Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5. Petaka GilGil Machine

Fate/Stay Night by Type Moon
Disclaimer by Type-Moon
Story by reeshizen
Gilgamesh (Archer) x Reader
Setting: dominan Fate/Stay Night: Unlimited Blade Works
Genre: Humor (gagal), romance.

.

"Tidak mengambil keuntungan komersil apapun dari fanfiksi ini. Semata-mata hanyalah kesenangan belaka."

.

Warning
Possible OOC!Gilgamesh, OC!reader, plot tidak jelas, Bad EBI, alur ngaco, dan tidak sesuai ekspetasi
Tolong jangan berharap banyak pada penulis

.

Don't Like Don't Read

.
.
.

Happy Reading!

.
.
.

Atas inisiatifnya sendiri, [name] kini menenteng keranjang belanja.

Ia tidak perlu mengambil troli yang besarnya berkali-kali lipat dari keranjang dipegangnya. Hanya belanja kecil. Namun, ia serasa bagaikan ibu rumah tangga.

[Name] mendesah. Mau bagaimana lagi jika belanja bulanan dia yang mengatur? Latar belakangnya mudah, Tohsaka Rin terlalu sibuk mengurus ini-itu dengan Pendeta Palsu yang baru saja bangun dari masa kritisnya.

[Name] masih menumpang tinggal di rumah putri sulung Tohsaka Tokiomi itu. Apartemen [name] kan, selantai dengan Uryuu Ryuunosuke beserta servant-nya. Ia terlalu takut tuk kembali setelah rumor monster milik servant gila, Gilles de Rais, melakukan percobaan dengan beberapa penghuni apartemen.

[Name] tak habis pikir. Mengapa bisa master dan servant gila itu masih hidup setelah 10 tahun berlalu? Kotomine Kirei dan Kotomine Risei sungguh tidak becus. Akibatnya, [name] menderita setiap malam karena gema tawa master tampan nan psikopat sampai di daun telinganya.

Lupakan saja. Mengeluh tidak akan memperbaiki segalanya. Biarlah urusan peserta Perang Cawan Suci Kelima yang mengurusnya. [Name] hanyalah wujud manusia berpenyihir yang tak ikut serta, mungkin kapan-kapan. Toh, tak menarik minatnya sama sekali, meski ditawari oleh Asosiasi Penyihir di Menara Jam London.

Namun, ia jadi kesal sendiri. Padahal tugas seperti ini mesti dilakukan oleh servant-nya Rin, Archer. Ia heran pada Rin mengapa tidak menyuruhnya kali ini? Apa karena ada [name] di rumahnya dengan tidak menyuruh Archer agar [name] sadar diri?

Oke, Rin keterlaluan. Meski tak tahu malu, [name] masih memiliki tata kramanya. Lebih baik dari putri Tohsaka itu malah. Bahkan, mantan adik Rin, Sakura saja kalah oleh [name] jika disangkutpautkan dengan sopan santun.

Baiklah, kebutuhan primer sudah nyaris ia penuhi. Sekunder tinggal sebagian lagi. Hanya saja, [name] bimbang. Di antara masker rambut, ia harus memilih yang mana?

Sebagai wanita, wajib baginya dan Rin untuk melakukan perawatan. Jangan tanya Rin, nyaris setiap hari gadis itu sering melakukan. Sedangkan [name] mewajibkan perawatan seminggu sekali. Meski begitu, kulit dan rambut [name] lebih mulus ketimbang Rin. Tohsaka Rin gigit jari menyaksikan.

[Name] sedang mengirit pengeluaran bulanan. Rin akhir-akhir ini sedang boros, belum ditambah ia punya hutang dengan Kotomine, bahkan Fujinuma-sensei. Sebagai teman yang baik, ia membantu meringankan beban Rin.

Meski begitu, [name] tahu diri jika perawatan rutinnya adalah biayanya sendiri, bukan Rin. Tentunya ia akan membayar masker rambut serta alat-alat perawatan lainnya sendiri.

Hanya saja, [name] gundah. Masker rambut ekstrak cokelatnya sedang tidak tersedia. Yang ada malah ekstrak mawar. Ia butuhnya cokelat, bukan mawar!

Petugas swalayan sepertinya kehabisan stok. [Name] tidak dapat memilih, mungkin masker rambut mawar akan dibelinya.

"Aha. Aku menemukan anjing kampung."

Mendengar suara bariton khas seseorang, [name] tidak menoleh. Ia malah memejamkan mata, menahan kesal mengetahui siapa yang menghampirinya.

"Wah, ada Raja Pahlawan," ucap [name] melebih-lebihkan, tetapi nada suara tidak mendukung. Ekspresinya pun terlihat jenuh.

Gilgamesh melirik apa yang sedang [name] pegang. Kemudian, ia bersiul menggoda. "Perempuan di mana pun sama saja. Soal kecantikan lama dipertimbangkan," ejeknya.

[Name] memijat pelipisnya dengan jari telunjuk, merasa pusing dengan kehadiran Gilgamesh. "Hanya perempuan yang dapat mengerti. Aku yakin di zamanmu kau juga dapat perawatan yang tak jauh beda, kan?"

"Tentu. Hanya Raja dan kalangan atas saja yang dapat perawatan. Aku jadi miris dengan zaman sekarang. Rakyat jelata saja bahkan mulai melakukan perawatan, menghina kalangan atas yang tengah mempersolek diri," terangnya.

[Name] tak habis pikir. Jelas-jelas zaman saja sudah berbeda jauh dari zamannya. Ia tidak malu berkata begitu? Seperti orang katro saja.

"Lantas, kau sendiri mengapa kemari? Bukankah kau sendiri seorang Raja, seharusnya kau tinggal menyuruh pelayanmu untuk belanja. Bukannya malah menginjakkan kaki di sini," cerca [name] tak kalah ketus.

Gilgamesh yang seharusnya murka, malah menampakkan sengirannya. "Seorang raja harus memerhatikan kotanya. Ini atas kehendakku sendiri. Sebagai seorang raja penuh belas kasih, aku memberikan sedikit kepedulianku."

"Untuk berpatroli sih, iya," olok [name].

Gilgamesh tertawa.

[Name] menatap khawatir, kalau-kalau Gilgamesh kehilangan akal.

Mata [name] lalu bergulir, mendapati sesuatu yang menggelitik tawa. "Baterai? Kau ke sini beli baterai? Memangnya kau Berseker yang suka disuruh-suruh Illya?" [Name] menahan tawanya.

Gilgamesh mengerutkan keningnya tajam. "Aku bukan pesuruh meski derajat makhluk pemarah itu setara denganku."

"Lha, terus buat apa kau beli dua pasang baterai itu?"

"Untuk bermain game."

"Hah?"

"Untuk seorang raja sepertiku wajib untuk mempelajari segala hal di zaman ini," ucapnya angkuh seraya membanggakan diri.

[Name] mendengkus. Meski sudah keluar dari kasir pembayaran, pemuda sepertiga manusia itu masih mengoceh tentang dirinya. Sungguh, [name] seperti melihat anak kecil yang tidak lelah mengoceh.

"Sebagai raja yang memiliki belas kasih, kutawarkan kau untuk pulang bersamaku." Tiba-tiba Gilgamesh menceletuk. Membuat [name] spontan berhenti sembari menghadirkan raut kau-akan-kubunuh-kalau-berbicara-sekali-lagi.

Gilgamesh tak menghiraukan. "Kautahu, rakyat yang masih berguna sepertimu akan sayang kalau pulang sendirian, apalagi malam-malam penuh durjana ini. Banyak anjing kampung yang bisa saja mencelakakanmu."

"Dan aku sudah punya cara untuk mengatasinya," ujar [name] tak mau kalah. Sebagai wanita kuat, ia tentunya mempelajari berbagai banyak gerakan pertahanan diri.

"Kau yakin? Coba lihat di ujung sana. Di situ terdapat gang kumuh nan kelam penuh durjana. Banyak wanita yang telah diperkosa lalu dibunuh ketika melewati gang tersebut. Yakin bahwa nasibmu tidak akan seperti itu?"

"Aku malah khawatir orang di hadapanku lah yang melakukannya."

"Oh. Aku bisa saja. Mengingat sebelum Enkidu ada, aku telah mengambil keperawanan rakyat-rakyatku sebelum mereka menikah."

"Sesungguhnya kaulah yang durjana."

"Gadis kecil sepertimu tidak menggugah seleraku. Lagi pula kau belum tentu pantas aku sentuh."

[Name] menatap jijik. Ia heran Gilgamesh bisa-bisanya berkata frontal seperti itu. Untung saja ia gadis yang tahan banting baik mental maupun fisik. Jika saja Sakura mendengarnya, bisa-bisa kepolosannya ternodai.

"Kau tak boleh menolak kebaikan dari raja."

"Kebaikan apa? Apa maumu, sih?"

"Kan, sudah kubilang saat itu. Kau akan jatuh cinta padaku."

"Amit-amit." Dalam ucapan, [name] ketus, tetapi dalam batin tidak.

Gilgamesh serta-merta tertawa.

[Name] jadi mempertanyakan kewarasan laki-laki emas itu.

"Kalau kau menolak. Saber no Master akan jadi taruhannya," ancamnya tiba-tiba.

"Lha? Kok tiba-tiba mengancam?"

"Anak korban perang cawan suci sepuluh tahun itu bukankah penting bagimu? Kemarin kau saja sampai membuntutinya."

[Name] mengernyit. "Lagi pula jika kau mengancam, aku yakin Saber tidak akan tinggal diam. 'Mantan doimu' itu kan, selalu gesit," timpal [name] sembari menekankan kalimat 'mantan doi'.

Gilgamesh mendecak antusias. "Kalau begitu putri kecil Tohsaka itu."

"Yakin? Archer-nya pasti juga akan menyerangmu."

"Apa yang bisa dilakukan imitasi itu? Ahaha!"

[Name] mendecak.

"SMA Fuyuki-mu itu juga bisa kujadikan cadangan," ungkap Gil sambil menyeringai, menampakkan kurva tajamnya di ujung bibir.

Mengapa bisa pria di depannya begitu memaksa? Bahkan sampai keluar dari karakter aslinya. [Name] mendesah. Mungkin tidak ada salahnya diajak pulang olehnya. Hitung-hitung, ia tidak akan digoda oleh preman-preman jalanan.

"Hanya jalan bareng saja, kan? Baiklah. Tidak masalah."

Sebelah alis Gil terangkat. "Jalan bareng? Jangan salah sangka! Mana mungkin seorang raja akan berjalan," tuturnya angkuh

Entah sudah berapa kali [name] menghela napas sejak tadi. "Terus naik apa?" sahutnya dengan suara tertekan, menahan amarah yang nyaris memuncak.

Jempol Gilgamesh menunjuk ke belakang tubuhnya. "Pakai ini. GilGil Machine punyaku."

Sekarang, [name] tercengang. Matanya menyaksikan sebuah motor besar, bentuk seperti model motor ninja yang terpakir sendiri di depan parkiran swalayan dengan warna dominan emas yang membuatnya tampak megah. Dan, mengapa Gilgamesh menamainya dengan nama konyol?

"Motor?" Mulutnya menganga takjub. "Sejak kapan kaupunya motor ini? Aku yakin kau tidak membawanya dari zamanmu."

"Tentu saja tidak. Hanya aku yang dapat memilikinya."

[Name] mendengus.

"Memangnya kaubisa mengendarai?"

"Ada masalah dengan itu, hmm?"

"Tentu saja! Kalau kau tidak bisa, bisa-bisa kita kecelakaan. Aku tidak mau masuk rumah sakit," jawab [name] sambil bergidik ngeri.

"Dasar anjing kampung, bisanya cuman khawatir. Dengan aku yang membawanya, kau tak perlu takut. Yang ada kau terlena malah."

Spontan [name] memelotot kesal pada Gilgamesh. Gil mengabaikannya.

Tak perlu pikir panjang, [name] menaiki jok belakang setelah Gil memundurkan motornya dari pakiran. Kendaraan yang ditumpangi dua orang beserta belanjaan [name] pun melesat cepat.

"Co-cotto! Jangan kencang-kencang! Aku bisa terjungkal!" ujar [name] keras karena suara bising sekitar tidak mengizinkannya untuk berkata pelan.

"Ini namanya menguji adrenalin!"

"Hah?! Tapi aku bisa celaka!"

"Makanya pegangan yang erat!"

"Pegangan di mana?!"

"Perutku lah!"

"Ap---"

Belum sempat [name] melanjutkan ucapannya, tiba-tiba saja ia terpekik karena rem dadakan membuatnya nyaris terjungkal dan menghantam bahu pemilik motor.

"Aduh. Bisa tidak sih, membawanya biasa saja?!" [Name] memprotes.

"Oh? Tapi kau sepertinya menikmati sekali menyander pada bahuku."

[Name] yang sadar pun segera menjauh. "Sok tahu," ucapnya menahan malu, mukanya pun memancarkan semburat merah. Mau bagaimana lagi? Tiba-tiba saja Gilgamesh mengerem mendadak, membuat [name] membentur bahu bidang tersebut.

"Kataku juga pegangan! Petaka, sih!"

Mau tak mau, [name] mesti melingkarkan tangannya di perut raja dari pahlawan tersebut. Keuntungannya sih, dia tidak perlu jalan atau menaiki kendaraan umum. Namun, ia mesti meneguk risiko bahwa servant milik Tohsaka Rin tak sengaja menyaksikannya.

Oh, terkutuklah Archer!

Sekarang, ia mesti menelan pahit-pahit petaka dari GilGil Machine.[]

TBC

.
.
.

[A/N]
Dua part gaes!

Tapi... gaje.

Sumpah ah. Gil-nya OOC pawrah. Mau nangis aku jadinya :")

Dan aku nyaris lupa cerita part sebelumnya gimana karena udah lama ga update.

Oke gaes, balik lagi. Seperti yg aku bilang part sebelumnya, kemungkinan ini ga sampe 7 part, tp sampe 9 part, bisa lebih.

Sesungguhnya aku belum menemukan ending ya pas sesuai dng plot dan judulnya.

Ngaku, pasti fanfik ini gaje kan?

Aku juga merasa :")

Udahlah pokoknya sekian dariku. Sampe ketemu mingdep :')

Selese nulis
10 april
Publish
10 april

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro