3. Tamu yang Tak Wajar [Re-publish]
Part. "3. Tamu yang Tak Wajar" - Petaka Cinta sempat ku-unpublish dulu, ya. Maaf mengganggu jika ada yang baru baca dan sempat menemukan atas hilangnya part. 3. Ini disebabkan oleh wattpad yang tiba-tiba saja part tersebut terganti oleh draft-ku dari buku lain, otomatis part. 3 hilang.
Sekarang sudah kembali, selamat membaca!
------------------------------
Fate/Stay Night by Type Moon
Disclaimer by Type Moon
Story by reeshizen
Gilgamesh (Archer) x Reader
Setting: dominan Fate/Stay Night: Unlimited Blade Works
Genre: humor (gagal), romance.
.
"Tidak mengambil keuntungan komersil apapun dari fanfiksi ini. Semata-mata hanyalah kesenangan belaka."
.
Warning
Possible OOC!Gilgamesh, OC!Reader, plot tidak jelas, Bad EBI, alur ngaco, many typos, dan tidak sesuai ekspetasi
Tolong jangan berharap banyak pada penulis
.
Don't Like Don't Read
.
.
.
Happy Reading!
.
.
.
[Name] seperti asisten rumah tangga.
Entah bisa kegiatan rumah selalu diurusinya melulu. Mau di kediaman Tohsaka, sampai rumah peninggalan Emiya Kiritsugu. Awalnya ia hanya sering sua dengan putri Tohsaka itu sampai-sampai inap lajak tanpa membayar sewa kamar. Kata [name], ia kan, teman, maka teman tak perlu membayar. Alasannya waktu itu membuat Tohsaka Rin mencak-mencak dengan mulut berbusa karena mengoceh layaknya kereta cepat yang memilik kecepatan 720 km/jam tanpa mengerem sedetik pun. Karena Rin masih punya hati walaupun tidak sesuci hati malaikat, [name] diizinkan tuk tinggal lama.
Padahal apartemen yang [name] punya masih lebih bagus ketimbang rumah Rin yang lumutan di tampak depan. [Name] bilang begitu, Rin menyuruh Archer untuk memanah kepalanya, lagi pula ia berbicara jujur. Meski Rin sangat menjaga kebersihan tubuhnya, kebersihan fisik rumahnya jarang dibersihkan kecuali tampak dalam saja. Tampak depan? Boro-boro, bahkan orang selalu mengira rumah berhantu jika melewati rumah depannya itu.
Itu tak penting. Kini, alasan [name] yang selalu menumpang tinggal hanyalah malas gerak ke apartemennya. Meski ia menyanjung-nyanjung apartemen elok nan berkelas itu, terdengar kabar bahwa apartemennya ditempati makhluk gaib. Ya, bagaimana tidak, ia satu apartemen dengan servant dari Uryuu Ryuunosuke. Dengar-dengar, servant-nya yang seperti orang kekurangan akal sehat itu, melakukan ritual dari pagi sampai malam–begitu setiap harinya–hanya untuk melempar pelet pada Saber-nya Shirou. Setwlah berbulan-bulan melakukannya, tidak ada hasil yang menjanjikan, bahkan Saber pun bukannya menyukainya malah menyukai Shirou, apakah peletnya salah sasaran?
Tidak, tidak, abaikan itu. [Name] masih mendongkol ketika Rin menyuruhnya untuk jaga rumah Shirou, bahkan membersihkannya ketika mereka bertiga (Saber, Shirou, dan Rin) pergi entah ke mana–barangkali untuk kencan bertiga lagi.
Dan sekarang mengapa ia bodoh banget? Ia kan, bisa beralasan bahwa sedang capek untuk melakukan apa pun. Toh, misalkan Rin mengoceh sampai mencak-mencak pun, [name] masih bisa beralasan kalau perlu sampai mengeluarkan taringnya leh ugha. Pasti Rin tak akan berani melihat iblis yang dikeluarkan [name].
Bodohnya, [name] punya sisi lain untuk menakutkan seseorang, tapi mengapa ia mengiyakan saja permintaan Rin itu. Yare-yare. Ia geleng-geleng kepala seperti orang bodoh.
Tak diketahuinya bahwa Gilgamesh muncul semenjak tadi.
Spontan, [name] kembali memasang wajah kalem nan tegas yang dibuat-buatnya. Ketahuilah, dalam hati ia merasa malu karena kepergok seperti orang bodoh oleh pemilik gelar Raja Pahlawan itu. Ditambah, ia berpenampilan layaknya asisten rumah tangga yang kini sedang bersih-bersih dengan peralatan sapu dan pel di kedua tangannya yang selalu sigap seperti sedang berperang. Bedanya, dia sedang berperang dengan kotoran-kotoran di penjuru rumah Shirou, bukan musuh-musuh yang terbentang sangar niat akan saling bunuh.
Lebih tepatnya, ia akan berperang dengan kuman.
Ah, bukannya pria di hadapannya juga termasuk kuman-kuman itu? Bolehkah ia berniat membunuhnya?
[Name] mendengkus seraya mendengak, menancapkan pandang pada mata merah tersebut. Gilgamesh balas menatap dengan seringai. Dari tindak-tanduknya ia seperti akan menggoda [name]. Debas suara [name] keras seolah-olah menolak kehadiran Gilgamesh.
"Merindukan seorang raja sepertiku pastk berat bagimu," celetuk Gilgamesh tiga detik kemudian.
[Name] mengerutkan dahi, tidak suka. "Datang-datang omong rindu. Tanpa diundang pula, lagi pula siapa yang merindukanmu? Kotomine? Enkidu? Hakuno?"
Gilgamesh mendecak gemas. "Sampai disebutkan semua mantan-mantanku, apa kau cemburu?" Kemudian gelak tawa mencuat dari mulutnya.
[Name] memasang raut keji. "Pergilah Tamu Tak Diundang!" bentaknya muak. "Kalau Shirou tahu pasti kau akan dihajarnya habis-habisan. Mattaku."
Alis kanan Gilgamesh terangkat, merasa tertarik. "Yang kaubilang enggak salah? Ternyata membuatmu peduli terlalu mudah, bagaimana jika kau jatuh cinta padaku?" Ia mendecak, kagum pada dirinya sendiri.
"Kau ke sini hanya untukku? Begitu? Oh?"
"Alurnya benar, tetapi salah objek," aku Gil.
"Hah?"
"Sayangnya aku harus membuatmu sakit hati, aku ke sini hanya untuk Saber." Lagi-lagi, ia tertawa puas.
"Oh," balas [name] tidak peduli, lagi pula apa untungnya bagi dia? Bertanya saja tidak, tiba-tiba diberikan jawaban.
Gilgamesh sedikit menyeringai. "Tidakkah kau cemburu mendengarnya?"
"Tidak," sahut [name] tak minat.
"Ah, kau sama sekali tak seru," cibir Gilgamesh seraya mendecakkan lidah.
[Name] membuka mulut, membentuk huruf "O". Gilgamesh mendecak kasar.
"Kau sungguh kekurangan pekerjaan. Datang-datang tidak jelas ke rumah orang. Kedatanganmu itu sudah dapat dijadikan bentuk pelanggaran terhadap undang-undang. Masuk rumah orang tanpa izin sudah masuk pasal KUHP. Aku berbaik hati untuk tidak melaporkanmu ke oknum berwajib asal kau segera pergi dari sini tanpa balik-balik lagi! Kalau perlu ke laut ditemani peliharaan Gilles de Rais sekalian!" [Name] bertampang murka. Ia gedeg sendiri dengan pria pirang nan tijel di hadapannya.
Gilgamesh sempat terbengong kaget terlebih dahulu sebelum serta-merta tertawa terbahak-bahak. Mendengar tawanya saja nyaris membuat [name] menulikan telinga. Kepalanya terdengak, poninya sempat terkibas, disertai deretan gigi putih kemilaunya, dan sempat dahinya ditutupi dengan sebelah telapak tangan. Itu semua karena tawa refleks yang mencuat. Mungkin bagi sebagian orang, tawanya terlihat berkharisma sehingga enak dipandang hingga lupa dengan muka yang tak dikondisikan. Berbeda dengan [name] yang menganggap Gil sebagai orang gila tebar pesona.
[Name] mendengkus. Ia heran, Gilgamesh sepertinya tidak meminum obat rutinnya. Jangankan meminum, tampak membawa pun tak kasatmata. Apa perlu [name] menyiramnya dengan holy water? Tidak. Sepertinya itu tidak akan cukup, bahkan dengan rukiyah pun tidak cukup untuk mengusir sayton dari jiwa Gilgamesh. Apa mungkin Gilgamesh itu sendirilah yang merupakan sayton yang terqutuq.
Apa perlu [name] panggilkan pendeta kemari guna mengusir sayton Gilgamesh?
Apa perlu panggilkan semua pemuka suci guna mengangkat kaki si Pongah Pirang?
Perlukah [name] bangkitkan pendeta yang telah tiada macam Kotomine Shirou a.k.a Amakusa Shirou Tokisada yang digadang-gadang ketika Perang Cawan Suci Tiruan berlangsung?
Apa perlu Kotomine Risei ia panggilkan juga?
Yang penting, [name] tidak memanggil Kotomine Kirei, sang pendeta gadungan kemari. Karena ia yakin, pendeta gadungan itu akan membiarkan Gilgamesh berlaku sesuka hati.
[Name] mendesah. Seharusnya ia tidak menjadi asisten rumah tangga dadakan nan dipaksa seperti ini. Dipaksa lho, bukan terpaksa. Kalau ia tidak sibuk berperang dengan kuman-kuman, ia pasti tidak akan bertemu dengan Pirang Jahanam yang merusak mood-nya ini.
Tiba-tiba, Gilgamesh mendecak. "Pekerjaanmu sekarang banting setir menjadi pembantu rumah tangga? Sangat cocok dengan karakteristikmu yang jarang membuka mulut. Lain kali, kuperlu menyewamu kah, untuk membersihkan istanaku?" Kemudian tawanya meletus, menyiramkan minyak yang akan menyulut api.
[Name] pun meradang kemudian. Lalu hari itu, rumah Shirou sebagian besar berakhir mengenaskan disebabkan oleh pertarungan sengit [name] dan Gilgamesh yang memanas.
Entah bagaimana caranya, Gilgamesh masih menganggap enteng [name], sehingga selama pertarungan dengan santai ia melancarkan senjatanya.
Sementara [name], menangkisnya tak kalah hebat hingga menyebabkan Gilgamesh meluncurkan ucapan manis, tetapi terasa asam bagi [name].
Lalu hari itu, semuanya berakhie ketika Gilgamesh pulang tanpa ditantar. Kemudian, Rin, Shirou, dan Saber kembali ke kediaman milik Emiya Kiritsugu. Sudahlah, tak perlu diceritakan. Ujung-ujungnya, Shirou melongo dan memekik panik; Saber merusak kondisi mukanya yang semula kalem; dan Rin mencak-mencak sehingga [name] murka karena hardikan kurang ajar Rin.
"Sudahlah, aku berhenti menjadi pembantumu!" Secara tak langsung [name] mengakui bahwa dirinya selama ini telah menjadi pembantu Rin.
Seharusnya Rin berterim kasih pada Gilgamesh karena olehnya, [name] mengakui jati dirinya yang sebenarnya.[]
TBC
[A/N]
Maaf mengganggu kenyamanannya. Sebenernya aku harusnya publish ini kemarin Sabtu, cuman kemarin sekolahku lagi ada acara anniversary ultahnya, otomatis aku ikut serta. Terlebih, acaranya sampai malam jadi aku benar-benar capek ditambah pas pulang mati listrik.
Aku sempat kesel sama wattpad. Jadi, aku tuh sempat revisi bukuku yang lain yang aku un-publish, tapi revisinya nggak kesimpen. Parah banget dah. Dan tiba-tiba saja revisian bukuku yang lain itu muncul ke part. 3. Aku panik parah pas itu karena part 3 buku ini ilang dan sama sekali ga balik-balik lagi ke awal.
Pas aku buka buku ini pake akun lain juga sama, part-nya terganti, isinya juga beda.
Untungnya, temenku di sekolah add buku ini di library dan di dia masih ada part 3, bener-bener utuh. Jadinya aku butuh waktu buat ngetik ulang, tepatnya nyalin ulang, sih dan ada minor revisi, tetapi isinya tetap sama.
Publish
26 March 18
Re-pub
13 May 18
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro