2. Logika Gilgamesh
Fate/Stay Night by Type Moon
Disclaimer by Type-Moon
Story by reeshizen
Gilgamesh (Archer) x Reader
Setting: dominan Fate/Stay Night: Unlimited Blade Works
Genre: Humor (gagal), romance.
.
"Tidak mengambil keuntungan komersil apapun dari fanfiksi ini. Semata-mata hanyalah kesenangan belaka."
.
Warning
Possible OOC!Gilgamesh, OC!reader, plot tidak jelas, Bad EBI, alur ngaco, dan tidak sesuai ekspetasi
Tolong jangan berharap banyak pada penulis
.
Don't Like Don't Read
.
.
.
Happy Reading!
.
.
.
Nuansa emasnya sudah tak berarti. Rambutnya memang emas, tetapi tidak dengan harga diri yang dibawanya. Malah menurut [name] ia sudah kehilangan kehormatan untuk memakai perlengkapan emasnya itu. Mungkin kecuali harta mulia yang rata-rata terbuat dari emas murni di balik Gate of Babylon masih ia tampilkan tanpa rasa malu.
Ya, mau bagaimana lagi, orangnya berengsek dan bermoral buruk, bahkan sempat ingin memusnahkan dunia. Bahkan, Kotomine Kirei—sang pastor gadungan dihasutnya habis-habisan lalu dicampakannya tanpa mau menolong. Sang pastor kritis akibat kebakaran di kediaman villa Einzbern di Jepang pun, dia ogah menengok. Sahabat macam apalah itu, benar-benar deh, Gilgamesh memang bukan contoh yang baik.
"Lalu kau ke sini hanya bercerita itu?" Oh, bahkan [name] tahan-tahan untuk tidak memutar mata. Untung [name] sabar, sesabar egonya tuk menonjok Gilgamesh.
"Memangnya salah?" balas [name] ketus. Seolah-olah diremehkan oleh Pirang Pongah di depannya dan ia tidak suka itu. Membalas ketus terhadap Raja Pahlawan tidaklah salah. Memangnya ia akan mendapat hukuman? Tentulah tidak, gelar rajanya tidak berlaku di zaman sekarang.
Gilgamesh mendengus geli, keluarkan tawa. "Enggak penting. Kisah para anjing kampung itu tidak ada yang setara untuk dimintai pendapat olehku." Norak sekali ia. Masing menganggap dirinya raja? Oh sungguh, [name] tak habis pikir, malah Gilgamesh-lah yang seperti orang kampung baginya.
"Sayangnya kau sudah bagian dari manusia yang sering kausebut-sebut fana itu. Terima sajalah jati dirimu sekarang, percuma berkata seperti itu kau malah disebut orang gila nantinya." [Name] jujur-jujuran. Tak peduli jika Raja Pahlawan di hadapannya akan mengamuk marah.
Tatapan Gilgamesh kembali datar, sedatar-datarnya pantat panci yang kalo dipanaskan makin gosong. "Siapa yang mengizinkanmu berkata seperti itu?"
[Name] angkat bahu seolah-olah tidak tahu. "Aku. Memangnya salah? Maaf saja, salah bagimu belum tentu salah bagiku. Perlu kutekankan ya, di sini aku hanya meminta pendapatmu, bukan pidato rajamu yang tak akan berguna padaku."
"Oh, berani sekali."
"Memangnya Kotomine tidak mengajarkanmu untuk bersikap seperti manusia waras?"
"Tombak biasa sepertinya cukup untukmu." Gilgamesh telah bersiap-siap dengan Gate of Babylon miliknya. Satu-dua gerbang membuka, menampakkan ujung-ujung lancip juga batang berbeda. Sepertinya itulah tombak-tombak yang diperlihatkan.
"Tombak seperti itu tidak akan mempan bagiku. Kau terlalu meremehkanku. Ayolah, hentikan sifat kekanakanmu. Topik kita pun jadi melenceng jauh." [Name] mendengus letih. Niatnya hanya untuk mendengar pendapat Gilgamesh tentang kisah cinta Rin, mengapa ujuk-ujuk mengajak perang? Bukannya [name] takut atau apa, meski menyisip ciut sedikit karena harta mulia Gilgamesh buanyak enggak ketulungan. Beruntung jika yang dikeluarkannya senjata-senjata biasa macam tombak yang sempat dimunculkan itu. [Name] tinggal melayangkan sihir pelindungnya. Namun, kalau Ea yang dikeluarkan? Pelindung biasa pun tak akan mempan, kecuali dengan mana yang mesti ia keluarkan seutuhnya untuk membuat pertahanan hebat. Akan tetapi, jika itu dikeluarkan yang ada ia akan kalah telak nantinya. Gilgamesh memiliki sejuta harta mulia bruh, sehabis mengeluarkan Ea pun masih ada yang lain, misalnya Rantai Surga atau pun Excalibur.
Gate of Babylon mulai menutup. Gilamesh berbalik malas. "Sudah kubilang pendapatku tidak akan setara dengan kisah para anjing kampung. Aku malas meladeni. Beruntunglah, aku tak jadi menyakitimu. Harusnya kau berterima kasih pada Rajamu ini."
Efek suara muntah seperti di film-film, [name] keluarkan. Ia muntah pelangi. Muntahnya begitu gemerlap saking jijiknya dengan Gilgamesh. "Perlu dengan cara lain sepertinya, ya." Angin berembus seketika, di tempat semula mereka tidak kelihata, tetapi beberapa meter setelahnya barulah keadaan berubah.
Gilgamesh jatuh tersungkur oleh [name]. Dan [name] sendiri berada di atasnya. Posisi mereka sangat ambigu dan dapat menimbulkan fitnah. Oh, pasti berita Harian Fuyuki Koukou jika melihat ini tak akan tanggung-tanggung untuk memotret, secara dapat menyebarkan fitnah di sepanjang penjuru. Misalnya: sepasang kekasih tengah berduaan di dalam Gereja Kudus, ditambah posisi mereka yang banyak makna, lalu dengan [name] sebagai salah satu tokoh utama. Tidakkah akan menggemparkan? Mungkin sisi baiknya adalah Matou Shinji tak akan lagi mengejarnya jika mendengar berita ini. [Name] harus kasihan pada Rin karena hanya gadis itu yang tersisa untuk dikejar-kejar Shinji.
"Aku tak menyangka kau seagresif ini. Apa pembicaraanmu sebelumnya merupakan kode belaka? Aku bersedia saja untuk melayanimu. Perlu kau ketahui meski aku suka dilayani, untuk urusan begini sang raja mesti menunjukkan penghormatannya untuk melayani. Saa, perlukah kita mulai?"
[Name] mencibir, "Aku ingin menghajarmu, bukan untuk making love. Maaf saja aku tidak pintar bermain ML, apalagi ML yang itu. Posisiku begini karena ingin menghajarmu lebih lanjut. Tapi, kau malah berpikir yang lain, apakah kau mengharapkan itu dariku?"
Gilgamesh mendecakkan lidah. "Kau terlalu sayang untuk dibuang. Memang Saber tetap nomor satu, tapi yang kedua adalah kau, [name]."
"Oh, aku tersanjung, apalagi yang memujiku adalah Raja Pahlawan," ucap [name] hiperbolis yang sebenarnya ogah berucap.
"Gadis sepertimu hanya ingin jawaban logis dariku? Baiklah." Gilgamesh memegang kedua lengan [name] yang bertumpu di masing-masing sisinya lalu membanting ke samping dan menukar posisi sehingga ia yang kini berada di atas [name]. "Kalau begini, apa yang kau rasakan?"
"Euh... apa, ya? Tidak ada yang kurasakan? Cuman jenuh melihatmu?" jawab [name] dengan raut wajah bingung karena tidak sepenuhnya mengerti.
Gilgamesh tertawa sampai poninya tersibak karena menganggut-anggut kepalanya. "Harusnya ini merupakan penghinaan bagiku. Dan aku marah," ujarnya di sela-sela tawa yang mulai mereda. Tatapannya lurus pada [name], mulai serius. "Jelas jika kubeginikan kau tidak akan merasakan apapun, tapi bagaimana jika kau jatuh cinta padaku terlebih dulu? Pasti yang kau rasakan akan berbeda."
"Benarkah? Aku pernah jatuh cinta, tapi kalau dibeginikan pun aku tidak merasakan apapun. Malah biasa saja," sahut [name] yang membuat Gilgamesh menekuk alis.
"Apa kau yakin yang kau rasakan itu cinta? Kalau kaubilang pernah jatuh cinta aku percaya saja, tapi kalau yang kau rasakan seperti ini, maka aku tidak percaya kau pernah jatuh cinta."
[Name] menyipitkan mata, tidak suka. "Yang kurasakan waktu itu tidak mungkin salah. Aku begitu senang ketika dia mencapai keinginanya, apakah itu bukan cinta?"
Lengang sejenak. "Kau itu bukan gadis polos lagi, berbeda jauh dengan gadis Matou itu. Tapi, mengapa soal begini saja kau tidak mengerti?"
"Aku bukannya tidak mengerti."
"Kau memang bukan tidak mengerti, tapi tidak tahu siapa orang yang kau cintai," balas Gilgamesh seraya menyengir. "Ya, aku sendiri tidak pantas berbicara begitu, tetapi sebagai seorang raja aku berhak menyampaikan. Pada nyatanya cinta sesungguhnya memang tidak ada, hanya nafsu yang tetap abadi," imbuhnya seraya bangkit untuk duduk.
"Kalau begitu persepsi cintaku itu adalah salah?" tanya [name] setelah turut bangkit duduk.
Gilgamesh mendengkus geli. "Bukan persepsimu, tapi yang salah adalah kau salah mengira mencintai orang."
"Kalau begitu aku...."
"Kau belum pernah mencintai siapa pun. Ah, sebenarnya aku jijik sejak tadi menyebut kata cinta karena menurutku itu hanya nafsu belaka," ujar Gilgamesh. "Tapi, tak apa. Melihatmu yang kebingungan membuat daya tarik tersendiri bagiku."
[Name] diam tak menjawab, sebenarnya ogah membalas.
"Kalau begitu, bagaimana jika kau mencoba jatuh cinta padaku? Dan kau sendiri akan merasakan kata cinta yang mengalir di tubuhmu itu."
[Name] serasa sakit kepala. Ia tak menolak maupun menerima. Ingin rasanya ia menarik kata-kata yang diucapkannya, tetapi sudah terlambat.[]
TBC
.
.
.
[A/N]
Ini enggak jadi humor. Sama sekali enggak humor.
Gatau ah, kok jadi tijel yak.
Finish writing
21 Jan 18
Publish 18 Feb 18
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro