kutub. Berat sekali jika dilepaskan. Aneh, meski sebuah analogi, tapi memang seperti itu yang dirasakannya.

Ada apa, ya? Tidak mungkin [name] tiba-tiba berat dalam melangkah. Pastinya ada sesuatu yang mengusiknya. Yang menjadikannya alasan untuk itu. Padahal rumah Rin tidak jauh, tapi alasan itulah yang membuat [name] terasa jauh.

Mungkinkah karena kejadian lusa kemarin? Mungkinkah benak [name] penuh akan itu sehingga ia kesulitan untuk berjalan? Mungkinkah ia sebenarnya mencemaskan sesuatu?

Ah....

Apa yang dicemaskannya?

Rin? Sepertinya kurang tepat. Ataukah Emiya Shirou? Itu terlalu jauh. Lalu... siapa? Archer? Mana mungkin. Sakura? Bisa jadi sih, terhitung Rin tidak main-main, tapi masa, sih? Matou Shinji? Uh, siapa dia hingga berani-beraninya dicemaskan oleh [name]? Enggak banget, batinnya.

Siapa sih, yang dicemaskannya? [Name] jadi bingung sendiri. Jika ia cemas itu berarti kejadian yang dialami Rin ada hubungannya. Namun, hubungannya apa?

[Name] tidak mempertanyakan hubungannya, tetapi keterkaitan hubungan itu dengannya. Sungguh, baru kali ini [name] pusing oleh pikirannya sendiri setelah pelajaran alkimia penyihir dan fisika di sekolahnya. Mending, ia belajar mantra saja, lebih mudah dan bisa dijadikan objek kejailan.

Jika ditilik lebih jauh permasalahan Rin, [name] akan menolak mentah-mentah jika ia merasakan hal yang sama. Kecemasannya tidak serumit masalah yang menimpa Rin. Rin suka dengan Shirou, oke, [name] juga pernah suka dengan seseorang. Namun, menurutnya itu terlalu berlebihan. Suka ya, tinggal suka. Tidak perlu berlarut-larut jika sudah milik orang lain, namanya juga takdir. Apalagi sampai berebut diskon demi sebuah baju yang dibeli Rin untuk Shirou, meski masih menggantung untuk diberikan.

Menyukai Emiya Kiritsugu tidak seperti Rin menyukai Emiya Shirou. [Name] tahu itu. Bagaimana pun ia dan Rin itu berbeda. Tidak sama meski sama-sama penyihir. Penyihir juga manusia. Manusia saja sudah beraneka ragam, apalagi penyihir.

[Name] sejak kecil selalu menyukai orang yang disebut "Pembunuh Penyihir" itu. Ia lupa kilas awal yang menjadi sebab menyukai Kiritsugu. Kiritsugu dulu kerap kali selalu membantu keluarga [name], sehingga mereka saling mengenal. Apalagi di mata [name] Kiritsugu seperti malaikat baik hati yang selalu bermain dengannya saat itu. Ia selalu mengagumi sosok yang mengenakan pakaian hitam itu. Semua hal yang dilakukannya dikagumi oleh [name], bahkan cara ia menuntaskan pekerjaannya. Kadang, jika misi yang tidak terlalu berbahaya Kiritsugu selalu mengajak [name] untuk ikut dan [name] senang ketika menyaksikannya. Sayang, ia memilih mundur ke keluarga Einzbern dan tidak menjadi kaki-tangan keluarga [name] lagi.

Meski begitu, setelah ia pergi, [name] tetap update tentang keberadaannya. Walaupun, sudah tidak berkomunikasi dan Kiritsugu sudah tidak pernah mengunjungi kediaman keluarga [name] untuk sekadar formalitas.

Ia lalu mendengar kabar bahwa Kiritsugu memiliki anak dengan seorang Einzbern. Istrinya pun katanya sangat cantik. [Name] ikut tersenyum ketika mendengar desas-desus. Meski juga tersenyum getir ketika Kiritsugu telah tiada.

Hatinya sendu kala Kiritsugu sudah tidak berkunjung ke rumahnya, tidak dapat bermain bersama lagi, tidak dapat digendong ke atas seperti yang [name] minta. Senyumnya getir kala wujudnya sudah tiada, meninggalkan [name] selama-lamanya.

Sudah jelas bukan, hal yang dialami Rin tidak sama dengan kecemasan [name]? Bahkan hingga [name] bersusah-susah untuk mengilas kenangan lama dengan rasa beraneka ragam.

Namun, [name] masih penasaran mengapa rasa cemas ini masih berkeluh kesah di relung hatinya? Hati terdalamnya seakan-akan tidak membiarkan benak [name] untuk berhenti berpikir. Terus memaksa hingga [name] menemukan jawaban, meskipun tengah berada di ambang kematian sekalipun.

Ini tidak biasa, pikir [name] dalam hati.

"Terima kasih untuk hari ini."

"Tidak biasanya aku akan berkata seperti ini, tetapi sama-sama."

[Name] mendengak. Menyaksikan sayup-sayup suara yang terucap dari dua orang yang sangat dikenalnya. Awalnya, [name] terbengong menyaksikan karena terasa linglung sehabis termenung akan pikirannya lalu tiba-tiba saja ada hal lain. Kedua, ia seperti ada sesuatu yang menghunjamnya dengat amat tajam dan begitu menusuk terlalu dalam, perih sangat hingga membuat [name] lupa yang dilakukannya saat ini. Ketiga, ia sadar identitas mereka untuk kedua kalinya setelah perih akan tombak tak kasatmata itu turut menembus pikirannya. Terakhir, ia tidak tahu reaksinya saat ini ketika bertemu tatap pada salah satu orang yang dikenalnya.

Setelahnya, [name] bergegas dengan cepat, seolah-olah magnet di kakinya sudah hilang dan ia dapat lenyap dengan berjalan sekalipun.

Gilgamesh pun melihat [name], heran dan tercengang, tetapi kembali memusatkan atensi pada Arthuria Pendragon setelah sempat membetulkan syalnya yang jatuh.

Ah, [name] menemukannya. Bahwa mata merah itu yang mengusik kecemasannya. Kecemasan yang namanya cemburu, tetapi jika diperhatikan lebih dalam lagi, seperti takut akan kehilangannya.[]


TBC


[A/N]

Wah wah, cemburu ni ye? Lol wkwk.

Chap ini sama chap kemarin mayan panjang menurutku. Ya iyalah chap ini deskriptif semua ckck. Dan keknya dua-tiga chap lagi selese wkwk.

Kugreget dua minggu lagi UKK dan kulom nyelesein ini, tapi ending dah dapat. Ad yg bisa ngira endingnya gimana?

Dan ku ada dua ide buat ff lain tp bukan fandom fate, tanganku dah gatel buat nulis tp kutahan2 biar ga keteteran :( /buatapakamucurhat

Sudah ya, sesungguhnya ntah kenapa kupaling menghindari rea ketemu gil dahal ini gilxrea lololol. Dua alasan karena, aku takut bikin gil tambah ooc sama gakuat mikirin hal manis2 /heh.

Udah deh, bye.

Selese nulis
5 Mei 2018
Publish
5 Mei 2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro